Dalam kesempatan kali ini tim Mustakim Media akan menjelaskan mengenai resensi film tenggelamnya kapal van der Wijck dimana akan kami jelaskan lengkap mulai dari identitas novel, sinopsis, intrinsik hingga pesan moralnya.
Film ini cukup populer di tahun 2013 karena kisahnya cukup menarik dan menyayat hati. Kisah percintaan Hayati dan Zainuddin yang harus terhalang oleh adat Minangkabau. Yuk, simak penjelasan lengkapnya di bawah ini ya!
Judul Film | Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck |
Penulis Naskah | Haji Abdul Malik Karim Amrullah (Hamka) |
Sutradara | Sunil Soraya |
Durasi Film | 120 menit |
Kategori Film | Roamn |
Pemain Film | Pemain Utama Pevita Pearce sebagai Rangkayo Hayati dan Herjuno Ali sebagai Zainuddin, Reza Rahardia sebagai AzizPemain pendukung Randi Danista sebagai Muluk, Arzetti Bilbina sebagai ibu Muluk, Kevin Andrean sebagai Shopian dan masih banyak lagi tokoh lainnya |
Tahun Produksi | 2013 |
Perusahaan Produksi | Soraya Intercinee Films |
Film tenggelamnya kapal van der wijck ini merupakan sebuah karya dari penulis Buya Hamka dan mulai di angkat menjadi sebuah film layar lebar di tahun 2013 yang dibintangi oleh Pevita Perace sebagai Hayati dan Herjuno Ali sebagai Zainuddin.
Kisah mereka cukup populer karena bukan hanya tentang kisah percintaan tapi film ini juga lekat dengan kehidupan adat dari Minangkabau dan latar yang cukup eksotis dan pedesaan banget.
Dalam resensi film tenggelamnya kapal van der wijck ini akan kami jelaskan juga sinopsis filmnya secara lengkap. Agar kamu dapat memahami apa yang menjadi isi dari film ini secara garis besar.
Kisah ini berawal dari seorang pemuda yang berasal dari Makasar bernama Zainuddin yang merupakan berdarah suku campuran yang ayahnya dari Padang Panjang dan ibunya Minang. Dan orang tua Zainuddin ini telah lama meninggal dan ia hidup bersama neneknya.
Dan kini ia berencana akan pergi ke Batipuh ke tanah kelahiran ayahnya untuk mendalami ilmu agama. Dan disanalah ia bertemu dengan gadis cantik nan sholehah yang bernama Hayati.
Hayati juga merupakan yatim piatu yang di asuh oleh ketua adat Batipuh. Karena seringnya bertemu Zainuddin dan hayati pun saling jatuh cinta namun karena peraturan adat istiadat yang teguh menjadikan hubungan mereka mendapat pertentangan.
Hingga Zainuddin di usir dan pergi ke Padang Panjang sebelum pergi ia bertemu Hayati dan memberikan kain putih sebagai tanda ia akan menunggu Zainuddin untuk melamarnya.
Setelah berada di Padang Panjang Zainuddin menetap di rumah Muluk yang masih saudaranya untuk menyelesaikan ilmu agama yang dimiliki.
Di sisi lain di Batipuh ada acara menarik di masyarakat Minang yaitu menonton pacuan kuda dan disanalah Hayati dipertemukan dengan Aziz yang merupakan kakak Khadizah. Dan Khadizah ini merupakan teman Hayati yang anak bangsawan.
Karena kecantikannya Aziz pun tertarik untuk meminang Hayati dan hal ini pun di restui oleh orang tua Aziz. Di sisi lain Zainuddi yang telah selesai ilmu agamanya ia juga bertekad akan melamar Hayati.
Dan di rumah Hayati ada dua surat lamaran yang di terima oleh kedua adat. Karena ketua adat menilai Aziz merupakan keluarga bangsawan yang kaya raya dan merupakan keturunan yang sudah pasti asal usulnya.
Akhirnya ketua adat yang merupakan ayah angkat Hayati ini menerima lamaran Aziz dan menolak lamaran Zainuddin, dan hal ini yang membuat Zainuddin sakit dan tidak bisa bangun selama dua bulan. Selama itu pula Muluk lah yang setia merawatnya.
Singkat cerita Zainuddin sadar dan bangkit dari keterpurukan dan ia merantau ke Batavia dan disanalah ia mencurahkan tulisan-tulisannya di sebuah penerbitan dan tak di sangka ternyata semua tulisannya banyak di apresiasi diberbagai surat kabar dan mengangkat derajat Zainuddin.
Ia menjadi orang kaya raya dan terpandang. Begitu pula Aziz yang di pindahkan tugas pindah juga ke Batavia dan mereka akhirnya bertemu dan Zainuddin mengundang mereka. Tidak di sangka Aziz mengalami kebangkrutan dan jatuh miskin.
Aziz yang merasa bersalah akhirnya pamit akan mencari kerja dan meninggalkan Hayati di rumah Zainuddin. Namun, Zainunddin yang masih menaruh dendam malah memulangkan Hayati ke Batipuh menggunakan kapal Van Der Wijck.
Namun, berita duka pun datang karena ternyata kapal itu telah tenggelam bersama dengan hancurnya hati Hayati karena penolakan Zainuddin.
Berikut beberapa unsur intrinsik yang terdapat dalam film tenggelamnya kapal van der wijck, yaitu:
Tema yang diangkat dalam novel ini adalah kisah percintaan Hayati dan Zainuddin yang terhalang adat istiadat Minang.
Alur yang digunakan dalam film ini adalah alur maju.
Latar waktu yang digunakan dalam film yaitu siang hari dan malam hari.
Latar tempat yaitu di Makasar, Dusun Batipuh, Batavia, Surabaya.
Latar suasana ada senang ketika Hayati menerima cinta Zainuddin, sedih ketika Zainuddin terusir, menegangkan ketika berada di ruamh sakit.
Gaya bahasa di gunakan dalam bahasa Minangkabau melayu yang kental.
Jangan jadikan sebuah dendam di hati menjadikan sebuah penyesalan seumur hidupmu karena sesuatu yang akan menjadi takdirmu akan kembali padamu.
Sikap Muluk yang selalu ada saat sahabatnya sedang duka atau bahagia dan selalu jadi teman terbaiknya.
Sikap Aziz yang pongah dan merebut cinta orang lain karena merasa kaya ini merupakan sikap yang tidak manusiawi.
Maafkanlah masa lalu karena memang itu sudah takdirnya kita tidak bisa menyalahkan semua yang terjadi semua sudah Tuhan rencanakan dengan baik.
Demikian penjelasan mengenai resensi film tenggelamnya kapal van der wijck semoga apa yang akmi sampaikan dapat bermanfaat ya!
Hanya seorang Blogger enthusiasm dan penikmat kopi saja. Suka berbagi pengetahuan kecil & bercita-cita jadi pengusaha media.