Buku filosofi teras ini merupakan sebuah karya dari Henry Manampiring. Buku ini di buat karena Henry pernah menderita Major Depressive Disorder atau depresi pada saat 2017.
Saat itu ia membaca sebuah buku mengenai filosofi stoa yang menjelaskan bagaimana menangani depresi tanpa obat dengan mengendalikan emosi.
Penasaran dengan bukunya? Yuk, baca dulu resensi buku filosofi teras pada artikel ini. akan di bahas secara lengkap mengenai unsur penting buku.
Judul Novel | Filosofi Teras |
Penulis | Henry Manampiring |
Jumlah halaman | 320 halaman |
Ukuran buku | 13×19 cm |
Penerbit | PT. Kompas Media Nusantara |
Kategori | Non Fiksi Motivasi |
Tahun Terbit | 2018 |
Harga novel | Rp.98.000,- |
Buku filosofi teras ini meruakan sebuah karya dari Hendry Manampiring yang mulai diterbitkan pada tahun 2018 oleh PT. Kompas Media Nusantara dan buku ini memiliki ketebalan mencapai 320 halaman.
Buku filosofi teras ini lebih ke sebuah cerita pengalaman pribadi Henry yang menemukan untuk menangani depresi yang di deritanya dengan filosofi stoa.
Saat ia di vonis memiliki depresi ia tak sengaja membaca sebuah buku yang berjudul to B a Stoic karya Massimo Piglucci yang mengajarkan ajaran stoisisme atau filsafat stoa.
Dan setelah membaca buku tersebut ia merasa menemukan sebuah terapi tanpa obat dalam menangani depresi. Dengan membaca dan melakukan ajaran yang ada pada buku tersebut.
Dengan membaca buku itu akhirnya Henry merasa tenang dan dapat mengendalikan emosinya. FIlosofi teras adalah buku yang berisikan ajaran filsafat stoa.
Filsafat stoa adalah nama dari sebuah aliran filsafat Yunani yang diciptakan oleh Zeno dalam mengajar filosofinya kepada muridnya (kaum stoa) sehingga nama filsafatnya di sebut dengan stotisisme.
Alasan penulis memberi judul filosofi teras karena terdapat banyak orang yang sulit menyebutkan “stosisme” sehingga menggunakan terjemahan dari kata stoa yaitu teras.
Di dalam buku ini terdapat 12 bagian yang di bagi menjadi 12 bab yang menarik yaitu survei khawatir nasional.
Sebuah filosofi yang realistis, hidup selaras dengan alam, dikotomi kendali, mengendalikan intrepretasi dan persepsi, memperkuat mental.
Hidup di antara orang yang menyebalkan, menghadapi kesusahan dan musibah, menjadi orang tua, citizen of the world, tentang kematian, dan penutup.
Ajaran yang terdapat pada buku filosofi teras ini dapat di terapkan oleh siapa saja dan tidak bersifat memaksa sehingga pembaca bebas boleh menerapkannya atau tidak.
Ajaran stoa yang terdapat dalam buku ini bertujuan agar pembacanya atau yang menerapkannya mampu hidup dengan tentram dengan cara bebas dari emosi negatif.
Emosi negatif di sini semisal sedih, marah, cemburu, curiga, baper, dan hal lainnya. Selain itu, filsafat stoa ini juga memiliki tujuan agar para pembacanya dalam menjalani kehidupan untuk dapat mengasah kebajikan.
Ada empat kebajikan yang diajarkan dalam buku ini tentang kebijaksanaan, keadilan, keberanian, dan menahan diri.
Buku filosopi teras ini mengajarkan kita sebagai manusia untuk wajib hidup selaras dengan alam. Artinya kita harus hidup dengan menggunakan nalar.
Dan hal inilah yang membedakan manusia dengan binatang yaitu memiliki nalar, akal sehat, rasio dan kemampuan penggunaannya untuk hidup dalam kebaikan.
Dalam pandangan filsafat stoa juga menjelaskan bahwa bahagia adalah ketika kita hidup bebas dari emosi negatif bukan saat banyak memiliki emosi positif.
Dengan adanya emosi negatif yang bersarang pada diri manusia maka akan menyebabkan timbul rasa khawatir dan cemas yang berlebihan.
Dan timbulnya rasa khawatir biasanya di sebabkan oleh opini dari orang lain yang tidak rasional atau pun opini orang lain. padahal opini orang lain adalah hal yang tidak bisa kendalikan.
Oleh sebab itu, sebaiknya kita mulai bisa hal-hal yang bukan dalam kendali kita agar dapat mengurangi rasa cemas dan tidak menyebabkan stres.
Dalam resensi buku filosofi teras terdapat unsur intrinsik di dalamnya, yaitu:
Tema yang diangkat dalam buku ini yaitu tentang sebuah filosofi yang mampu memotivasi diri untuk dapat mengontrol emosi negatif.
Dalam buku ini tokoh yang diceritakan yaitu merupakan pengalamannya pribadi yaitu penulisnya sendiri yaitu Henry Manampiring.
Alur yang digunakan menurut saya ini merupakan alur campuran dimana ia mengisahkan plashbacknya ketika ia mengalami depresi.
Latar waktu yang ia ceritakan yaitu sekitar pada tahun 2017.
Gaya bahasa yang digunakan dalam buku ini memiliki bahasa yang cukup berat karena banyak pengertian atau definisi yang memerlukan pemahaman lebih dalam dan juga bahasa inggrisnya.
Amanat yang terkandung dalam buku ini yaitu bahwa kita memiliki hal yang bisa kita kendalikan dalam hidup dan yang tidak bisa dikendalikan seperti omongan orang lain.
Kita harus memahami itu agar tidak terjadi kecemasan dan stres dari opini yang tidak membangun.
Berikut merupakan unsur ekstrinsik resensi buku filosofi teras, yaitu:
Henry Manampiring merupakan seorang praktisi periklanan, dengan kekhususan strategi merek dan komunikasi. Selain itu ia juga memiliki keahlian di bidang penulis dan juga seorang bloger.
Buku ini banyak memberikan manfaat dan motivasi bagi orang lain memiliki gangguan emosi negatif.
Terakhir dari resensi buku filosofi teras yaitu pesan moralnya adalah: bahwa kita memiliki hal yang bisa kita kendalikan dalam hidup dan yang tidak bisa dikendalikan seperti omongan orang lain.
Kita harus memahami itu agar tidak terjadi kecemasan dan stres dari opini yang tidak membangun.
Hanya seorang Blogger enthusiasm dan penikmat kopi saja. Suka berbagi pengetahuan kecil & bercita-cita jadi pengusaha media.