Kalo ngomongin masalah budaya membaca, Indonesia adalah salah satu negara dengan rangking literasi terendah dunia. Sedih banget sih rasanya begitu baca informasi ini beberapa waktu lalu.
Bahkan banyak lembaga yang melakukan penelitian literasi ini dan membuktikan Indonesia memiliki rangking buruk untuk masalah membaca.
Dari informasi yang aku baca, salah satunya, 61 negara yang ikut dalam penelitian tersebut Indonesia mendapatkan rangking 60 atau juara kedua terburuk kategori literasi.
Penelitian ini dilakukan oleh Central Connecticut State University (CCSU) bertajuk “World’s Most Literate Nations” (Detik News).
Indonesia adalah negara dengan jumlah penduduk Muslim terbesar di dunia. Lho emang apa hubungannya? Aku adalah orang Muslim, dalam ajaran agamaku, membaca adalah salah satu hal yang harus dijalankan.
Tepatnya dalam QS.Al-Alaq Ayat 1 dan ayat ke 3, dengan jelas disebutkan perintah membaca secara jelas. Lalu kenapa minat membaca Indonesia saat ini masih sangat rendah?
Kalo menurut pendapatku, setidaknya ada 6 faktor yang menyebabkan kenapa minat membaca Indonesia itu rendah banget, yaitu:
Bukan guru, dalam urusan minat membaca, orang tualah yang memiliki peran penting dalam menentukan minat membaca seorang anak. Suka atau tidaknya seorang anak terhadap bacaan dan buku tergantung dari orang tuanya.
Apabila orang tuanya di rumah biasa membaca buku atau membacakan cerita-cerita yang menarik, kemungkinan besar anaknya pun akan suka dengan bacaan sejenis.
Sedangkan sekarang ini, masih ada banyak orang tua yang tidak melakukan hal tersebut. Tidak usah jauh-jauh deh, kakak aku yang bertetangga dengan rumahku, punya anak yang emang bisa dibilang susah atau bahkan males kalo diminta baca buku.
Alasannya sederhana, kakak ku (suami istri) keduanya sama-sama orang sibuk yang jarang banget urusin anaknya.
Apalagi sampe baca-bacain buku cerita atau apapun untuk anaknya.
Aku yakin bahwa hal ini masih banyak terjadi pada banyak orang tua lainnya di Indonesia dengan alasan yang berbeda.
Selain orang tua, faktor lain yang mengurangi minat baca orang Indonesia adalah rendahnya pendidikan.
Ini sangat jelas sekali, dari hasil penelitian yang dilakukan Central Connecticut State University (CCSU) di atas, membuktikan bahwa Finlandia berhasil menduduki peringkat ke 1 dengan literasi terbaik dunia.
Finlandia adalah negara dengan sistem pendidikan terbaik di dunia saat ini (Versi Ican Education Consultant).
Pendidikan yang bagus akan mempengaruhi banyak hal termasuk dalam cara dan minat membaca di negara tersebut. Hal ini benar-benar terjadi dan dibuktikan langsung di negara maju seperti Finlandia.
Salah satu hal yang menurutku menjadi salah satu faktor penting dalam menentukan rendahnya budaya membaca di Indonesia adalah karena kurangnya perpustakaan umum.
Perpustakaan umum ini digunakan orang untuk membaca, mencari referensi dan mencari hiburan menarik dari bacaan.
Sedangkan saat ini, perpustakaan umum di Indonesia cukup sulit ditemukan dan masih jarang.
Di Bandung tempat saya tinggalpun masih jarang. Apalagi kalo nengok ke daerah-daerah pelosok, seperti Bandung Selatan, Garut Selatan dan wilayah lainnya, perpustakaan buku hampir tidak ada dan sulit sekali ditemukan.
Selain sarananya yang kurang, dari sisi bacaannya juga masih jarang sekali buku yang menarik untuk dibaca. Keterbatasan ini juga menjadi salah satu faktor rendahnya literasi di Indonesia.
Orang-orang tidak tertarik dengan buku, karena hampir tidak ada hal yang membuat mereka tertarik dengan buku yang tersedia di toko-toko buku. Hampir semua jenis buku isinya gitu-gitu aja.
