Resensi Film Jembatan Pensil: Sinopsis, Intrinsik & Amanat

Resensi Film Jembatan Pensil

Resensi film Jembatan Pensil menceritakan tentang perjuangan para anak sekolah SD di Labalawa, Sulawesi Tenggara untuk menempuh pendidikan. Meskipun dengan berbagai keterbatasan, mereka tetap semangat menggapai cita-citanya.

Terutama untuk tokoh Odeng, meski ia memiliki keterbelakangan mental. Tetapi dengan kemampuannya membuat sketsa, ia berhasil membuat sketsa jembatan baru. Memang, jembatan di desanya sudah rapuh.

Tanpa jembatan maka akses jalan untuk melakukan banyak kegiatan menjadi terhambat. Lalu, akankah jembatan pensil itu mengantarkan Odeng menggapai cita-citanya? simak artikel ini sampai selesai ya.

Identitas Film Jembatan Pensil

Judul FilmJembatan Pensil
Penulis NaskahExan Zen
SutradaraHasto Broto
Durasi film1 Jam 30 Menit
Kategori FilmFilm drama anak
Pemain FilmDidi Mulya, Alisia Rininta, Kevin Julio,Vickram Priyono, dan Andi Bersama
Tahun Produksi2017
Perusahaan ProduksiGrahandhika Visual

Film Jembatan Pensil karya Exan Zen diproduksi oleh Grahandhika Visual pada tahun 2017.

Film ini disutradari oleh Hasto Broto. Film drama anak ini berdurasi 1 jam 30 menit. Dimainkan oleh Didi Mulya, Alisia Rininta, Kevin Julio,Vickram Priyono, dan Andi Bersama.

Sinopsis Film Jembatan Pensil

Jembatan Pensil adalah film dokumenter pendek karya Exan Zen yang dirilis pada tahun 2017.

Film ini mengisahkan tentang kehidupan masyarakat di Desa Labalawa, Kabupaten Muna, Sulawesi Tenggara, yang memiliki kesulitan dalam mengakses pendidikan karena lokasinya yang terpencil.

Diceritakan terdapat empat anak yang bersekolah dasar. Mereka bernama Aska, Nia, Inal, dan Odeng.

Inal dan Odeng merupakan anak yang berkebutuhan khusus, karena mereka berdua mempunyai kekurangan mental dan fisik.

Inal adalah anak yang tuna netra. Sedangkan, Odeng ia mempunyai keterbelakangan mental karena tidak ada yang mengurusnya.

Meskipun begitu, Odeng mempunyai kelebihan khusus. Ia dapat membuat sketsa yang bagus.

Setiap hari ia pun membuat sketsa. Salah satu sketsa yang paling bagus dibuatnya ada sketsa gambar ayahnya yang merupakan seorang nelayan.

Selain itu, Odeng juga menggambarkan sketsa tentang jembatan di desanya yang sudah rapuh. Ia sangat berharap suatu saat jembatan di desanya itu dapat diperbaiki.

Memang benar, di lain waktu sketsa jembatan tersebut dapat diperbaiki. Tetapi, saat itu juga ia harus kehilangan sosok ayahnya.

Dalam film ini, kita dapat melihat bagaimana anak-anak di desa tersebut harus menyeberangi sungai yang dalam dan berbahaya untuk dapat menuju sekolah.

Karena jembatan yang ada sudah tidak layak dan aman untuk dilalui, anak-anak dan orang dewasa di desa tersebut membangun sebuah jembatan pensil sederhana yang terbuat dari kayu dan tali.

Film ini menggambarkan bagaimana kesulitan yang dihadapi oleh masyarakat desa tersebut dan upaya mereka untuk mengatasi masalah tersebut dengan keterbatasan sumber daya yang mereka miliki.

Selain itu, film ini juga menyoroti pentingnya pendidikan dan bagaimana anak-anak di desa tersebut berjuang untuk mendapatkan akses ke pendidikan yang layak.

