Ciri-Ciri Sejarah sebagai Ilmu Beserta Contohnya (Lengkap)

Ciri-Ciri Sejarah sebagai Ilmu Beserta Contohnya (Lengkap)

Sejarah sebagai ilmu memiliki karakteristik tertentu yang membuatnya unik dan berbeda dari disiplin ilmu lainnya.

Sebagai pembaca yang ingin memahami lebih dalam mengenai sejarah sebagai ilmu, kamu perlu mengetahui ciri-ciri yang menjadikannya sebuah ilmu yang kredibel dan bermanfaat.

Di artikel ini kamu akan menemukan beberapa ciri-ciri sejarah sebagai ilmu. Silahkan baca dan simak penjelasan lengkapnya di artikel ini.

Pengertian Sejarah

Sejarah adalah disiplin ilmu yang mempelajari peristiwa masa lalu, dengan tujuan untuk memahami bagaimana kejadian-kejadian tersebut mempengaruhi perkembangan masyarakat, budaya, dan peradaban hingga saat ini.

Kata “sejarah” sendiri berasal dari bahasa Arab, yaitu “syajarah” yang berarti pohon, melambangkan pertumbuhan dan perkembangan waktu.

Sejarah Sebagai Ilmu

Sejarah sebagai ilmu tidak hanya terbatas pada pengumpulan dan penyajian fakta-fakta masa lalu. Lebih dari itu, sejarah adalah upaya analitis dan interpretatif untuk memberikan makna terhadap peristiwa yang telah terjadi. Sebagai ilmu, sejarah memiliki beberapa ciri utama, di antaranya:

1. Empiris

Sejarah didasarkan pada bukti-bukti nyata yang dapat diverifikasi. Bukti ini bisa berupa dokumen tertulis, artefak, catatan lisan, dan sumber-sumber lain yang dianggap valid dan dapat dipercaya.

2. Analitis

Sejarah tidak hanya menyajikan apa yang terjadi, tetapi juga mengapa dan bagaimana peristiwa tersebut terjadi. Analisis sejarah melibatkan pemahaman tentang sebab-akibat serta konteks sosial, politik, dan ekonomi dari peristiwa-peristiwa tersebut.

3. Kronologis

Sejarah disusun berdasarkan urutan waktu, sehingga dapat memberikan gambaran perkembangan dan perubahan yang terjadi dari masa ke masa.

4. Interpretatif

Sejarawan memberikan interpretasi terhadap peristiwa berdasarkan bukti yang ada. Interpretasi ini bisa berbeda-beda tergantung pada perspektif dan pendekatan yang digunakan.

Fungsi dan Manfaat Sejarah

Sejarah memiliki beberapa fungsi dan manfaat yang penting bagi kehidupan manusia, antara lain:

1. Pemahaman Masa Lalu

Sejarah membantu kita memahami bagaimana masyarakat, budaya, dan peradaban berkembang dari masa ke masa. Dengan mempelajari sejarah, kita bisa mengetahui asal-usul kita dan bagaimana peristiwa-peristiwa masa lalu membentuk dunia saat ini.

2. Pembelajaran

Sejarah memberikan pelajaran berharga dari kesalahan dan keberhasilan masa lalu. Dengan memahami sejarah, kita bisa belajar untuk tidak mengulangi kesalahan yang sama dan mengambil inspirasi dari keberhasilan masa lalu.

3. Identitas

Sejarah membantu membentuk identitas individu dan kelompok. Melalui sejarah, kita bisa memahami warisan budaya dan nilai-nilai yang diturunkan dari generasi ke generasi.

4. Kritisisme

Studi sejarah mengajarkan kita untuk berpikir kritis dan analitis. Dengan menganalisis sumber-sumber sejarah, kita belajar untuk mempertanyakan dan menilai informasi secara kritis.

5. Perspektif

Sejarah memberikan perspektif yang lebih luas tentang peristiwa dan fenomena yang terjadi di dunia. Dengan memahami konteks sejarah, kita bisa melihat masalah dan tantangan saat ini dari sudut pandang yang lebih luas.

