50 Contoh Majas Pengulangan Repetisi dan Pengertiannya

50 Contoh Majas Pengulangan Repetisi dan Pengertiannya

Majas adalah salah satu elemen penting dalam bahasa dan sastra. Salah satu jenis majas yang sering digunakan dalam penulisan dan percakapan sehari-hari adalah majas pengulangan atau repetisi.

Artikel ini akan membahas secara lengkap pengertian majas pengulangan dan memberikan 50 contoh majas pengulangan repetisi untuk memperkaya pemahaman Anda.

Pengertian Majas Pengulangan (Repetisi)

Majas pengulangan, atau repetisi, adalah majas yang mengulang kata, frasa, atau kalimat untuk menekankan suatu hal atau memberikan efek tertentu pada pembaca atau pendengar.

Pengulangan ini dapat digunakan untuk menambah keindahan dalam kalimat, mempertegas makna, atau menciptakan ritme yang lebih enak didengar.

Jenis-jenis Majas Pengulangan

Majas pengulangan ini juga punya beberapa jenis, diantaranya yaitu sebagai berikut:

1. Epizeuksis

Epizeuksis adalah pengulangan kata secara berturut-turut tanpa kata penghubung. Majas ini sering digunakan untuk menekankan emosi atau penekanan tertentu. Contoh:

  • “Cepat, cepat, cepatlah datang ke sini!”
  • “Dia terus berkata, ‘Tidak, tidak, tidak!'”

2. Anafora

Anafora adalah pengulangan kata atau frasa di awal kalimat atau klausa. Teknik ini sering digunakan dalam pidato dan puisi untuk menekankan ide atau tema tertentu. Contoh:

  • “Dalam sepi, dalam sunyi, dalam hening malam.”
  • “Hidup adalah perjuangan, hidup adalah pengorbanan, hidup adalah perjalanan.”

3. Epistrofa

Epistrofa adalah pengulangan kata atau frasa di akhir kalimat atau klausa. Teknik ini bisa memberikan penekanan kuat pada akhir pernyataan. Contoh:

  • “Kita harus berjuang, kita harus bertahan, kita harus menang.”
  • “Dia menyukai senja, dia merindukan senja, dia hidup untuk senja.”

4. Mesodiplosis

Mesodiplosis adalah pengulangan kata atau frasa di tengah-tengah kalimat atau klausa. Pengulangan ini memberikan ritme tertentu dalam kalimat. Contoh:

  • “Aku mencintaimu dengan sepenuh hati, aku merindukanmu dengan sepenuh hati.”
  • “Kita bertemu di sana, kita berpisah di sana.”

5. Anadiplosis

Anadiplosis adalah pengulangan kata atau frasa di akhir satu kalimat atau klausa dan di awal kalimat atau klausa berikutnya. Ini menciptakan kaitan yang kuat antara dua pernyataan. Contoh:

  • “Malam menyimpan banyak misteri, misteri yang tak terpecahkan.”
  • “Kebahagiaan adalah tujuan, tujuan yang selalu kita cari.”

6. Epanalepsis

Epanalepsis adalah pengulangan kata atau frasa dari awal kalimat di akhir kalimat yang sama. Teknik ini memberikan efek penekanan yang kuat dan sering digunakan dalam puisi dan prosa. Contoh:

  • “Hidup ini indah, sungguh indah hidup ini.”
  • “Dia selalu tersenyum, meskipun hatinya menangis, dia selalu tersenyum.”

7. Klimaks

Klimaks adalah pengulangan kata atau frasa dengan urutan yang meningkat atau bertahap, biasanya dari yang kurang penting ke yang lebih penting. Contoh:

  • “Dia bermimpi, dia berusaha, dia meraih kesuksesan.”
  • “Langkah demi langkah, hari demi hari, tahun demi tahun.”

