Siapa yang tidak kenal dengan sosok Buya Hamka ia merupakan seorang ulama, penulis terkenal hingga memiliki berbagai banyak karya. Dan dalam kesempatan artikel kali ini kami akan membahas mengenai resensi novel Buya Hamka secara lengkap.
Mulai dari identitas novel, sinopsis, intrinsik, ekstrinsik hingga pesan moral yang terkandung di dalamnya. Tidak hanya itu, kami juga akan bahas mengenai kelebihan dan kekurangan dari buku ini. simak sampai akhir ya!
Judul Novel | Buya Hamka: Memoar Perjalanan Hidup Sang Ulama |
Penulis | Yanuardi Syukur dan Arlen Ara Guci |
Penerbit | Tiga Serangkai |
Jumlah halaman | 208 halaman |
Ukuran Buku | 20,5×14 cm |
Kategori | Non Fiksi |
Tahun Terbit | 2017 |
Harga Novel | Rp.76.000,- |
Novel Buya Hamka ini di tulis oleh dua penulis yang bernama Yanuardi Syukur dan Arlen Ara Guci novel ini mulai diterbitkan pada tahun 2017 oleh Tiga Serangkai. Novel ini memiliki ketebalan buku mencapai 208 halaman dan ukuran sekitar 20,5×14 cm.
Dalam resensi novel Buya Hamka ini akan kami jelaskan juga mengenai sinopsis novel, dan sinopsis ini tentunya akan berguna bagi kamu yang ingin mengetahui isi novel ini secara garis besarnya saja dan berikut penjelasannya.
Novel ini sesuai judulnya yaitu mengisahkan Buya Hamka. Buya Hamka ini merupakan putra terbaik bangsa, selain sebagai seorang ulama yang karismatik, beliau juga seorang pemikir sekaligus sastrawan Indonesia yang cukup terkenal.
Buku-buku karyanya banyak dijadikan sebagai rujukan yang menginspirasi banyak orang. Penulis melalui studi literatur dan kunjungan langsung ke kampung kelahiran Bua Hamka menceritakan perjalanan hidup ulama besar bangsa Indonesia mulai dari pra penjara hingga pasca penjara.
Dalam istilah ada “The apple never falls far from the tree, like father like son.“Buah jatuh tak jauh dari pohonnya” sangat cocok bagi Buya Hamka dan ayahnya.
Hamka merupakan putra dari seorang ulama mudah terkenal yang dikenal dengan tokoh dan pelopor dalam gerakan pembaharu (Tajdid) dari kalangan muda Minangkabau setelah mereka kembali ke Makkah pada tahun 1906.
Sebagaimana kita kenal bahwa Hamka seorang sastrawan, sejak mudah Hamka seorang sastrawan, yang aktif menulis buku, baik sebagai wartawan, penulis, editor maupun penerbit.
Dan sejak muda Hamka aktif berorganisasi dalam berpidato di depan umum, suatu hal penting yang dibutuhkan para tokoh organisasi. Kemampuan beliau tunjukkan dengan berpidato pada kongres ke-20 Muhammadiyah di Yogyakarta (1931).
Hamka juga aktif dalam berorganisasi politik, pada tahun 1925 Hamka bergabung dengan partai Politik Serikat Islam. Buku-buku yang ditulis Hamka pun berbagai genre, baik nonfiksi, maupun fiksi.
Setelah orde lama jatuh dan dilanjutkan dengan peran sebagai ulama. Tulisan-tulisannya lebih menonjolkan keulamaannya terutama ketika jadi ketua MUI pada tahun 1775.
Dan kisah terkenalnya sosok Buya Hamka pada di penjara di masa penjajahan. Pada tahun 1964 Hamka dijebloskan ke penjara dengan tuduhan menggelar rapat gelap di Tangerang untuk merencanakan pembunuhan terhadap Menteri Agama dan Presiden Soekarno.
Serta melakukan kudeta terhadap pemerintah atas sokongan dana dari Perdana Menteri Malaysia. Meskipun tuduhan itu semua tidak terbukti, namun Hamka tetap di penjara selama 2 tahun 4 bulan.
Dan selama mendekam di penjara ia jadikan momen menyelesaikan tafsirnya dan waktunya sibuk dengan menulis tafsir dan beribadah kepada Allah karya tafsir yang berjudul Tafsir Al-Azhar.
Dan bagi kamu yang ingin lebih lanjut memahami kisah dari Buya Hamka ini kamu bisa simak secara langsung di novel Buya Hamka: Memoar Perjalanan Hidup Sang Ulama ya!
Dalam resensi novel Buya Hamka ini tidak lupa kami jelaskan juga mengenai unsur intrinsik novel, dan berikut penjelasan lengkapnya:
Tema yang diangkat dalam novel Buya Hamka ini yaitu mengisahkan kisah ulama Buya Hamka.
Tokoh yang dikisahkan di novel ini adlah kisah dari tokoh Buya Hamka yang merupakan sastrawan dan juga ulama Indonesia yang terkenal.
Alur yang diceritakan dalam novel ini menggunakan alur maju karena diceritakan dari awal hingga akhir secara runtut dan teratur.
Latar tempat yang digunakan yaitu pada saat berada di negara Indonesia.
Latar waktu yang digunakan dalam novel ini yaitu menggunakan latar waktu pada masa Orde Baru dan setelahnya.
Sudut pandang yang digunakan dalma novel ini yaitu menggunakan sudut pandang penulis atau sudut pandang orang ketiga yang serba tahu.
Gaya bahasa yang digunakan dalam novel ini yaitu menggunakan gaya bahasa yang ringan dan mudah dipahami oleh semua kalangan.
Novel ini memberikan amanat bahwa jadilah manusia yang bermanfaat bagi umat lainnya dan terus memberikan kebaikan dimana pun kamu berada.
Selain intrinsik tentunya kami juga akan jelaskan mengenai unsur ekstrinsik dalam resensi novel Buya Hamka ini dan berikut penjelasan lengkapnya:
Nilai sosial yang terkandung dalam novel ini adalah sikap Buya yang memiliki nilai nasionalis dan juga idelisme sehingga selalu berpikir untuk kemaslahatan umat.
Sikap Buya yang selalu memanfaatkan waktu sebaik-baiknya terbukti meskipun dalam penjara ia masih bisa menghasilkan sebuah tafsir yang bermanfaat bagi umat.
Berikut beberapa kelebihan yang dimiliki oleh novel Buya Hamka yang perlu kamu ketahui, diantaranya adalah:
Selain kelebihannya tentunya novel Buya Hamka ini juga memiliki kekurangan yang perlu kamu ketahui dan berikut penjelasan lengkapnya:
Dari kisah Buya Hamka kita dapat mengambil pelajaran bahwa menjadi orang baik dan berpenderian yang kuat itu sangat penting. Dan manfaatkanlah kehidupan yang singkat ini dengan hal-hal yang bermanfaat.
Agar saat kamu menjalaninya tidak merasa sia-sia dan sampaikanlah ilmu meskipun satu ayat karena itu akan menjadi hal yang terus mengalir sampai akhir hayat.
Demikian penjelasan mengenai resensi novel Buya Hamka memoar perjalanan sang ulama semoga apa yang telah kami sampaikan ini dapat bermanfaat ya terimakasih.
Hanya seorang Blogger enthusiasm dan penikmat kopi saja. Suka berbagi pengetahuan kecil & bercita-cita jadi pengusaha media.