Faktor lain yang membuat minat membaca di Indonesia rendah adalah mahalnya harga buku. Bagi beberapa orang di perkotaan, harga buku masih terbilang murah.
Namun bagi warga pedesaan, harga buku ini masih terbilang mahal bahkan sangat mahal menurut mereka.
Semester 7 saat KKN di kampus, saya bertugas di wilayah Garut Selatan paling ujung. Di wilayah tersebut, masih banyak anak yang tidak sekolah, bahkan masih ada orang yang buta huruf.
Dari hasil survey ke beberapa sekolah, ternyata ketersediaan buku disekolah mereka masih sedikit.
Bahkan, buku paket untuk belajar saja sudah pada robek dan itupun cuma ada 1 untuk setiap mata pelajarannya.
Anak-anak belajarnya pakai 1 buku untuk siswa 1 kelas. Miris sekali bukan? Padahal percetakan di Indonesia ini ada banyak.
Perkembangan media audio visual jadi salah satu pemicu kenapa minat membaca di Indonesia itu sangat rendah. Orang Indonesia lebih suka materi audio visual ketimbang harus membaca.
Skripsi saya meneliti tentang perbandingan hasil pembelajaran dengan media gambar dan media audio visual.
Hasilnya, siswa di sekolah lebih tertarik pada media audio visual. Bahkan hasil pembelajaran dengan media audio visual jauh lebih tinggi.
Namun masalahnya, teknologi ini masih jarang diterapkan di sekolah-sekolah.
Hal yang terjadi saat ini justru media audio visual itu ditemukan anak-anak sebagai tontonan dan hiburan mereka di luar sekolah yang justru menjauhkan mereka untuk belajar dan menghilangkan minat membaca.
Anak-anak era ini justru banyak yang beranggapan bahwa dunia membaca sudah digantikan dengan teknologi audio visual.
Baca Juga: Donasi Online
Meningkatkan budaya membaca, artinya kita siap untuk melakukan perubahan budaya dan meningkatkan kualitas SDM. Karena membaca adalah pintu pembuka pikiran terbaik.
Ngomongin cara meningkatkan budaya membaca, tentu ada banyak sekali cara yang bisa dilakukan. Kalo menurut opiniku sendiri, setidaknya ada 5 cara yang bisa dilakukan untuk meningkatkan budaya membaca di Indonesia, yaitu:
Jangan anggap remeh, perpustakaan umum ini sangat penting banget sih menurutku. Karena ini adalah pusat bacaan yang bisa dikunjungi siapapun dan akan tersedia bacaan apapun.
Walau tidak semua orang datang ke perpustakaan umum ini untuk membaca, namun setidaknya ketika mereka datang ke perpustakaan umumpun sudah jadi nilai lebih dari budaya membaca itu sendiri.
Mungkin satu dua kali, dia hanya nongkrong di perpustakaan, lama kelamaan dia pun akan membaca. Karena akan malu sendiri dong, ke perpustakaan tapi gak baca.
Lagi-lagi orang tua, tapi emang ini adalah kuncinya. Orang tua memiliki peran yang sangat penting dalam menentukan minat baca anak.
Orang tua jadi pusat dimana anak akan suka atau tidak terhadap bacaan. Karena pusat pendidikan anak yang sebenarnya adalah di rumah bersama dengan orang tua.
Tugas orang tua adalah membiasakan dan mendidik anak agar mereka bisa dan suka membaca. Jika seorang anak sudah terbiasa dan suka dengan kebiasaan membaca sejak dari rumahnya, maka ketika keluar rumah mereka akan tetap suka membaca.
Saya rasa salah satu upaya untuk menumbuhkan budaya membaca ini butuh langkah serius dari pemerintah.
Andai kata artikel ini dibaca oleh pemerintah, saya harap mereka bisa menetapkan satu hari dari satu tahun sebagai peringatan hari membaca se Indonesia.
Ini merupakan salah satu langkah serius dan inovatif untuk meningkatkan budaya membaca di negeri kita ini.
Hari membaca nasional dibentuk sebagai upaya kecil dalam meningkatkan karakter bangsa ini untuk cinta dan suka dengan kebiasaan membaca.
