Novel jalan menikung merupakan novel para priyayi 2 yang di karang oleh Umar Kayam. Novel mengisahkan tokoh utama Eko yang merupakan cucu dari keluarga besar Sastrodarsono.
Penasaran dengan isi bukunya? Kamu bisa baca resensi novel Jalan Menikung di artikel ini. Karena akan di ungkap secara lengkap mengenai unsur penting novel.
Mulai dari identitas, sinopsis, intrinsik, ekstrinsik hingga pesan moral yang terkandung di dalam novel tersebut.
Judul Novel | Jalan Menikung |
Penulis | Umar Kayam |
Jumlah halaman | 184 halaman |
Ukuran buku | 21×14 cm |
Penerbit | PT. Gramedia Pustaka Utama |
Kategori | Fiksi |
Tahun Terbit | 2022 |
Harga novel | Rp.35.000,- |
Novel jalan menikung ini sebuah karya dari Umar Kayam yang mulai diterbitkan pada tahun 2002 oleh PT. Gramedia Pustaka Utama pada tahun 2002. Novel ini memiliki ketebalan mencapai 184 halaman.
Novel ini diawali dari kisah Harimurti seorang redaktur penerbitan di Penerbit Mulia Mutu. Ia dipecat oleh atasannya karena suatu hal.
Harimurti dijodohkan orang tuanya dengan Suli dan dari pernikahan mereka dikaruniai keturunan bernama Eko.
Eko pun tumbuh menjadi anak yang cerdas sehingga mendapatkan beasiswa di SMA Negeri.
Namun, saat beasiswa habis ia disarankan untuk mencari beasiswa dan melanjutkan study di tempat lain dan ada salah satu College yang membutuhkan dan akhirnya diterima.
Dan setelah Eko menamatkan kuliah dengan cepat Hari justru melarang anaknya kembali ke tanah air karena takut nasib buruk akan menimpa putranya akibat predikat buruk yang disandangnya.
Selanjutnya yaitu dikisahkan pula Lantip saudara Harimurti. Lantip menikah di usia 45 tahun dengan Halimah karena tidak tega meninggalkan Harimurti.
Pernikahan setua itu menjadikan ia tidak memiliki keturunan.
Cerita selanjutnya yaitu dari Eko yang sangat dekat dengan Putri D. Levin yang bernama Claire Levin.
Terlebih karena ia dilarang pulang ke Indonesia dan ada pekerjaan di Asia Book kedekatan Eko dan Claire tanpa sengaja membawa mereka pada hubungan intim sebelum pernikahan dan Claire akhirnya hamil.
Dan Eko meminta restu orang tuanya di Indonesia dan mereka terkejut dan tidak bisa berbuat apa-apa.
Pernikahan Islam dan Yahudi itu dilakukan di New York. Di sisi lain keluarga sastrodarsono ingin mengubah atau melakukan pugaran kepada makam keluarga.
Namun Harimurti dan Lantip tidak setuju. Akhirnya Eko dan Claire tiba di Jakarta mereka di sambut dengan baik. dan mereka mengikuti acara pugaran makam tersebut sesuai dengan keinginan masing-masing.
Jalan menikung yang dimaksud adalah keturunan Sastrodarsono yang tidak lagi menikahi gadis atau pemuda Jawa seperti Eko ke Claire dan Anna anak Tommy ke keturunan China.
Mereka menyadari dan merenungi betapa jalan menikung dan jalan masa depan juga menikung.
Akhirnya Eko dan Claire pulang ke New York dan melahirkan anak laki-laki bernama Solomon dan menurut Eko itu adalah Sulaeman.
Dalam resensi novel Jalan Menikung terdapat unsur intrinsik di dalamnya yaitu:
Yang diangkat dalam novel ini yaitu tentang adat Jawa, keluarga dan juga percintaan.
Alur yang digunakan dalam novel jalan menikung ini yaitu menggunakan alur campuran. Dimana terdapat alur maju dan alur mundur didalam novelnya.
Latar waktu yang digunakan dalam novel yaitu siang hahi, pagi hari, hari sabtu, jam setengah sepuluh dan masih banyak lagi latar waktu lainnya.
Latar tempat yang digunakan dalam novel yaitu menggunakan latar tempat restoran China, Rumah Lantip, rumah Harimurti, rumah keluarga Levin, bandara Sokarno Hatta, Wanagalih, dan lain-lain.
Sudut pandang yang digunakan dalam novel ini yaitu menggunakan sudut pandang campuran. Dimana ada sudut pandang orang ketiga dan juga sudut pandang orang pertama sebagai pelaku utama.
Gaya bahasa yang digunakan dalam novel yaitu menggunakan gaya bahasa yang mudah di pahami dan dimengerti ada beberapa menggunakan bahasa Inggris.
Amanat yang terkandung dalam novel yaitu:
Bahwa faktor perhatian, lingkungan dan agama dari orang tua akan mempengaruhi anak nantinya.
Seperti halnya Eko yang kurang agama lalu merantau ke Amerika mereka terjerat hubungan/pergaulan bebas.
Dan janganlah berlebihan dalam mengeluarkan harta seperti pemugaran makam yang seharusnya berlangsung khidmat malah mewah seperti hajatan.
Berikut merupakan unsur ekstrinsik novel yaitu:
Sikap Lantip yang selalu mengalah dan ramah itu merupakan sikap yang patut di contoh.
Sikap Tommy yang sombong angkuh dan sangat menghambur-hamburkan harta itu sikap pemborosan.
Terakhir dari resensi novel Jalan Menikung yaitu pesan moralnya adalah:
Didikan, perhatian, dan agama dari orang tua akan sangat penting untuk bekal kehidupan anak-anak kita. Sikap menghambur-hamburkan harta itu merupakan sikap yang tidak baik dan mubadzir.
Hanya seorang Blogger enthusiasm dan penikmat kopi saja. Suka berbagi pengetahuan kecil & bercita-cita jadi pengusaha media.
Beli hijab Syar'i keren dan murah dari Azira di Sini!
Nanti Aja! Beli Sekarang!