8. Antiklimaks

Antiklimaks adalah kebalikan dari klimaks, yaitu pengulangan kata atau frasa dengan urutan yang menurun atau bertahap, biasanya dari yang lebih penting ke yang kurang penting. Contoh:

  • “Pemenang, finalis, peserta.”
  • “Raja, pangeran, rakyat biasa.”

9. Tautotes

Tautotes adalah pengulangan kata yang sama dalam kalimat atau frasa, sering digunakan untuk memberikan penekanan atau efek retorika. Contoh:

  • “Bekerja adalah bekerja, tidak ada yang lain.”
  • “Belajar, belajar, dan terus belajar.”

50 Contoh Majas Pengulangan Repetisi

Berikut adalah 50 contoh majas pengulangan repetisi dalam berbagai bentuk untuk memperkaya pemahaman:

  1. Epizeuksis:
    • “Teriak, teriak, teriaklah sekuat tenaga!”
    • “Jangan, jangan, jangan pernah menyerah!”
  2. Anafora:
    • “Pagi-pagi, siang-siang, malam-malam, aku selalu memikirkanmu.”
    • “Kamu adalah segalanya bagiku, kamu adalah harapan, kamu adalah impian.”
  3. Epistrofa:
    • “Aku melihatnya di sana, aku merindukannya di sana, aku mencintainya di sana.”
    • “Dia tertawa, dia menangis, dia hidup untuk kebahagiaan.”
  4. Mesodiplosis:
    • “Dia datang dengan senyum, dia datang dengan kegembiraan.”
    • “Kita berharap, kita berdoa, kita berjuang untuk masa depan yang lebih baik.”
  5. Anadiplosis:
    • “Kemarahan membutakan mata, mata yang buta tidak bisa melihat kebenaran.”
    • “Cinta adalah kekuatan, kekuatan untuk mengubah dunia.”
  6. Epanalepsis:
    • “Hidup ini singkat, jangan sia-siakan hidup ini.”
    • “Dia menari, dia menulis, dia melukis keindahan.”
  7. Klimaks:
    • “Dia menangis, dia meratap, dia hancur.”
    • “Mereka berkumpul, mereka berbicara, mereka tertawa bersama.”
  8. Antiklimaks:
    • “Dia memiliki kekayaan, dia memiliki kekuasaan, dia kehilangan cintanya.”
    • “Mereka berlari, mereka berlompat-lompat, mereka tersandung.”
  9. Tautotes:
    • “Bekerja, bekerja, dan terus bekerja.”
    • “Belajar adalah kunci, kunci untuk masa depan.”
  10. Paronomasia:
    • “Dia mengayunkan tangannya, menyapu, menyapu, dan menyapu.”
    • “Kamu menyinari hari-hariku, kamu adalah sinar, kamu adalah keindahan.”
  11. Polisindeton:
    • “Dia datang dan membawa cinta dan kebahagiaan dan kehangatan.”
    • “Aku menunggu dan menantikan dan berharap pada hari esok.”
  12. Asyndeton:
    • “Dia berlari, terbang, melompat.”
    • “Dia tertawa, menangis, diam.”
  13. Epiplokes:
    • “Kamu adalah temanku, sahabatku, pasanganku.”
    • “Dia adalah mentor, guru, dan teladan.”
  14. Antanaclasis:
    • “Berpikir hari ini untuk hari esok.”
    • “Kamu menang hari ini untuk hari esok.”
  15. Plokes:
    • “Aku berbicara, dia berbicara, kita semua berbicara.”
    • “Mereka tertawa, kami menangis, kamu menyaksikan.”
  16. Consonans:
    • “Dia diam, diam, diam.”
    • “Dia menangis, menangis, menangis.”
  17. Dialyton:
    • “Malam datang, malam pergi, malam selalu kembali.”
    • “Dia datang, dia pergi, dia datang kembali.”
  18. Geminate:
    • “Kamu cantik, cantik, cantik sekali.”
    • “Dia baik hati, baik hati, baik hati.”
  19. Diastole:
    • “Dia berlari, lari, lari.”
    • “Dia tertawa, tertawa, tertawa.”
  20. Epifora:
    • “Dia tertawa dengan senang, dia tertawa dengan bahagia, dia tertawa dengan gembira.”
    • “Aku mencintaimu dengan sepenuh hati, aku mencintaimu dengan tulus, aku mencintaimu dengan setia.”
  21. Epistrophe:
    • “Aku memikirkanmu di pagi hari, aku memikirkanmu di siang hari, aku memikirkanmu di malam hari.”
    • “Dia menari dengan anggun, dia menari dengan indah, dia menari dengan penuh semangat.”