Walaupun pada akhirnya hal ini akan dipandang sebelah mata, tapi wajib kita coba.
Program ini bukan hanya berlaku untuk siswa di sekolah, tapi untuk masyarakat pada umumnya. Bayangkan, semua orang dalam hari tersebut membaca buku apa saja yang mereka suka.
Ini penting dan sangat revolusioner menurut saya. Karena merubah budaya suatu bangsa harus dilakukan dengan langkah konkrit dan bisa dimulai dari kebiasaannya terlebih dahulu.
Salah satu faktor rendahnya minat membaca seseorang adalah karena kurang menariknya bacaan yang ada saat ini.
Banyak bacaan yang menarik saja orang masih banyak yang malas untuk membaca, apalagi tidak ada hal menarik dari bacaannya. Tentu orang akan semakin malas untuk membaca.
Langkah ini mungkin butuh inovasi dalam dunia tulis menulis. Butuh penyegaran materi yang di tulis oleh setiap writter nya.
Seperti yang kita tahu bahwa saat ini, teknologi adalah salah satu bentuk modernisasi masyarakat. Dimana mayoritas masyarakat era ini sangat memiliki ketergantungan terhadap teknologi.
Bukan hanya satu atau 2 orang saja, sekarang semua orang sudah mulai menyadari akan pentingnya teknologi.
Mungkin bisa dikatakan mustahil jika teknologi mengalami kemunduran. Sebaliknya trends teknologi akan terus berkembang.
Hal ini bisa dipandang positif sebagai salah satu langkah baik untuk mengembangkan budaya membaca di Indonesia.
Manfaatkan teknologi untuk mengembangkan budaya dunia membaca adalah salah satu ide kreatif dan inovatif di era sekarang ini.
Dikatakan demikian, karena ini akan mempermudah semua orang mendapatkan akses bacaan yang mereka inginkan.
Namun sayangnya, ketersediaan bacaan yang bagus dan edukatif serta sesuai dengan yang dibutuhkan orang-orang dan bersifat digital masih sangat jarang sekali.
Padahal, apabila teknologi digital dimanfaatkan dengan baik, maka bisa jadi salah satu cara paling bagus untuk menumbuhkan budaya membaca dengan tepat.
Ada banyak kok platform digital yang dapat digunakan sebagai media pengembangan budaya membaca ini mulai dari media sosial, Apps, website dan beragam jenis lainnya.
Lets Read adalah perpustakaan digital khusus buku cerita anak sebagai persembahan dari komunitas literasi dan juga The Asia Foundation sebagai bentuk kepedulian terhadap literasi Indonesia.
Lets Read adalah inovasi buku digital untuk anak belajar membaca dengan lebih mudah tanpa harus pusing dan berat membawa buku kemana-mana.
Orang tua bisa mengajarkan anaknya belajar membaca dan memahami cerita menarik dengan mudah menggunakan aplikasi Lets Read.
Lets Read merupakan buku digital anak yang merupakan persembahan dari The Asia Foundation sebagai bentuk kepedulian literasi.
Lets Read ini di prakarsai oleh Books For Asia, sebuah program yang sudah berlangsung lama sejak 1954.
Misi mereka ini adalah meningkatkan kegemaran membaca anak di Indonesia sejak dini, melalui beberapa jenis usaha:
Lets Read bisa diartikan sebagai sebuah buku digital bergambar yang bisa digunakan sebagai bacaan dan cerita menarik untuk meningkatkan kegemaran membaca anak.
Ini merupakan salah satu bentuk kepedulian akan literasi Indonesia yang secara data punya rangking buruk.
Melalui Lets Read ini, maka anak-anak bisa ditanamkan kecintaannya terhadap budaya membaca.
Dilihat dari sisi manfaatnya, Lets Read ini tentu memiliki banyak banget manfaatnya lho.
Terutama bagi ibu-ibu atau orang tua yang punya anak kecil dan sulit banget saat diajak belajar membaca.