Jenis-Jenis Sejarah

Sejarah dapat dibagi menjadi beberapa jenis berdasarkan fokus dan pendekatannya, antara lain:

  1. Sejarah Politik: Mempelajari peristiwa-peristiwa politik, pemerintahan, dan hubungan internasional.
  2. Sejarah Ekonomi: Menganalisis perkembangan ekonomi, perdagangan, dan industri dari masa ke masa.
  3. Sejarah Sosial: Meneliti kehidupan sosial, budaya, dan komunitas masyarakat.
  4. Sejarah Militer: Mengkaji peperangan, strategi militer, dan perkembangan angkatan bersenjata.
  5. Sejarah Intelektual: Membahas perkembangan ide, pemikiran, dan filsafat.
  6. Sejarah Lingkungan: Mempelajari interaksi antara manusia dan lingkungan alam dari perspektif sejarah.

Ciri-Ciri Sejarah sebagai Ilmu

Berikut adalah ciri-ciri sejarah sebagai ilmu:

1. Fakta Historis yang Terbukti

Sejarah sebagai ilmu didasarkan pada fakta-fakta yang bisa dibuktikan kebenarannya. Fakta-fakta ini diperoleh melalui berbagai sumber, seperti dokumen, artefak, dan kesaksian dari masa lampau. Seorang sejarawan bertugas untuk meneliti, memverifikasi, dan mengkaji bukti-bukti ini secara mendalam untuk memastikan bahwa informasi yang diberikan adalah akurat.

2. Objektivitas

Objektivitas adalah prinsip utama dalam penulisan sejarah. Meskipun sulit untuk sepenuhnya objektif, sejarawan berusaha untuk mengurangi bias pribadi dan memberikan gambaran yang seimbang mengenai peristiwa yang terjadi. Penulisan sejarah yang objektif membantu kita memahami peristiwa masa lalu tanpa pengaruh dari pandangan atau kepentingan pribadi.

3. Kritis Terhadap Sumber

Sejarawan harus kritis terhadap sumber-sumber yang mereka gunakan. Ini berarti mereka harus mengevaluasi keandalan dan validitas sumber tersebut. Tidak semua sumber memiliki tingkat kredibilitas yang sama, sehingga penting bagi sejarawan untuk mempertimbangkan konteks, penulis, dan tujuan dari setiap sumber yang mereka gunakan.

4. Kronologis

Sejarah disusun secara kronologis, artinya peristiwa-peristiwa ditulis berdasarkan urutan waktu terjadinya. Penyusunan kronologis membantu kita memahami perkembangan dan hubungan antara peristiwa yang berbeda. Dengan mengetahui urutan peristiwa, kita bisa melihat bagaimana suatu kejadian mempengaruhi peristiwa lainnya.

5. Analitis

Selain menyajikan fakta, sejarah sebagai ilmu juga analitis. Sejarawan tidak hanya menceritakan apa yang terjadi, tetapi juga menganalisis mengapa dan bagaimana peristiwa tersebut terjadi. Analisis ini melibatkan penjelasan mengenai sebab dan akibat, serta faktor-faktor yang mempengaruhi peristiwa tersebut.

6. Interdisipliner

Sejarah sebagai ilmu seringkali bersifat interdisipliner, yang berarti melibatkan berbagai disiplin ilmu lain untuk memperkaya pemahaman kita mengenai masa lalu. Misalnya, arkeologi, antropologi, sosiologi, dan geografi sering digunakan untuk melengkapi penelitian sejarah. Pendekatan interdisipliner ini membantu sejarawan mendapatkan gambaran yang lebih lengkap dan mendalam.

7. Berbasis Teori

Seperti disiplin ilmu lainnya, sejarah juga menggunakan teori untuk membantu menjelaskan dan memahami fenomena sejarah. Teori-teori ini memberikan kerangka kerja yang membantu sejarawan mengorganisir dan menganalisis informasi. Misalnya, teori Marxist, teori modernisasi, dan teori strukturalisme sering digunakan dalam penulisan sejarah.

