
Resensi novel Serdadu Kumbang menuangkan banyak nilai pendidikan dan nilai kehidupan. Diceritakan semangat anak-anak SD di Sumbawa yang ingin lulus sekolah. Hingga mereka melewati banyak perjuangan.
Terutama perjuangan yang dilewati oleh ketiga tokoh dalam novel yaitu Amek, Acan, dan Umbe. Mereka bertiga memang tidak pintar, tetapi cita-cita mereka begitu tinggi.
Hal tersebut juga yang membuat mereka ingin lulus ujian nasional. Lalu, apakah mereka bertiga lulus ujian? baca artikel di bawah ini untuk mengetahui jawabannya.
Judul Novel | Serdadu Kumbang |
Penulis | Rain Chudori-Soerjoatmodjo |
Jumlah halaman | 136 Halaman |
Ukuran buku | 14 x 21 cm |
Penerbit | Gradienmediatama |
Kategori | Fiksi |
Tahun Terbit | 2011 |
Harga novel | Rp.39.000,- |
Novel Serdadu Kumbang karya Rain Chudori-Soerjoatmodjo berjumlah 136 halaman. Buku ini diterbitkan oleh Gradienmediatama pada tahun 2011 sebagai buku fiksi. Harga bukunya yaitu Rp.39.000,-.
Diceritakan dalam novel Serdadu Kumbang, pada tahun 2010an banyak siswa di seluruh wilayah Indonesia yang tidak lulus UN (Ujian Nasional)
Dari adanya permasalahan tersebut, akhirnya para guru di SD dan SMP 08 di kabupaten Sumbawa Barat, Poto Tano memberikan sistem belajar dengan lebih ketat.
Tetapi, dengan menggunakan sistem kegiatan pembelajaran yang sangat disiplin. Ternyata membuat kegiatan pembelajaran bagi para murid menjadi lebih kaku.
Bahkan, memberikan efek negatif untuk para murid yang masih dalam kategori anak-anak usia petumbuhan. Hal tersebut pun dialami oleh Amek, Acan, dan Umbe.
Ketiga anak tersebut ternyata sering bermain Serdadu Kumbang karena mainan mereka memang bentuknya seperti kumbang.
Dalam bidang prestasi akademik ternyata, mereka bertiga ternyata memang tidak lulus dari ujian di tahun sebelumnya. Hal tersebut pun terjadi pada tokoh Amek yang menderita cacat bibir sumbing.
Meskipun mereka bertiga tidak pintar dalam hal akademik. Tetapi, mereka bertiga mempunyai cita-cita yang cukup tinggi. Umbe ingin menjadi polisi, sedangkan Acan ingin menjadi Kyai.
Tetapi, Amek tidak pernah mengatakan cita-citanya karena ia malu dengan catat bibir sumbingnya.
Di desa Mantar, terdapat pohon tua yang disebut sebagai pohon cita-cita.
Karena sebagian besar anak-anak di desa tersebut biasa menuliskan cita-citanya di kertas, kemudian dimasukan ke botol, dan digantung ke ranting-ranting pohon. Tujuannya yaitu agar cita-cita mereka semua dapat tercapai.
Tetapi tidak dengan Amek, ia tak menuliskan cita-citanya di pohon tersebut karena takut akan ditertawakan oleh teman-temannya.
Amek adalah siswa yang sangat introvert, tetapi ia juga jahil sehingga ia pun sering dihukum oleh gurunya.
Sifatnya sangat berbanding terbalik dengan kakaknya yang bernama Minun. Ia selalu juara kelas, bahkan menang lomba matematika sekabupaten.
Tetapi, pada saat ujian sekolah Minun pun diumumkan tidak lulus ujian sekolah. Tentu hal tersebut sangatlah membuatnya sedih. Ia seorang yang selalu juara lomba dan juara kelas ternyata tak bisa lulus ujian.