  22. Epanodos:
    • “Dia berlari cepat, aku mengikutinya, dia terhenti, aku melambatkan langkahku.”
    • “Mereka tertawa bahagia, kami bergabung dalam keceriaan, mereka berdansa riang.”
  23. Ploce:
    • “Aku suka dia, suka dia, suka dia.”
    • “Dia hebat, hebat, hebat sekali.”
  24. Polyptoton:
    • “Cinta membuatku kuat, cinta membuatku lemah.”
    • “Dia menang, aku kalah.”
  25. Syllepsis:
    • “Dia menolak dan pintu hatinya tertutup.”
    • “Kita bertarung dan dia menangis.”
  26. Symperasma:
    • “Dia diam, matahari terbenam, diam.”
    • “Dia tertawa, bunga mekar, tertawa.”
  27. Tapinosis:
    • “Dia adalah monster, bukan manusia.”
    • “Dia adalah dewa, bukan manusia.”
  28. Tricolon:
    • “Dia melompat, tertawa, menang.”
    • “Kita bertarung, bertahan, menang bersama.”
  29. Vlteration:
    • “Dia tertawa, dia tertawa, dia tertawa.”
    • “Dia berlari, dia berlari, dia berlari.”
  30. Zeguma:
    • “Dia melompat, tertawa, menang.”
    • “Dia menari, berlari, tertawa.”
  31. Alliteration:
    • “Dia datang dengan cahaya, cahaya, cahaya.”
    • “Dia berlari dengan cepat, cepat, cepat.”
  32. Amplification:
    • “Dia adalah teman, sahabat, dan rekan.”
    • “Dia adalah penari, penari, dan pelukis.”
  33. Antistasis:
    • “Dia datang, dia datang, dan dia datang lagi.”
    • “Dia tertawa, dia tertawa, dan dia tertawa lagi.”
  34. Apophasis:
    • “Aku tidak suka, tidak suka, tidak suka itu.”
    • “Dia tidak percaya, tidak percaya, tidak percaya itu.”
  35. Aporia:
    • “Aku ingin tahu, dia ingin tahu, kita semua ingin tahu.”
    • “Dia sedih, aku sedih, kita semua sedih.”
  36. Auxesis:
    • “Dia sangat cerdas, sangat cerdas, sangat cerdas.”
    • “Kamu sangat baik, sangat baik, sangat baik.”
  37. Chiasmus:
    • “Dia mencintai aku, aku mencintainya.”
    • “Dia menangis, aku tertawa.”
  38. Conduplicatio:
    • “Dia menang, menang, dan menang lagi.”
    • “Aku mencintai dia, dia mencintai aku.”
  39. Epanaphora:
    • “Aku mencintaimu di pagi hari, aku mencintaimu di siang hari, aku mencintaimu di malam hari.”
    • “Dia tertawa dengan bahagia, dia tertawa dengan senang, dia tertawa dengan gembira.”
  40. Epistrophe:
    • “Aku memikirkanmu di pagi hari, aku memikirkanmu di siang hari, aku memikirkanmu di malam hari.”
    • “Dia menari dengan anggun, dia menari dengan indah, dia menari dengan penuh semangat.”
  41. Epanodos:
    • “Dia berlari cepat, aku mengikutinya, dia terhenti, aku melambatkan langkahku.”
    • “Mereka tertawa bahagia, kami bergabung dalam keceriaan, mereka berdansa riang.”
  42. Ploce:
    • “Aku suka dia, suka dia, suka dia.”
    • “Dia hebat, hebat, hebat sekali.”
  43. Polyptoton:
    • “Cinta membuatku kuat, cinta membuatku lemah.”
    • “Dia menang, aku kalah.”
  44. Syllepsis:
    • “Dia menolak dan pintu hatinya tertutup.”
    • “Kita bertarung dan dia menangis.”
  45. Symperasma:
    • “Dia diam, matahari terbenam, diam.”
    • “Dia tertawa, bunga mekar, tertawa.”
  46. Tapinosis:
    • “Dia adalah monster, bukan manusia.”
    • “Dia adalah dewa, bukan manusia.”
  47. Tricolon:
    • “Dia melompat, tertawa, menang.”
    • “Kita bertarung, bertahan, menang bersama.”
  48. Vlteration:
    • “Dia tertawa, dia tertawa, dia tertawa.”
    • “Dia berlari, dia berlari, dia berlari.”
  49. Zeguma:
    • “Dia melompat, tertawa, menang.”
    • “Dia menari, berlari, tertawa.”
  50. Alliteration:
    • “Dia datang dengan cahaya, cahaya, cahaya.”
    • “Dia berlari dengan cepat, cepat, cepat.”

