Resensi Novel Cahaya Cinta Pesantren berisi identitas, unsur intrinsik, ekstrinsik, dan juga pesan moral novel Cahaya Cinta Pesantren.
Bukan hanya itu kamu juga akan mengetahui kelebihan dan juga kekurangan dari novel Cahaya Cinta Pesantren ini. Maka dari itu simak terus artikel ini sampai selesai agar kamu mengetahui informasinya secara lengkap.
Berikut merupakan resensi novel Cahaya Cinta pesantren karya Ira Madan secara lengkap, diantaranya adalah:
Judul Novel | Cahaya Cinta Pesantren |
Penulis | Ira Madan |
Jumlah halaman | 292 Halaman |
Ukuran buku | 14×20 cm |
Penerbit | PT Tiga Serangkai Pustaka Mandiri |
Kategori | fiksi religi |
Tahun Terbit | 2014 |
Harga novel | Rp. 50.000 |
Novel Cahaya Cinta Pesantren ini terbit pada tahun 2014 dan merupakan karya terbaik dari novelis bernama Ira Madan. Karyanya ini berhasil diangkat menjadi sebuah film yang tokoh utamanya di perankan oleh Yuki Kato.
Bukan hanya novelnya yang menjadi best seller. Filmnya pun sangat banyak penontonnya tidak kalah dengan yang membaca novelnya. Karena kisahnya yang cocok di baca oleh semua kalangan dan tentunya menambah pengetahuan tentang kehidupan pesantren.
Sinopsis novel Cahaya Cinta Pesantren ini menceritakan Marsyilla Silalahi yang berasal dari kota Medan. Shilla terpaksa masuk pesantren untuk memenuhi permintaan orang tuanya. Menjadi santri di Pondok pesantren Al-Amanah.
Seperti santri kebanyakan Shilla tidak terlalu begitu suka berada di Pesantren namun ia bertemu dengan santri-santri lain yang kemudian menjadi bagian penting dalam kehidupannya.
Cut Faradillah, Aisyah dan juga Manda adalah sahabat Shilla di pondok. Abu bakar adalah salah satu santri yang menyukai shilla sejak pandangan pertama.
Namun, shilla menolaknya. Shilla sejak awal terpesona dengan senyum manis ustad muda bernama Ustad Rifki.
Singkat cerita setelah beberapa tahun lulus dari pondok pesantren dan menamatkan kuliah di Universitas Jepang. Shilla di lamar ustad Rifki. Dan mereka menikah namun, ada hal yang tidak terduga yang dialami oleh Shilla.
Apa hal tak terduga tersebut? Lalu bagaimana lika liku perjalanan mereka saat di pesantren? Penasaran? Yuk, baca novel Cahaya Cinta Pesantren karya dari Ira Madan ini di jamin keren abis.
Baca juga: Sinopsis Novel Kata Rintik Sedu
Berikut ini merupakan unsur intrinsik dari novel Cahaya Cinta Pesantren, diantaranya adalah:
Tema yang diangkat dalam novel Cahaya Cinta Pesantren ini mengisahkan tentang persahabatan dengan di dukung beberapa aspek lainnya seperti pendidikan, drama, cinta dan agama.
Alur yang digunakan dalam novel Cahaya Cinta pesantren memiliki alur maju atau progresif.
Latar yang digunakan dalam novel Cahaya Cinta Pesantren ini menggunakan latar waktu adalah pagi hari, siang hari dan malam hari.
Latar tempat yang digunakan dalam novel Cahaya Cinta Pesantren ini adalah berada di Pondok Pesantren Al-amanah Medan dan Tokyo Jepang.
Sudut pandang yang digunakan adalah sudut pandang orang pertama sebagai pelaku utama. Dengan sebutan kata “aku” hal tersebut membuktikan bahwa novel ini menggunakan sudut pandang orang pertama.
Gaya bahasa yang digunakan dalam novel Cahaya Cinta Pesantren ini memiliki gaya bahasa sederhana dengan berbagai kata kiasan sebagai penunjang menjadikan novel ini semakin enak di baca.
Amanat yang terkandung dalam novel ini adalah tidak ada orang tua yang ingin menyengsarakan anaknya. Segala sesuatu yang didasari rasa ikhlas akan terasa mudah bila dikerjakan.
Baca juga: Baca Novel Bibi Gill Tere Liye
Berikut merupakan unsur ekstrinsik dari novel Cahaya Cinta Pesantren, diantaranya adalah:
Nilai sosial yang terkandung dalam novel Cahaya Cinta Pesantren ini tergambar dari sikap persahabatan mereka yaitu Syilla, Manda, Icut dan Aisyah.
Mereka sama-sama menuntut ilmu pesantren yang sama sehingga menjadikan mereka semakin akrab dan saling membantu satu sama lain. saling menyayangi layaknya saudara.
Nilai moral yang terkandung dalam novel Cahaya Pesantren ini mencerminkan nilai moral pada tokoh Shilla yang tidak mau masuk pesantren pada awalnya. Namun, akhirnya ia mematuhi juga perintah orang tuanya tersebut.
Karena tidak ada orang tua yang ingin menyengsarakan anaknya. Mereka ingin yang terbaik untuk anak-anaknya. Dan salah satunya memasukkan mereka ke sebuah pesantren.
Nilai pendidikan yang terkandung dalam novel ini adalah ketika tokoh Shilla menjadi perwakilan pesantrennya untuk pergi ke Jepang. Menandakan bahwa Pesantren tidak hanya mempelajari ilmu agama saja namun berbagai ilmu.
Karena novel ini berlatar tempat sebuah pesantren menjadikan novel ini banyak mengandung nilai-nilai terutama nilai-nilai agama.
Baca juga: Buku Novel Kita Pergi Hari Ini
Bagian akhir dari resensi novel Cahaya Cinta Pesantren ini menjelaskan pesan moral yang terkandung dalam novel tersebut.
Dan pesan moralnya adalah tidak ada orang tua yang menginginkan hal buruk terhadap anaknya. Orang tua ingin yang terbaik bagi anak-anaknya.
Dan jika itu merupakan hal yang tidak kamu sukai namun orang tua tau yang terbaik untuk kalian.Tetap sabar dan berserah diri kepada Tuhan Yang Maha Esa atas apa yang telah terjadi pada takdir hidup kita.
Hanya seorang Blogger enthusiasm dan penikmat kopi saja. Suka berbagi pengetahuan kecil & bercita-cita jadi pengusaha media.