8. Proses Penelitian yang Sistematis

Penelitian sejarah melibatkan proses yang sistematis dan metodologis. Sejarawan harus melalui tahap-tahap tertentu dalam penelitiannya, seperti pengumpulan data, verifikasi sumber, analisis, dan penulisan. Proses yang sistematis ini memastikan bahwa penelitian sejarah dilakukan dengan cara yang terstruktur dan dapat dipertanggungjawabkan.

9. Rekonstruksi Masa Lalu

Tujuan utama sejarah sebagai ilmu adalah untuk merekonstruksi masa lalu seakurat mungkin. Ini melibatkan usaha untuk menghidupkan kembali peristiwa dan kehidupan masa lampau berdasarkan bukti-bukti yang ada. Rekonstruksi ini bukan hanya tentang apa yang terjadi, tetapi juga bagaimana peristiwa tersebut dipahami oleh orang-orang pada masanya.

10. Berkembang dengan Waktu

Pengetahuan sejarah tidak statis. Sejarah terus berkembang seiring dengan ditemukannya bukti-bukti baru dan munculnya interpretasi baru. Ini berarti pemahaman kita tentang masa lalu dapat berubah dan diperbaharui. Sejarawan harus terbuka terhadap penemuan baru dan siap untuk merevisi pandangan mereka berdasarkan bukti terbaru.

Ciri-Ciri Sejarah Sebagai Ilmu Menurut Kuntowijoyo

Kuntowijoyo, seorang sejarawan dan budayawan terkemuka di Indonesia, memiliki pandangan yang mendalam mengenai sejarah sebagai ilmu. Dalam karyanya, ia mengemukakan beberapa ciri khas yang menjadikan sejarah sebagai disiplin ilmu yang ilmiah dan dapat dipercaya. Berikut adalah ciri-ciri sejarah sebagai ilmu menurut Kuntowijoyo:

1. Empiris

Sejarah didasarkan pada data dan fakta yang dapat diverifikasi. Ini berarti bahwa penelitian sejarah harus didukung oleh bukti-bukti nyata seperti dokumen, artefak, dan sumber lainnya. Kuntowijoyo menekankan pentingnya pengumpulan data yang akurat dan autentik sebagai dasar dari penelitian sejarah.

2. Objektivitas

Menurut Kuntowijoyo, sejarah harus ditulis secara objektif, tanpa adanya bias pribadi dari sejarawan. Objektivitas ini penting untuk memberikan gambaran yang akurat dan tidak memihak mengenai peristiwa masa lalu. Sejarawan harus berusaha untuk menyajikan fakta sebagaimana adanya, tanpa dipengaruhi oleh pandangan atau kepentingan pribadi.

3. Kritis

Penelitian sejarah harus dilakukan dengan sikap kritis terhadap sumber-sumber yang digunakan. Kuntowijoyo mengajarkan bahwa sejarawan harus selalu mempertanyakan keandalan dan validitas sumber informasi mereka. Sikap kritis ini melibatkan analisis terhadap konteks, penulis, dan tujuan dari setiap sumber sejarah.

4. Kronologis

Sejarah harus disusun secara kronologis, artinya peristiwa-peristiwa disusun berdasarkan urutan waktu terjadinya. Kuntowijoyo menekankan pentingnya kronologi untuk memahami perkembangan dan hubungan antar peristiwa. Urutan waktu membantu sejarawan dan pembaca melihat bagaimana satu peristiwa mempengaruhi peristiwa lainnya.

5. Diakronis dan Sinkronis

Kuntowijoyo mengajukan dua pendekatan dalam memahami sejarah: diakronis dan sinkronis. Pendekatan diakronis melihat perkembangan suatu peristiwa dari waktu ke waktu, sedangkan pendekatan sinkronis melihat berbagai peristiwa yang terjadi dalam periode waktu yang sama. Kedua pendekatan ini penting untuk memberikan pemahaman yang komprehensif mengenai sejarah.