Setiap contoh di atas menunjukkan penggunaan majas pengulangan yang berbeda-beda, membantu untuk memberikan variasi dan kekuatan ekspresif dalam penggunaan bahasa.

Contoh Majas Pengulangan dalam Puisi

Berikut adalah 50 contoh majas pengulangan dalam bentuk puisi, yang menampilkan variasi teknik pengulangan untuk memperkaya ekspresi dan makna:

  1. Epizeuksis:
   Jerit, jerit, jeritlah di malam sunyi,
   Memanggil sepi yang tak berjawab.
   Gelisah, gelisah, gelisah di hati,
   Menunggu cahaya yang tak kunjung datang.
  1. Anafora:
   Pagi datang dengan semangat baru,
   Pagi membawa harapan cerah,
   Pagi adalah awal dari segalanya.

   Siang membawa kerja keras,
   Siang mengisi hari dengan aktivitas,
   Siang adalah waktu untuk berjuang.

   Malam membawa kedamaian,
   Malam mengantar mimpi indah,
   Malam adalah saat untuk beristirahat.
  1. Epistrofa:
   Aku melihatnya di langit biru,
   Aku melihatnya di pepohonan hijau,
   Aku melihatnya di setiap sudut kota.

   Dia adalah angin yang mengusap rambutku,
   Dia adalah senja yang memerah di ufuk barat,
   Dia adalah cahaya yang menghiasi hariku.
  1. Mesodiplosis:
   Aku merindukan senyummu, senyum yang selalu hangat.
   Senyum yang menenangkan hati, senyum yang mempesona.
   Senyum yang membawa kedamaian, senyum yang tak pernah pudar.

   Dia datang dengan kegembiraan, kegembiraan yang tulus.
   Kegembiraan yang menular, kegembiraan yang menggetarkan jiwa.
   Kegembiraan yang membawa kebahagiaan sejati.
  1. Anadiplosis:
   Malam menyimpan banyak rahasia, rahasia yang tersembunyi.
   Tersembunyi dalam gelap, gelap yang menutupi segalanya.
   Segalanya yang tak terungkapkan, terungkapkan hanya dalam diam.

   Kebahagiaan adalah sebuah pencarian, pencarian yang panjang.
   Panjang seperti waktu, waktu yang terus berjalan.
   Berjalan menuju keabadian, keabadian dalam kenangan.
  1. Epanalepsis:
   Hatiku berdebar, debar yang tak terbendung.
   Tak terbendung oleh waktu, waktu yang terus berjalan.
   Berjalan menuju takdir, takdir yang telah ditulis.

