Nah, bagi kamu yang sedang mencari referensi mengenai novel sunda dengan judul nu ngageugeuh legok kiara kamu bisa simak resensinya terlebih dahulu di artikel ini. dalam resensi novel nu ngageugeuh legok kiara ini akan dijelaskan lengkap.
Muali dari identitas novel, sinopsis novel, usnur intrinsik, esktrinsik, kelebihan dan kekurangan hingga pesan moral yang terkandung di dalam novel tersebut. Yuk, simak artikel ini agar kamu tidak ketinggalan informasi mengenai hal tersebut!
Judul Novel | Nu Ngageugeuh Legok Kiara |
Penulis | Dadan Sutisna |
Penerbit | PT. Kiblat Buku Utama |
Ukuran Buku | 15×21 cm |
Jumlah Halaman | 51 halaman |
Tahun Terbit | 2001 |
Kategori | Fiksi Sunda |
Harga Buku | Rp.15.000,- |
Novel nu ngageugeuh legok kiara ini merupakan karangan dari penulis lawas bernama Dadan Sutisna dan mulai diterbitkan pada tahun 2001 oleh PT. Kiblat Buku Utama dengan halaman mencapai 51 lembar.
Dalam resensi novel nu ngageugeuh legok kiara ini kami juga akan jelaskan sedikit mengenai sinopsis novel. Dimana sinopsis ini sangat bermanfaat untuk bisa mengetahui isi dari novel ini secara garis besar.
Tidak jauh dari dari kampung kami ada sebuah pohon kiara yang usianya sudah ratusan tahun dan tempat ini disebut legok kiara. Dan ada mitos yang mengatakan jika lewat di legok kiara maka kamu akan sakit.
Suatu ketika da anak-anak sekolah yang memiliki tugas dari sekolah tentang alam dan menjaganya karena sekarang ini alam sudah hampir rusak akibat ulah manusia.
Kata bapak di Emod, di Legok Kiara ini terdapat sosok hantu dan pohon ini terlihat lebah dan tinggi selain itu daunnya menjuntai hingga kebawah saking lebatnya.
Namun, Emod tidak percaya dengan apa yang dikatakan bapaknya dan ingin membuktikan jika di pohon tersebut memang benar adanya hantu.
Pada hari minggu Emod dan Sadung mencoba mencari tahu tentang legok kiara tersebut. Ternyata benar adanya pohon itu sangat besar dan sangat dan rindang.
Dan tanpa sadar ia melihat seekor kucing dan kucing itu sedang bermain-main di pohon kiara itu. Emod dan Sadung membawa kucing itu dan menamainya si buris. Pada saat ini dewa Emod sedang mengalami kekeringan.
Atau di sunda dikatakan puceklik dimana tanah gersang dan kekurangan air serta bahan makanan. Si Buris yang dirawat oleh Emod tersebut dilarang bapaknya untuk dirawat setelah tahu kucing itu didapatkan dari legok kiara.
Namun Emod bersikukuh ingin merawatnya. Hingga suatu hari dimana suasana sangat terik Emod melihat Si Buris keluar rumah dan terus menyusuri jalan. Dan Emod terus mengikutinya. Dan sampai tidak sadar ternyata si Buris ke pohon kiara itu.
Dia menyusup di sela-sela akar dan saat keluar Emod melihat si Buris sudah basah kuyup seperti terkena air. Dan benar saja di dekat pohon itu ternyata ada sumber mata air yang tidak pernah surut.
Dan Emod teringat jika pohon yang besar berguna untuk menahan erosi dan juga menyimpan cadangan air. Dan hal itu ia beritahukan kepada bapaknya. Orang kampung tidak begitu saja percaya karena memang sudah menganggap bahawa tempat itu sangat angker.
Lantas apa yang akan dilakukan Emod supaya para warga tidak takut lagi dengan legok kiara? Yuk, simak selengkapnya di novel sunda nu ngegeugeuh legok kiara secara lengkap ya!
Di dalam sebuah resensi novel nu ngageugeuh legok kiara kamu akan mendapatkan unsur intrinsik novel yang perlu kamu ketahui dan terdapat dalam novel ini diantaranya adalah:
Tema yang diangkat dalam novel ini adalah tentang kepercayaan orang kampung terhadap suatu tempat angker.
Alur yang digunakan dalam novel nu ngageugeuh legok kiara yaitu menggunakan alur cerita maju atau progresif dimana cerita dari awal hingga akhir diceritakan secara runtut dan beraturan.
Latar tempat yang digunakan dalam novel nu ngageugeuh legok kiara ini yaitu di sebuah desa, di legok kiara, di rumah Emod dan masih banyak lagi latar tempat lainnya.
Latar waktu yang digunakan dalam novel nu ngageugeuh legok kiara ini yaitu menggunakan latar waktu pagi hari, siang hari dan juga malam hari.
Sudut pandang yang digunakan dalam novel ini yaitu menggunakan sudut pandang orang ketiga yang serba tahu.
Gaya bahasa yang digunakan dalam novel ini yaitu menggunakan gaya bahasa yang ringan dan mudah dipahami karena menggunakan bahasa sunda sehari-hari.
Amanat yang terkandung dalam novel ini adalah jangan pernah mempercayai mitos yang belum tentu kebenarannya karena siapa tahu disanalah kamu menemukan keberuntungan.
Selain unsur intrinsik kami juga akan membahas mengenai unsur ekstrinsik dalam resensi novel nu ngegeugeuh legok kiara dan berikut penjelasan lengkap di bawah ini:
Dalam novel ini terlihat ada nilai sosial yang terkandung yaitu Emod yang merawat kucing yang ia temukan dari legok kiara meskipun orang tua Emod melarang karena legok kiara adalah tempat angker.
Emod yang tidak percaya dengan sesuatu berbau mistis membuat dia berpikir realistis dan akhirnya menemukan sumber mata air ini sangat patut di tiru karena yang jadi mitos belum tentu kebenarannya.
Dalam sebuah karya tentunya kita akan menemukan kelebihan dan juga kekurangannya termasuk dalam sebuah novel. Dan berikut beberapa kelebihan novel nu ngageugeuh legok kiara, diantaranya adalah:
Selain kelebihan tentunya novel ini juga memiliki kekurangan dan berikut beberapa kekurangan yang perlu kamu ketahui:
Novel ini mengingatkan bahwa alam itu penting banget dengan kehidupan dan jangan merusak alam dan jangan juga berantem hanya karena masalah tidak penting.
Demikian penjelasan mengenai resensi novel sunda nu ngageugeuh legok kiara semoga apa yang kami sampaikan dapat bermanfaat ya!
Hanya seorang Blogger enthusiasm dan penikmat kopi saja. Suka berbagi pengetahuan kecil & bercita-cita jadi pengusaha media.