6. Naratif dan Eksplanatif

Sejarah tidak hanya menyajikan narasi atau cerita mengenai peristiwa masa lalu, tetapi juga memberikan penjelasan tentang sebab dan akibat dari peristiwa tersebut. Kuntowijoyo menekankan bahwa sejarah harus mampu menjawab pertanyaan “mengapa” dan “bagaimana” peristiwa terjadi, bukan hanya “apa” yang terjadi.

7. Holistik

Kuntowijoyo melihat sejarah sebagai ilmu yang holistik, yang berarti sejarah harus mempertimbangkan berbagai aspek kehidupan manusia, seperti politik, ekonomi, sosial, budaya, dan lain-lain. Pendekatan holistik ini penting untuk mendapatkan gambaran yang utuh mengenai masa lalu.

8. Berbasis Teori

Sejarah juga menggunakan teori untuk membantu menjelaskan dan memahami fenomena sejarah. Teori memberikan kerangka kerja yang membantu sejarawan mengorganisir dan menganalisis informasi. Menurut Kuntowijoyo, teori dalam sejarah membantu dalam memberikan penjelasan yang lebih mendalam dan terstruktur.

9. Etis

Sejarah sebagai ilmu juga harus memiliki dimensi etis. Ini berarti sejarawan harus memiliki tanggung jawab moral dalam menyajikan fakta dan interpretasi sejarah. Kuntowijoyo menekankan pentingnya integritas dan kejujuran dalam penelitian sejarah.

10. Fungsional

Sejarah harus memiliki fungsi bagi kehidupan manusia, baik sebagai individu maupun masyarakat. Kuntowijoyo percaya bahwa sejarah harus mampu memberikan pelajaran dan hikmah yang bermanfaat bagi pembacanya. Sejarah tidak hanya untuk diketahui, tetapi juga untuk dipahami dan dijadikan pedoman.

Contoh Sejarah Sebagai Ilmu

Untuk memahami bagaimana sejarah bekerja sebagai ilmu, mari kita lihat beberapa contoh konkret yang menunjukkan proses dan prinsip-prinsip ilmiah dalam penelitian sejarah.

Contoh-contoh ini akan mengilustrasikan bagaimana sejarah menggunakan bukti, analisis, dan interpretasi untuk memberikan pemahaman yang mendalam tentang masa lalu.

1. Penelitian Tentang Revolusi Industri

Empiris: Penelitian tentang Revolusi Industri didasarkan pada berbagai bukti nyata seperti dokumen pabrik, catatan perdagangan, data sensus, dan artefak teknologi dari abad ke-18 dan ke-19.

Objektivitas: Sejarawan berusaha untuk menyajikan fakta tentang kondisi ekonomi, sosial, dan teknologi pada masa itu tanpa dipengaruhi oleh pandangan atau kepentingan pribadi.

Kritis: Sumber-sumber informasi seperti laporan pemerintah, catatan pribadi, dan surat kabar dianalisis secara kritis untuk menilai keandalan dan validitasnya.

Kronologis: Peristiwa-peristiwa disusun secara kronologis, mulai dari awal Revolusi Industri di Inggris pada akhir abad ke-18 hingga penyebarannya ke Eropa dan Amerika Serikat.

Diakronis dan Sinkronis: Penelitian ini melihat perkembangan teknologi dan ekonomi dari waktu ke waktu (diakronis) serta membandingkan kondisi sosial dan ekonomi di berbagai wilayah pada periode yang sama (sinkronis).

Naratif dan Eksplanatif: Selain menyajikan urutan peristiwa, sejarawan juga menjelaskan penyebab terjadinya Revolusi Industri, seperti inovasi teknologi dan perubahan dalam sistem produksi, serta dampaknya terhadap masyarakat.