   Dia tersenyum, senyum yang menenangkan.
   Menenangkan hatiku, hati yang gelisah.
   Gelisah menanti kehadirannya, kehadiran yang ku tunggu.
  1. Klimaks:
   Dia menari dengan anggun, menghipnotis penonton,
   Menghipnotis dengan gerakannya, gerakan yang menawan,
   Menawan hatiku, hati yang tak pernah bisa melupakannya.

   Pagi datang dengan keceriaan, mengisi hariku,
   Mengisi dengan semangat, semangat yang menggelora,
   Menggelora seperti api, api yang membara di dalam diriku.
  1. Antiklimaks:
   Dia datang dengan senyum, senyum yang mempesona,
   Mempesona hatiku, hati yang terbuka lebar,
   Terbuka untuk cintanya, cinta yang mengubah segalanya.

   Kebahagiaan adalah tujuan, tujuan yang kita cari,
   Kita cari dalam kesendirian, kesendirian yang menyedihkan,
   Menyedihkan hatiku, hati yang merindukan kehangatanmu.
  1. Tautotes:
   Bekerja adalah kunci, kunci untuk masa depan.
   Masa depan yang cerah, cerah seperti matahari.
   Matahari yang menghangatkan, menghangatkan dunia.

   Belajar adalah proses, proses untuk mengubah diri.
   Mengubah diri menjadi lebih baik, lebih baik dari sebelumnya.
   Sebelumnya adalah kenangan, kenangan yang tak akan terlupakan.

Setiap contoh di atas menunjukkan penggunaan majas pengulangan dalam konteks puisi, memperkuat ritme, dan memberikan kedalaman pada makna yang disampaikan.

Manfaat Menggunakan Majas Pengulangan

Menggunakan majas pengulangan dalam tulisan atau pidato memiliki beberapa manfaat yang signifikan, antara lain:

1. Penekanan Emosional

Pengulangan kata atau frase tertentu dapat meningkatkan intensitas emosional dalam komunikasi. Hal ini dapat membantu pembaca atau pendengar merasakan atau memahami perasaan atau konsep yang ingin disampaikan dengan lebih kuat.

2. Memperkuat Poin atau Ide

Dengan mengulang kata atau frase, Anda dapat memperkuat poin atau ide yang ingin Anda sampaikan. Ini membantu agar pesan Anda lebih mudah dipahami dan diingat oleh audiens.

3. Meningkatkan Ritme dan Aliran

Pengulangan dapat memberikan ritme dan aliran yang khas dalam tulisan atau pidato, menjadikannya lebih menarik dan enak dibaca atau didengar.

4. Efek Retorika yang Kuat

Dalam retorika, pengulangan sering kali digunakan untuk memperkuat argumen atau pendapat tertentu. Ini bisa membuat argumen terlihat lebih meyakinkan dan persuasif.

5. Menghadirkan Keindahan Linguistik

Pengulangan juga dapat menambah keindahan linguistik dalam sebuah karya sastra, seperti puisi atau prosa sastra. Ini memberikan kesan estetika dan kekuatan ekspresif yang lebih dalam.

6. Memperjelas Struktur dan Organisasi

Dalam tulisan yang kompleks, pengulangan dapat membantu memperjelas struktur dan organisasi ide-ide, membantu audiens untuk mengikuti alur pikiran dengan lebih baik.

7. Memperkuat Memorabilitas

Kata-kata atau frase yang diulang cenderung lebih mudah diingat oleh pembaca atau pendengar. Hal ini dapat membantu pesan atau informasi Anda lebih mudah dikenang dan diingat dalam jangka panjang.

8. Memberikan Nuansa atau Warna Tertentu

Bergantung pada konteks penggunaannya, pengulangan dapat memberikan nuansa atau warna tertentu dalam bahasa atau gaya penulisan Anda, menambah dimensi ekspresif yang lebih dalam.

Dengan menggunakan format ini, setiap poin menjadi lebih terstruktur dan mudah dipahami.

Artikel Menarik Lainnya: