Novel laut pasang ini akan menjelaskan sebuah kisah laut pasang yang dialami sang tokoh dalam penyesalan ia karena telah kehilangan anggota keluarganya tanpa mampu menyelamatkannya.
Dan kesempatan kali ini kami akan jelaskan resensi novel laut pasang 1994 pada artikel ini mulai dari identitas novel, sinopsis, intrinsik, ekstrinsik, kelebihan kekurangan hingga pesan moral yang terkandung di dalam novel tersebut. Simak sampai akhir ya!
Judul Novel | Laut Pasang 1994 |
Penulis | Lilpudu |
Penerbit | Akad X Tekad |
Jumlah Halaman | 328 halaman |
Ukuran Buku | 14×20 cm |
Kategori | Fiksi |
Tahun Terbit | 2023 |
Harga Buku | Rp.99.000,- |
Novel laut pasang 1994 ini merupakan sebuah karya dari penulis Indonesia yang bernama Airinda Nanda Suryadi atau lebih dikenal sebagai Lilpudu dan novel ini pertama kali di tulis di Wattpad dan mulai diterbitkan pada tahun 2023 oleh PT. Akad x Tekad.
Novel ini terinspirasi dari kisah nyata tsunami yang terjadi di Banyuwangi, Jawa Timur yang menggambarkan satu keluarga besar di Banyuwangi dari 7 saudara laki-laki, bapak, ibu dan kakek.
Dalam resensi novel laut pasang 1994 ini akan kami jelaskan pula sinopsis novel secara singkat. Sinopsis ini tentunya akan membantu kamu lebih mendalami novel ini secara garis besar menceritakan kisah tentang apa.
Novel ini merupakan kisah sebuah keluarga besar yang terdiri dari 7 saudara laki-laki, bapak, ibu dan kakek. Bapak dalam keluarga ini merupakan seorang yang bisa membuat mereka saling lengkap dan bahagia.
Bapak sangat menyayangi anak-anaknya serta bertanggungjawab penuh atas keluarganya. Namun, bapak memiliki keburukan yang sulit dihilangkan, seperti seringkali jajan (main perempuan), bermain judi, dan minum-minuman di rumah.
Ibu dalam keluarga ini memiliki riwayat TBC dan mati-matian menahan rasa rasa sakit dihatinya melihat perilaku bapak yang sebenarnya tanpa sepengetahuan anak-anak. Dan semenjak ibu meninggal, perilaku bapa berubah drastis.
Ia malah menjadi sosok yang egois, tidak mau kalah, dan selalu merasa bahwa anak-anaknya selalu salah. Bapak sering tidak pulang ke rumah dan anak-anak hanya tinggal bersama si mbah (kakeknya).
Bapa akan pulang ke rumah ketika emosinya sedang meluap-luap dan menumpahkan semuanya ke anak-anaknya yang bahkan sama sekali tidak pantas untuk dijadikan samsak tinju karena masih pada kecil.
Dan untungnya, masih ada kakek yang sabar dan selalu memberikan semangat dan arahan kepada cucu-cucunya. Meskipun perilaku bapak kasar dan sangat keterlaluan.
Anak-anaknya selalu mengingat pesan terakhir yang ibu berikan untuk tidak membenci bapak dalam keadaan apa pun.
Dan suatu hari, terjadi gempa bumi yang cukup kuat, bapak yang biasanya tidak pernah cemas menjadi khawatir dengan keadaan anak-anaknya di rumah. Bapak pulang ke rumah hanya untuk memastikan keadaan anak-anak.
Namun, karena ketakutan anak-anak terhadap bapaknya yang sering memarahi mereka lagi-lagi bapak gagal mengendalikan dirinya dan meninggalkan rumah dengan cepat, dan setelah kejadian itu, bapak merenungi ucapan-ucapan anak-anaknya.
Karena, bapak kedapatan bersama wanita lain di warung tempat biasa nongkrong dan ia mendapat hukuman dari sahabatnya atas perbuatannya. Setelah mendapatkan dorongan dari sahabatnya, malam itu bapak memutuskan untuk pulang ke rumah dan meminta maaf ke anak-anaknya.
Dan ketika pulang bapak membeli 7 harum manis (kembang gula) untuk anak-anaknya. Tetapi gempa yang kuat terjadi dan mereka berlarian ke luar rumah dan setelah 15 menit tanah berguncang dengan dahsyatnya dan air laut mulai naik.
Dan bagaimana kisah selanjutnya? yuk, simak langsung di novel laut pasang 1994 ya!
Dalam resensi novel laut pasang 1994 berikut penjelasan mengenai unsur intrinsik novel, diantaranya adalah:
Tema yang diangkat dalam novel ini yaitu tentang penyesalan seorang bapak yang sudah berperilaku buruk kepada anak-anaknya.
Alur yang digunakan dalam novel laut pasang 1994 ini menggunakan alur maju dimana novel ini ceritakan secara runtut dari awal cerita hingga akhir cerita.
Latar waktu yang di gunakan dalam novel laut pasang 1994 ini berlatar waktu di tahun 1994 dan saat terjadi tsunami Jawa Timur.
Latar tempat yang digunakan dalam novel laut pasang 1994 ini terjadi di tsunami di Banywangi Jawa Timur.
Sudut pandang yang digunakan dalam novel ini yaitu menggunakan sudut pandang orang pertama sebagai pelaku utama yaitu bapak dan sudut pandang orang ketiga.
Gaya bahasa yang digunakan dalam novel ini cukup ringan dan mudah dipahami oleh semua kalangan termasuk remaja dan juga anak-anak hingga dewasa.
Amanat yang terkandung dalam novel ini adalah setiap manusia memiliki ujiannya masing-masing termasuk kehilangan orang yang disayangi tapi tdiak seharusnya menyalahkan takdir karena anak-anaklah yang akan menerima imbasnya.
Dalam resensi novel laut pasang 1994 ini akan kami jelaskan juga unsur ekstrinsik novel dan berikut penjelasannya:
Nilai sosial yang terkandung dalam novel adalah sikap si Mbah yang sangat perhatian dan menyayangi cucunya dengan tulus serta sikap ibu yang begitu sabar menghadapi suaminya yang emosinya labil.
Sikap Purnomo yang membennci anak-anaknya setelah kehilangan istrinya itu merupakan sikap yang tidak patut di contoh.
Setiap karya tentunya kita akan mengetahui kelebihan dan kekurangan seseorang, dimana novel ini juga memiliki beberapa kelebihan dan berikut penjelasan lengkapnya:
Selain kelebihan novel ini juga memiliki beberapa kekurangan, diantaranya adalah:
Setiap manusia memiliki ujian hidup masing-masing dan jangan menyalahkan takdir apalagi menjadikan anak-anak sebagai pelampiasan emosi sadarlah bahwa mereka adalah titipan dan suatu saat Tuhan akan mengambilnya kembali.
Demikian penjelasan mengenai resensi novel laut pasang 1994 semoga apa yang kami sampaikan dapat dipahami dan bermanfaat ya!
Hanya seorang Blogger enthusiasm dan penikmat kopi saja. Suka berbagi pengetahuan kecil & bercita-cita jadi pengusaha media.