Novel biola tak berdawai ini merupakan sebuah karya berdasarkan skenario dan film karya Sekar Ayu Asmara dan di tulis ulang oleh Seno Gumira Ajidarma dengan menggunakan sudut pandang anak tunadaksa bernama Dewa.
Penasaran dengan isi bukunya? Kamu bisa baca dulu resensi novel biola tak berdawai pada artikel ini. akan di bahas berbagai unsur penting novel.
Mulai dari identitas, sinopsis, intrinsik, ekstrinsik, hingga pesan moral yang terkandung dalam novel tersebut. Simak yuk!
Judul Novel | Biola Tak Berdawai |
Penulis | Seno Gumira Ajidarma & Sekar Ayu Asmara |
Jumlah halaman | 132 halaman |
Ukuran buku | 13×20 cm |
Penerbit | PT. Dio Media |
Kategori | Fiksi Roman |
Tahun Terbit | 2018 |
Harga novel | Rp.60.000,- |
Novel biola tak berdawai ini merupakan karya dari Seno Ajidarma & Sekar Ayu Asmara yang mulai di terbitkan pada tahun 2018 oleh PT. Dio Media novel ini memiliki ketebalan mencapai 132 halaman dengan ukuran 13×20 cm.
Novel ini dikisahkan berdasarkan skenario dan film karya Sekar Ayu Asmara dengan cara pandang seorang anak tunadaksa bernama Dewa.
Ia autistik bisu, tubuh kecil yang tidak bisa berkembang, mata terbuka tapi tidak melihat, telinga yang bisa menangkap bunyi tapi tidak mendengar, jaringan otak yang rusak, leher yang selalu miring dan kepala tertunduk.
Dengan wajah seperti genderewo merupakan gambaran anak tersebut. Ia salah satu bayi yang tumbuh besar sampai delapan tahun yang di luar perkiraan kebanyakan orang di panti asuhan.
Ia adalah belahan jiwa dari seorang pengasuhnya bernama Renjani. Bersama dengan Mbak Wid merupakan pengurus dan pengasuh anak-anak panti di panti asuhan Rumah Asuh Ibu Sejati.
Terletak di daerah para pengrajin perak bernama Kotagede di pinggiran kota Yogyakarta. Di sini banyak menampung bayi-bayi yang tidak dikehendaki, karena cacat atau pun karena hasil dari hubungan gelap.
Renjadi dan Dewa mengarungi pergiliran waktu dan menyaksikan kedatangan para bayi tunadaksa yang cepat pula meninggalkan mereka karena kematian. Dan meninggalkan mereka ke pekuburan bayi.
Begitu pula dengan mbak Wid si dokter kepala jika siang akan memakai pakaian putih-putih maka malam ia akan berpakaian serba hitam.
Dan begitu percaya dengan ramalan Tarot dan menyepi di sebuah ruangan dengan seratus lilin.
Mbak Wid selalu bermain kartu dan di temani oleh Renjadi dan Dewa. Sampai suatu ketika Dewa menegakan kepala saat mendengar biola dari sebuah CD hanya sepersekian detik. Dan itu membuat Renjani bahagia.
Dan itulah yang membuat Renjani dan Dewa melihat Ballet Ramayana di candi Prambanan lalu berkenalan dengan pemuda bernama Bhisma.
Ia adalah seorang pemain biola. Ia semakin akrab dengan Renjani. Tapi keakraban itu rusak ketika Bhisma memaksa Renjani untuk menerima dirinya.
Dan itu membuatnya teringat masa lalunya yang kelam, alasan Renjadi pindah dari Jakarta ke kota kecil ini. apa yang sebenarnya terjadi? Yuk, simak di bukunya ya!
Dalam resensi novel biola tak berdawai ini terdapat unsur intrinsik di dalamnya, yaitu:
Tema yang diangkat dalam novel ini yaitu tentang kisah cinta seorang ibu pengasuh terhadap anak asuhnya yang cacat dan juga tentang asa dan asmara yang terhempas oleh duka dan waktu.
Alur yang digunakan dalam novel yaitu alur campuran.
Latar waktu yaitu pagi hari, siang hari, malam hari saat bulan purnama dan masih banyak lagi latar waktu lainnya.
Latar tempat yang digunakan yaitu di Jakarta, di Yogyakarta, di Rumah Asuh Ibu Sejati, di konser balet Ramayana dan lain-lain.
Sudut pandang yang digunakan yaitu sudut pandang Dewa si anak cacat berusia 8 tahun.
Gaya bahasa menggunakan diksi yang begitu berat dan membutuhkan beberapa pengertian lebih lanjut bagi orang awam.
Amanat yang terkandung adalah setiap anak memiliki hati dan juga perasan dan anak merupakan sebuah titipan sebaiknya harus di jaga dengan baik. janganlah memaksakan kehendak karena setiap yang dipaksakan tidak baik.
Berikut merupakan unsur ekstrinsik novel yaitu:
Sikap Renjani yang sangat menyayangi anak-anak itu merupakan sikap sosial yang sangat baik.
Sikap Dewa yang memiliki attitude yang buruk dan suka memaksakan kehendak tanpa berpikir tidak patut di contoh.
Terakhir dari resensi novel biola tak berdawai yaitu pesan moralnya adalah:
Setiap anak memiliki hati dan juga perasan dan anak merupakan sebuah titipan sebaiknya harus di jaga dengan baik. janganlah memaksakan kehendak karena setiap yang dipaksakan tidak baik.