Dari pengalaman saya sendiri yang baru pakai aplikasi Lets Read sejak 1 bulan lalu, Lets Read memiliki banyak manfaat bagi saya, yaitu:
Masih banyak sih manfaat lainnya, intinya aplikasi ini itu bisa bantu mempermudah kita buat ajarin anak-anak yang tadinya malas buat baca kini jadi mau belajar walau secara perlahan.
Kalo browsing aplikasi bacaan digital, emang ada banyak sih aplikasi sejenis, baik di Google Playstore ataupun di App Store.
Namun dari beberapa jenis buku digital yang pernah dicoba, menurutku lets read ini memiliki banyak kelebihan, yaitu:
Aku bukanlah pekerja kantoran, keseharian ya hanya kerja di depan laptop di rumah.
Di rumah ada ponakan yang bertetangga yang selalu hilir mudik ke rumah. Seperti diawal aku jelaskan, mereka ini emang sulit banget kalo diajarin baca.
Sebagai paman yang lahir sebagai generasi Millenial yang kentel dan akrab banget sama teknologi, lets read ini jadi andalanku setiap hari buat bacain cerita buat si bontot sebelum tidur sekalian ajarin dia baca.
Emang sudah kodratnya mungkin, tiap ponakan cewek pasti deket banget sama aku.
Setiap hari dia sering banget minta dibacain cerita yang lucu-lucu. Nah, lets read inilah yang aku pake buat bacain cerita buat dia.
Beruntungnya, lets read dilengkapi dengan gambar yang keren dan lucu sesuai dengan alur cerita didalamnya.
Ini bikin ponakanku penasaran dan selalu ingin melihat gambarnya disela-sela aku baca ceritanya.
Dari sinilah, akhirnya akupun ajarin dia bagaimana cara dan belajar membaca melalui lets read.
Walau bacanya sepotong-spotong, tapi cukup lumayan. Setidaknya, dia ada rasa tertarik akan dunia membaca.
Kalo ditanya seperti ini, menurutku sangat bisa. Namun dengan catatan, butuh sedikit pembaharuan.
Tapi secara keseluruhan dari buku digital lets read ini udah oke dan bisa banget ningkatin minat abca anak.
Lets read punya banyak hal untuk menarik minat anak akan membaca. Cuma masalahnya, masih banyak orang tua anak yang belum tahu aplikasi lets read ini dan jarang banget yang pakai.
Bahkan di rumah aja, baru aku yang pake apps ini. Kakakku baru tahu setelah aku kasih liat apps ini.
Andaikan semua orang tua tahu dan paham teknologi, mungkin bisa banget pakai apps ini untuk ajarin anak-anaknya belajar membaca dengan cara yang fun.
Over all, aplikasi lets read ini udah bagus banget sih. Akupun agak ragu untuk sampaikan opini ini.
Tapi ya mau gak mau masukan positif kudu disampaikan, walau sebenarnya mungkin belum tentu dibaca oleh kreator dan owner lets readnya.
Aku baru banget pake apps lets read ini, beberapa fitur aku suka dari aplikasi lets read. Tapi, ada beberapa hal yang mungkin belum relate sama yang aku butuhin saat pake aplikasi ini.
Beberapa hal yang menurut aku butuh pengembangan dari apps lets read ini adalah tentang bahasan cerita dari sisi keagamaan, serta pengenalan materi dasar-dasar membaca.
Mungkin bagusnya dipasang di bagian depan untuk materi pengantar belajar membaca untuk anak secara khusus.
Agar ini bisa dipake orang tua untuk ajarin anaknya membaca dengan lebih mudah.
Bahasan cerita dari sisi keagamaan juga sangat bagus sih kayanya kalo ditambahin.
Selain anak bisa tahu ilmu pengetahuan dan budaya secara luas juga paham tentang cerita-cerita agamanya.
Nah, mungkin itu aja sih yang mo aku tulis tentang cara meningkatkan budaya membaca anak pake aplikasi lets read.
Sebenarnya masih banyak sih yang pengen ditulis tentang apps ini. Cuma karena masih banyak hal yang harus dikerjakan mungkin lain kali aku bahas lagi.
Hanya seorang Blogger enthusiasm dan penikmat kopi saja. Suka berbagi pengetahuan kecil & bercita-cita jadi pengusaha media.