Cerita Malin Kundang cukup populer di masyarakat Indonesia. Novel yang memiliki latar Padang Sumatra Barat ini menjadi cerita rakyat yang melegenda dari masa ke masa.
Namun setiap para penulis memiliki alur cerita yang berbeda-beda termasuk yang diceritakan oleh Titis Asmarandana di novelnya.
Penasaran dengan isi bukunya? Kamu bisa baca resensi novel Malin Kundang di artikel ini. Yuk simak!
Judul Novel | Malin Kundang |
Penulis | Titis Asmarandana |
Jumlah halaman | 128 halaman |
Ukuran buku | 24×16 cm |
Penerbit | PT Dua Media Tebal |
Kategori | Fiksi |
Tahun Terbit | 2010 |
Harga novel | Rp. 35.000 |
Buku Malin Kundang si anak durhaka ini merupakan karya dari Titis Asmarandana. Yang diterbitkan pada tahun 2010. Novel ini memiliki ketebalan 128 halaman dan diterbitkan oleh PT. Dua Media Tebal.
Dikisahkan bahwa Malin Kundang adalah salah seorang pemuda yang tinggal di pesisir pantai di wilayah Sumatera Barat.
Ia tinggal bersama kedua orang tuanya dengan kondisi ekonomi yang memprihatinkan.
Karena sebab itu, ayah Malin Kundang memutuskan untuk berlayar ke seberang merantau agar memperoleh uang yang lebih banyak.
Tetapi, hari demi hari, minggu ke minggu, bulan ke bulan, hingga tahun ke tajun. ayah Malin Kundang tidak juga pulang. Sejak saat itu, Malin hanya tinggal berdua dengan ibunya di sebuah gubuk kecil.
Melihat kondisi ekonomi ibunya yang memperihatinkan Malin merasa sedih dan tidak tega melihat ibundanya banting tulang untuk menafkahi dirinya.
Hal tersebut memperkuat dirinya untuk memutuskan ia akan merantau ke negeri seberang. Awalnya ibunya tidak mengijinkannya merantau.
Tetapi, Malin terus bertekad untuk meminta ijin kepada ibunya merantau ke negeri seberang.
Dengan berat hati akhirnya, ibunda malin mengijinkannya. Namun, telah lama merantau, Malin tak kunjung juga untuk pulang.
Bahkan ibunda Malin telah mendapatkan kabar bahwa Malin telah menjadi orang sukses dan kaya di negeri seberang sana.
Ia pun merasa sangat senang dan bersyukur jika hal tersebut benar terjadi kepada anaknya. Dan suatu hari, Malin melakukan perjalanan bersama istrinya untuk urusan bisnis ke kampung halamannya.
Tetapi, sesampainya di kampung halamannya, Malin bertemu dengan ibunya dan malah memakinya sambil mengatakan bahwa wanita itu bukan ibunya.
Malin tak mengakui ibu kandungnya sendiri. Merasa sakit hati, ibunya pun mengutuknya menjadi batu.
Dalam resensi novel Malin Kundang terdapat unsur intrinsik di dalamnya, diantaranya adalah:
Tema yang diangkat dalam novel Malin Kundang ini yaitu kehidupan keluarga miskin yaitu seorang ibu tua dan anak yang durhaka kepada ibunya.
Berikur merupakan beberapa tokoh yang terdapat dalam novel, yaitu adalah:
Alur yang digunakan dalam novel malin kundang ini menggunakan alur maju dimana dari awal cerita hingga akhir diceritakan seacara runtut dan teratur.
Latar waktu yang digunakan dalam novel malin kundang yaitu pagi hari, siang hari, sore hari dan juga malam hari.
Latar tempat yang digunakan dalam novel yaitu di Padang Sumatra Barat.
Sudut pandang yang digunakan dalam novel Malin Kundang ini yaitu menggunakan sudut pandang ketiga yang serba tahu.
Gaya bahasa yang digunakan dalam novel ini yaitu menggunakan gaya bahasa yang ringan dan mudah di pahami karena menggunakan gaya bahasa sehari-hari.
Amanat yang terkandung dalam novel malin kundang adalah ibu merupakan bagian terpenting dalam sebuah kehidupan.
Maka sayangilah ibumu selagi masih hidup jangan sia-siakan dimasa hidupnya. Karena pengorbanan seorang ibu tidak ada batas untuk anaknya.
Berikut merupakan unsur ekstrinsik yang terdapat dalam novel malin kundang diantaranya adalah:
Cerita Malin Kundang merupakan cerita rakyat yang hidup di hati masyarakat tidak hanya di ranah Minang melainkan dikenal secara nasional. Cerita tersebar karena diceritakan dari mulut ke mulut.
Kehidupan Malin Kundang yang teramat miskin hingga ia menjadi kaya menjadikan sirinya sombong dan itu merupakan perilaku yang tidak patut di contoh.
Keadaan ibu Malin Kundang yang kini menjanda harus bisa bertahan hidup dari kemiskinan yang kian menyulitkannya.
Terakhir dari resensi novel Malin Kundang yaitu pesan moral yang terkandung dalam novel tersebut adalah:
ibu merupakan bagian terpenting dalam sebuah kehidupan.
Maka sayangilah ibumu selagi masih hidup jangan sia-siakan dimasa hidupnya.
Karena pengorbanan seorang ibu tidak ada batas untuk anaknya.
Hanya seorang Blogger enthusiasm dan penikmat kopi saja. Suka berbagi pengetahuan kecil & bercita-cita jadi pengusaha media.