Karena rasa sedihnya, Minun berniat untuk mengambil botol yang berisi kertas cita-citanya di pohon cita-cita. Tetapi, malang nasib Minun, ia jatuh dari pohon dan meninggal.
Dari kejadian itu, Amek merasa sangat sedih, bahkan ia sampai sakit. Untungnya, ada hal yang dapat menghibur Amek dari rasa sedihnya yaitu Smodeng, sosok kuda kesayangannya.
Dalam waktu tiga bulan kemudian, bibir Amek berubah menjadi normal seperti anak-anak yang lain. Hal itu membuat Amek, Acan, dan Umbe berjanji akan belajar lebih giat untuk dapat mencapai cita-citanya.
Hingga akhirnya Amek, Acan, dan Umbe pun lulus ujian nasional dengan melepaskan semua kumbang yang bertuliskan cita-cita mereka.
Amek pun sudah tidak malu menuliskan cita-citanya yang ingin menjadi seorang penyiar berita di media Televisi.
Adapun unsur intrinsik novel Serdadu Kumbang yang menarik untuk diketahui oleh para pembacanya, yaitu:
Tema dalam novel Serdadu Kumbang karya Rain Chudori-Soerjoatmodjo yaitu membahas tentang pendidik dimana para tokohnya semangat untuk menggapai cita-citanya.
Tokoh-tokoh utama yang diceritakan dalam novel Serdadu Kumbang yaitu:
Latar tempat yang diceritakan dalam novel Serdadu Kumbang yaitu di Sumbawa Barat, Poto Tano, di sekolah, rumak Amek, dan di pohon cita-cita.
Latar waktu kejadian yang diceritakan oleh penulis yaitu dalam situasi waktu pagi hari, siang hari, dan malam hari.
Alur yang digunakan penulis untuk menceritakan peristiwa dalam novel yaitu menggunakan alur maju.
Sudut pandang yang digunakan penulis untuk menggambarkan karakter para tokohnya yaitu sudut pandang orang ketiga. Tidak ada penggunaan tokoh aku di dalam novel Serdadu Kumbang.
Diksi atau gaya bahasa yang digunakan penulis untuk menceritakan isi novel yaitu bahasa sehari-hari. Sehingga mudah dipahami oleh para pembacanya.
Tidak banyak penggunakan majas di dalam novel. Hanya sedikit sentuhan penggunaan kata kiasan saja.
Meskipun kita memiliki kekurangan, tetaplah semangat menggapai cita-cita dengan terus berusaha dan berjuang.
Adapun beberapa unsur ekstrinsik novel Serdadu Kumbang yang menarik untuk diketahui oleh pembacanya, yaitu:
Amek, Acan, dan Umbe adalah siswa yang tidak lulus ujian, mereka memang tidak pintar. Tetapi dengan kemauan belajarnya yang sangat tinggi. Membuat mereka akhirnya lulur ujian.
Meskipun, Amek memiliki kekurangan dari bentuk bibir sumbingnya. Tetapi, teman-temannya tidak pernah mengejek dan mempermasalahkan itu semua.
Dukungan dan semangat dari teman-teman Amek membuatnya menjadi mempunyai rasa semangat belajar. Dan ia pun akhirnya mengungkapkan cita-citanya untuk menjadi penyiar TV.
Kelebihan novel Serdadu Kumbang yaitu mempunyai banyak nilai pendidikan dan nilai kehidupan. Sehingga novel ini bagus untuk dibaca oleh para pelajar.
Kekurangan dalam novel yaitu kurangnya penggunaan kata kiasan atau majas sehingga kata-katanya lebih bermakna.
Dari keterbatasan yang kita miliki tidak menghalangi kita untuk mencapai apa yang diinginkan. Hanya perlu rasa semangat untuk selalu berusaha dan berjuang.
Seorang guru Bahasa Indonesia yang kebetulan suka membaca novel dan mencurahkannya ke dalam tulisan.