Sinopsis novel belenggu merupakan novel lawas dari penulis ternama Armijn Pane. Kisah rumah tangga yang dikemas dengan konplik yang pasaran dalam rumah tangga namun, endingnya tidak terduga ada amanat yang cukup dalam yang bisa kita ambil dalam novel tersebut.
Berikut akan kami jelaskan sinopsis dari novel tersebut secara singkat, padat dan jelas. Lengkap dengan identitasnya, unsur intrinsik juga ekstrinsiknya. Simak terus sampai selesai ya.
berikut resensin novel belenggu secara lengakp mulai dari identitas buku, sinopsis, instrinsik, ekstrinsik serta nilai-nilai yang bisa diambil dalam novel tersebut.
Buku ini berjudul Belenggu yang ditulis oleh penulis bernama Armijn Pane, penerbit oleh Dian Rakyat, kategori novel psikologis dan novel ini di terbitkan pada tahun 1940. Dan novel ini pertama kali diterbitkan oleh majalah tersebut sebagai novel psikologis indonesia pertama.
Buku ini mengisahkan tentang persoalan rumah tangga yang di ceritakan secara runtut antara Sukartono dan Sumartini.
Pernikahan yang berawal dari tidak di dasari dengan rasa cinta Kartini yang menikahi Kartono karena dinodai lelaki yang tak bertanggung jawab bernama Hartono.
Kartono menikahi Tini karena ia cantik, energik dan cerdas. Menikah karena bukan dasar cinta itu mulanya berjalan dengan baik. Namun, pada akhirnya menjadi tidak harmonis karena berbagai penyebab.
Kartono yang berpropesi sebagai seorang Dokter membuatnya sibuk dan tidak memperhatikan istrinya tersebut. Sumartini yang merasa dikucilkan tersebut mencari kesibukan lain agar terhindar dari kesendirian dan kejenuhan.
Ada badai yang menerpa kepada rumah tangga mereka yaitu orang ketiga bernama Rohayah. Rohayah merupakan teman dulunya dari Kartono. Rohayah yang terus menggoda Kartono akhirnya masuk juga ke pelukan Rohayah tersebut.
Desas desus tersebut akhirnya terdengar oleh Sumartini dan membuatnya ingin bercerai dari Kartono. Namun setelah bertemu dengan Rohayah.
Sumartini menjadi sadar bagaimana prilaku dari Rohayah yang lembut terhadap suaminya membuat dia malu karena ia tidak pernah melakukan hal tersebut terhadap suaminya.
Dan Sumartini memutuskan untuk berpisah meski Kartono tidak mau. Sumartini menetap di Surabaya sebagai penjaga panti sekarang. Dan Rohayah pergi ke luar negri karena tidak mau mengganggu rumah tangga dari kekasih tercintanya tersebut. Dan kini tinggallah Kartono seorang diri.
Berikut ini adalah beberapa unsur intrinsik novel Belenggu:
Tema yang terdapat dalam novel Belenggu ini adalah tentang Problamatika Cinta Segitiga di dalam rumah tangga.
Alur yang digunakan dalam novel ini menggunakan alur maju. Karena dari mulai pernikahan kemudian muncul konplik hingga akhirnya mereka bercerai di ceritakan secara runtut dan berurutan.
Sukartono yaitu seorang pria yang memiliki karakter tidak setia, butuh perhatian lebih tapi cukup dermawan.
Sumartini, yaitu perempuan yang aktip dalam berorganisasi, pintar dan energik.
Rohayah, wanita penggoda tetapi lemah lembut dan perhatian.
Hartono yaitu lelaki yang yang pernah menodai Tini dan lari dari tanggung jawab.
Latar waktu yang digunakan dalam novel ini yaitu pagi, siang, dan sore serta malam hari.
Latar tempat yang digunakan dalam novel ini yaitu rumah Sukartono, rumah sakit, dan hotel.
Sudut pandang dalam novel belenggu ini menggunakan sudut pandang orang ketiga karena menggunakan nama-nama toko atau penulis menempatkan dirinya sebagai narator dalam cerita tersebut.
Amanat yang terdapat novel ini tentang bagaimana mengahargai pasangan kita terutama terhadap hubungan suami istri. Jalinlah kemunikasi yang baik antara suami istri agar terhindar dari gangguan orang ketiga.
