Novel Kemarau ini merupakan sebuah karya dari A.A Navis diaman novel ini menceritakan sebuah kampung yang mengalami kemarau panjang. Dan dalam kesempatan kali ini tim Mustakim Media akan menjelaskan mengenai resensi novel kemarau secara lengkap.
Mulai dari identitas novel, sinopsis, intrinsik, ekstrinsik hingga pesan moral yang terkandung di dalamnya. Tidak hanya itu, kami juga akan jelaskan mengenai kelebihan dan juga kekurangannya secara lengkap.
Judul Novel | Kemarau |
Penulis | A.A Navis |
Penerbit | PT. Gramedia Widiasarana |
Jumlah halaman | 178 halaman |
Ukuran Buku | 13×19 cm |
Kategori | Fiksi |
Tahun Terbit | 1967 |
Harga Novel | Rp.59.000,- |
Novel kemarau ini merupakan sebuah karya dari A.A Navis diaman novel ini menceritakan sebuah kampung yang mengalami musim kemarau panjang. Novel ini mulai diterbitkan pada tahun 1967 oleh PT. Gramedia Widiasarana.
Novel ini memiliki ketebalan yang cukup tipis sekitar 178 halaman yang bisa kamu baca dalam sekali duduk saja. selain itu, ukuran novel ini juga standar yaitu berukuran 13×19 cm.
Dalam resensi novel kemarau ini akan kami jelaskan juga mengenai sinopsis novel, dimana sinopsis ini sangat membantu kamu untuk memahami isi dari novel ini secara garis besarnya saja.
Novel ini mengisahkan sebuah kampung yang mengalami musim kemarau panjang, tanah dan sawah retak karena cuaca yang sangat kering dan panas. Para petani semakin berputus asa atas musim kemarau yang panjang.
Untuk mengatasi hal itu mereka pergi ke dukun untuk bisa mendatangkan hujan, namun hasilnya tidak ada. Dan setelah tidak ada hasil, barulah mereka ingat pada Tuhan, dan setiap malam mereka pergi ke mesjid untuk mengadakan ratib yaitu sembahyang meminta hujan.
Namun, hujan tidak turun juga, dan keadaan itu membuat oenduduk tidak mau lagi menggarap sawah mereka. Namun, ada satu petani yaitu Sutan Duano yang tidak bermalas-malasan.
Dalam keadaan kemarau panjang ini ia mengambil air dari sebuah danau agar bisa mengairi sawahnya sehingga padinya tetap tumbuh.
Dan ia berharap agar para petani di desanya mengikuti perbutan yang ia lakukan. Namun, bukannya mengikuti malah menganggap Suta Duano gila karena mengambil air dari danau pada musim kemarau.
Dan pada suatu hari, datanglah anak kecil sekitar umur 12 tahun bernama Acin menghampiri Sutan Duano yang sedang duduk. Ia bertanya mengapa ia mengangkut air dari danau dan setelah lama bercerita Acin pun bekerjasama untuk mengambil air danau untuk sawah.
Para penduduk yang melihat hal tersebut menganggap Sutan Suano sedang mencari perhatian kepada Ibu Acin yaitu Gundam janda enam tahun dengan dua orang anak.
Dan suatu sore, ketika mengadakan pengajian di surau kaum perempuan, Sutan Duano merasa sudah tiba saatnya untuk mempengaruhi kaum perempuan untuk bergotong royong mengangkut air dan membedakan sawah yang disiram dan tidak di siram.
Namun hal itu tetap saja tidak membuat penduduk setuju atas ajakan untuk mengairi sawah. Sutan Dauno hampir putus asa. Dan suatu hari ia menerima surat dari anaknya di Surabaya. Dan para penduduk takjub karena mengetahui Sutan memiliki anak yang kaya di Surabaya.
Dan tanpa penduduk tahu bahwa Sutan Duano ini memiliki masa lalu yang cukup kelam setelah sepeninggal istrinya yang telah melahirkan anak keduanya. Ia mencoba mencoba menikah namun cerai karena tidak berperilaku baik.
Dan ia juga pernah menyewa perempuan malam namun ketahuan anaknya dan ia memukul perempuan malam tersebut dan ia di penjara selama tiga bulan dan ia bertobat kemudian tinggal di kampung tersebut.
Dan setelah datang ke Surabaya ternyata mertua anaknya adalah Iyah yaitu mantan istrinya yang ia cerai dulu. Lantas apa yang akan terjadi selanjutnya? yuk, simak langsung di novelnya ya!
Dalam resensi novel kemarau ini akan kami jelaskan juga mengenai unsur intrinsik novel dan berikut penjelasan lengkapnya:
Tema yang diangkat dalam novel kemarau ini yaitu menggunakan tema tentang kehidupan Sutan Duano dan segala permasalahannya.
Alur yang digunakan dalam novel kemarau ini yaitu menggunakan alur campuran dimana terdapat alur maju dan alur mundur di dalam novel tersebut.
Latar tempat yang digunakan dalam novel kemarau ini yaitu di sawah, di masjid, di rumah Sutan, di Surabaya, di danau dan masih banyak lagi latar tempat lainnya.
Latarw aktu yang digunakan dalam novel ini yaitu menggunakan latar waktu pagi hari, siang hari, sore hari dan juga malam hari.
Sudut pandang yang digunakan dalam novel kemarau ini yaitu menggunakan sudut pandang orang ketiga yang serba tahu.
Gaya bahasa yang digunakan dalam novel kemarau ini yaitu menggunakan gaya bahasa yang ringan dan mudah dipahami oleh semua kalangan.
Tinggalkanlah hal-hal yang tidak berguna dalam hidup dan teruslah berusaha serta bekerja keras dan tidak boleh pasrah kepada nasib, apalagi percaya kepada selain Tuhan.
Selain unsur intrinsik resensi novel kemarau ini juga akan kami jelaskan mengenai unsur ekstrinsik novel dan berikut penjelasannya.
Acin yang masih bocah bisa memahami arti sebuah perjuangan dan bekerja keras untuk bisa mendapatkan hasil dan ia rela membantu Sutan untuk membantu mengairi sawah.
Sikap masyarakat yang memiliki pengetahuan di bawah rata-rata ini sangat tidak bisa diajak untuk bekerja keras hanay bisa berdoa tanpa ada usaha itu sama saja bohong.
Novel ini mengajarkan kita untuk tidak menyerah kepada keadaan dan harus berusaha lebih keras agar mendapatkan hasil yang memuaskan dan janganlah bermalas-malasan dalam menjalani kehidupan dan percayalah hanya kepada Tuhan saja.
Demikian penjelasan mengenai resensi novel kemarau semoga apa yang kami sampaikan dapat membantu dan bermanfaat ya!
Hanya seorang Blogger enthusiasm dan penikmat kopi saja. Suka berbagi pengetahuan kecil & bercita-cita jadi pengusaha media.