Holistik: Penelitian ini mempertimbangkan berbagai aspek seperti dampak ekonomi, perubahan sosial, perkembangan teknologi, dan pergeseran budaya yang terjadi selama Revolusi Industri.

Berbasis Teori: Teori-teori ekonomi dan sosial digunakan untuk menganalisis perubahan yang terjadi selama Revolusi Industri, seperti teori kapitalisme dan urbanisasi.

Etis: Sejarawan memastikan bahwa penelitiannya mencerminkan integritas dan kejujuran, misalnya dengan tidak memanipulasi data untuk mendukung pandangan tertentu.

Fungsional: Penelitian tentang Revolusi Industri memberikan wawasan tentang perubahan besar dalam sejarah manusia, yang membantu kita memahami perkembangan ekonomi dan teknologi modern.

2. Studi Tentang Perang Dunia II

Empiris: Penelitian tentang Perang Dunia II didasarkan pada sumber-sumber seperti dokumen militer, surat kabar, memoar, foto, dan film dari tahun 1939 hingga 1945.

Objektivitas: Sejarawan berusaha untuk menyajikan pandangan yang seimbang mengenai perang, dengan mempertimbangkan perspektif dari berbagai pihak yang terlibat.

Kritis: Sumber-sumber seperti propaganda perang, laporan resmi, dan kesaksian individu dianalisis secara kritis untuk mengidentifikasi bias dan menentukan keakuratan informasi.

Kronologis: Peristiwa-peristiwa selama Perang Dunia II disusun dalam urutan kronologis, mulai dari invasi Jerman ke Polandia hingga pengeboman Hiroshima dan Nagasaki.

Diakronis dan Sinkronis: Penelitian ini melihat perkembangan perang dari waktu ke waktu (diakronis) dan membandingkan situasi di berbagai front perang secara bersamaan (sinkronis).

Naratif dan Eksplanatif: Selain menceritakan urutan peristiwa, sejarawan juga menjelaskan faktor-faktor yang menyebabkan perang, strategi militer yang digunakan, dan dampak sosial-politik yang dihasilkan.

Holistik: Penelitian ini mempertimbangkan berbagai aspek seperti politik, ekonomi, sosial, dan budaya yang terlibat dalam Perang Dunia II.

Berbasis Teori: Teori-teori konflik, hubungan internasional, dan politik digunakan untuk menganalisis penyebab dan konsekuensi dari perang.

Etis: Sejarawan memastikan bahwa penelitian mereka tidak hanya faktual tetapi juga mempertimbangkan implikasi etis, seperti kejahatan perang dan dampak pada populasi sipil.

Fungsional: Penelitian tentang Perang Dunia II memberikan pelajaran penting tentang konflik global, diplomasi, dan perdamaian, yang relevan bagi upaya mencegah perang di masa depan.

Contoh-contoh di atas menunjukkan bagaimana sejarah sebagai ilmu melibatkan proses yang sistematis dan metodologis untuk mengkaji peristiwa masa lalu.

Dengan mengandalkan bukti empiris, analisis kritis, dan pendekatan yang holistik, sejarah sebagai ilmu tidak hanya memberikan gambaran tentang apa yang terjadi, tetapi juga membantu kita memahami mengapa dan bagaimana peristiwa tersebut terjadi serta dampaknya bagi perkembangan masyarakat.

Kesimpulan

Sejarah sebagai ilmu memiliki ciri-ciri yang menjadikannya sebuah disiplin ilmu yang unik dan penting. Dengan memahami ciri-ciri ini, kamu dapat lebih menghargai usaha dan kerja keras yang dilakukan oleh sejarawan dalam menggali dan menyajikan fakta-fakta dari masa lalu.

Pengetahuan sejarah membantu kita memahami asal-usul kita, belajar dari kesalahan masa lalu, dan merencanakan masa depan yang lebih baik.

Hanya seorang Blogger enthusiasm dan penikmat kopi saja. Suka berbagi pengetahuan kecil & bercita-cita jadi pengusaha media.

You might also like

Blog Literasi dan Dunia Teknologi

Menu