Gaya bahasa yang digunakan dalam novel ini cukup ringan dan tidak terlalu banya majas serta metapora dan sebagainya. Sehingga novel ini cukup mudah di pahami.
Berikut ini adalah unsur ekstrinsik novel Belenggu:
Novel ini ditulis oleh Armijn Pane beliau merupakan seorang guru bahasa dan sejarah di perguruan Taman Siswa baik di Kediri maupun di Jakarta. Beliau mengawali pendidikannya di HIS Padang dan Tanjung Balai. Kemudian masuk ELS yaitu pendidikan di Sibolga dan Bukit Tinggi.
Pada tahun 1923 menjadi Student Stovia (sekolah Kedokteran) di Jakarta tahun 1972 pindah ke Nias. Dan latar belakangnya sebagai dokter melatarbelakanginya menjadikan ciptaannya yang tokoh-tokohnya dokter seperti Dr Sukartono dalam novel Belenggu tersebut.
Terdapat pesan moral dalam novel tersebut bahwa suami istri harus saling menghormati dan menghargai pasangan masing-masing. Jangan pernah berkhianat kepada seseorang yang pernah mencintaimu dengan tulus.
Pembelajaran tentang kehidupan bermasyarakat dan berumah tangga. Bahwa pernikahan bukan hanya menilai dari kecantikan atau tingkah lakunya karena tak memiliki kasih sayang.
Selain itu sebagai suami istri sebaiknya memiliki komunikasi yang baik antara satu sama lainnya. Agar tidak ada celah untuk masuknya orang ketiga dalam rumah tangga.
Seorang perempuan yang telah menikah seharusnya bisa menjadikan suaminya sebagai pemimpin dan imam dalam rumah tangga. Dan istri seharusnya dapat menerima kodratnya sebagai perempuan yang menjadi ibu rumah tangga.
Dan seharusnya suami bisa membimbing sang istri ke jalan yang benar menegurnya jika berbuat salah, agar tidak menyebabkan kehancuran di kemudian hari karena islam tidak menyukai perceraian.
Berikut ini adalah nilai-nilai yang terkandung dalam novel Belenggu:
Nilai sosial yang terkandung dalam novel belenggu tersebut pertama yaitu sikap Tono yang dermawan terhadap sesama manusia. Dengan selalu membantu yang membutuhkan pertolongan.
Dan nilai sosial selanjutnya adalah sikap Tini yang akhirnya mengabdikan dirinya di sebuah panti asuhan yatim piatu memberikan dampak positif bagi dirinya dan juga orang lain yang dibantunya.
Nilai moral yang terdapat dalam novel yaitu mencintai profesinya. Dimana Sukartono sangat mencintai Profesinya sebagai seorang dokter yang bertanggung jawab karena menganggap pekerjaannya itu adalah pekerjaan yang mulia.
Nilai kebudayaan yang tercetak jelas pada saat itu yaitu pada zaman tersebut banyak gadis Indonesia yang menjadi seorang Nyai Belanda agar penghidupannya menjadi sedikit lebih layak dibandingkan dengan orang pribumi.
Contohnya Rohayah yang telah mengabdikan dirinya sebagai Nyai Belanda di Sukarasa selama tiga tahun.
Nilai pendidikan yang terdapat dalam novel tersebut adalah pertama seorang Kartono merupakan orang terpelajar yaitu seorang dokter dan Kartini merupakan wanita cerdas yang aktif di beberapa organisai kewanitaan seperti kongres perempuan da lain sebagainya.
Nilai ekonomi bagi wanita desa yang tidak memiliki keahlian hanya bisa menjadi seorang Nyai agar kehidupan mereka bisa layak. seperti yang di lakukan oleh Rohayah yang menjadi Nyai Belanda selama tiga tahun.
Dari sinopsis novel belenggu di atas kita bisa tahu bahwa pernikahan yang tidak didasari dengan rasa cinta tidak akan berakhir lama. Akan selalu ada saja halang rintang nya.
Hanya seorang Blogger enthusiasm dan penikmat kopi saja. Suka berbagi pengetahuan kecil & bercita-cita jadi pengusaha media.