Dengan pengambilan gambar yang indah dan cerita yang menyentuh, film Jembatan Pensil berhasil memberikan pesan yang kuat tentang pentingnya pendidikan dan bagaimana kesulitan dapat diatasi dengan kerja sama dan semangat gotong royong.

Unsur Intrinsik Film

Adapun unsur intrinsik film Jembatan Pensil yang menarik untuk diketahui, yaitu:

1. Tema

Tema utama film ini adalah perjuangan dan persahabatan antara tokoh-tokohnya, serta nilai-nilai persaudaraan yang dijalin antara mereka.

2. Alur

Alur dalam film Jembatan Pensil ini menggunakan alur maju. Diceritakan bagaimana para tokohnya berjuang dalam menjalani kehidupan yang penuh dengan konflik di daerah terpencil yang serba kekurangan.

3. Tokoh

Tokoh utama yang diceritakan dalam film yaitu Aska, Nia, Inal, Odeng, ayah Odeng, dan bapak ibu gurunya.

4. Latar Tempat

Latar tempat kejadian yang diceritakan dalam film Jembatan Pensil yaitu berada di Desa Labalawa, Kabupaten Muna, Sulawesi Tenggara.

5. Latar Waktu

Latar waktu yang dikisahkan dalam film Jembatan Pensil yaitu jam sekolah, pagi, siang, dan malam hari.

6. Sudut Pandang

Sudut pandang yang digunakan penulis dalam menggambarkan karakter tokohnya yaitu sudut pandang orang ketiga, pelaku utama.

7. Gaya bahasa

Gaya bahasa dalam novel ini cenderung santai dan mudah dipahami, dengan sedikit unsur humor dan dialog yang alami.

8. Amanat

Dengan keterbatasan yang dimiliki oleh anak-anak di Labalawa, mereka tetap semangat belajar untuk meraih cita-citanya.

Untuk kamu yang segalanya tercukupi, milikilah semangat berprestasi yang tinggi.

Unsur Ekstrinsik Film

Selain itu, terdapat pula unsur ekstrinsik film yang menarik untuk diketahui. Diantaranya yaitu:

1. Biografi Penulis

Exan Zen merupakan pengarang muda Indonesia yang berhasil menciptakan karya yang sangat populer dan diakui di dalam dan luar negeri.

2. Kondisi Sosial

Kondisi sosial masyarakat di Labalawa, Kabupaten Muna, Sulawesi Tenggara tercermin dalam film ini, seperti kemiskinan, dan keterbatasan pendidikan.

Penulis benar-benar mampu menggambarkan kondisi sosial yang ada di daerah Labalawa, Sulawesi Tenggara.

3. Nilai Pendidikan

Meski tinggal di daerah perbatasan, tetapi anak-anak tetap semangat dalam menggapai cita-citanya. Tetap, semangat untuk pergi ke sekolah dengan jembatan yang rapuh untuk menempuh pendidikan.

4. Nilai Moral

Janganlah merendahkan orang dari fisik yang dimiliki orang lain. Karena setiap orang pasti memiliki kelebihannya masing-masing.

Kelebihan Film

Kelebihan film Jembatan Pensil yaitu mempunyai banyak nilai positif di dalam ceritanya. Selain itu, tampilan visualnya juga sangat bagus sehingga penonton benar-benar bisa merasakan seperti apa yang dialami oleh para tokohnya.

Kekurangan Film

Kekurangan film Jembatan Pensil yaitu ada bagian cerita yang terkesan monoton bagi para pembacanya karena penggambaran ceritanya terlalu detail.

Amanat Film Jembatan Pensil

Amanat film Jembatan Pensil yaitu ukirlah cita-citamu setinggi langit. Tetap fokus dengan semangat untuk menggapai cita-citamu itu, meskipun banyak keterbatasan yang kamu punya.

Seorang guru Bahasa Indonesia yang kebetulan suka membaca novel dan mencurahkannya ke dalam tulisan.

Artikel Menarik Lainnya: