Cerita cinta kisah nyata yang mengharukan ini akan membuatmu merasakan arti cinta yang sesungguhnya. Cinta sebuah perasaan yang tak akan pernah habis cerita jika di bahas.
Setiap hati memiliki pemilik dengan suka hati menyayangi tanpa syarat. Cinta sangat indah bagi siapa saja yang tengah merasakannya. 5 cerpen ini merupakan cerita cinta yang diangkat dari kisah nyata. Simak yuk!
Berikut merupakan kumpulan cerita cinta kisah nyata yang mengaharukan, diantaranya adalah:
Waktu kian terus bergulir begitu cepat. Tak terasa ikatan cinta kita tengah menginjak tahun ke dua. Bertambah hari bertambah pula rasa cinta ini. Aldi sudah banyak yang kita lewati bersama.
“Ca, aku mau pergi ke suatu tempat. Dan mungkin tak akan kembali lagi. Tolong jaga dirimu baik-baik ya?”
“Al, kok ngomongnya kaya gitu? Emangnya kamu mau kemana?”
“Ke tempat yang jauh. Jaga kesehatan dan pola makan. Aku do’akan semoga selama aku pergi kamu jangan rindu. Biar aku aja.”
“Hahahaha….. Dilan gadungan”
Dan itulah percakapan terakhir kami. Dan benar saat itu kami tidak pernah bertemu lagi. Sudah hampir setengah tahun lamanya. Aku tak menemukan kabar darimu.
Dan hari ini tiba-tiba ada surat pos datang ke rumah dan aku kaget banget pengirimnya adalah namamu. Dengan bahagia aku buka surat itu.
Apa kabarmu Ica ku sayang?
Mungkin ketika kamu membaca surat ini, aku sudah pergi jauh dan tak akan kembali. Di saat terakhirku ini aku ingin sekali bertemu denganmu. Keinginan begitu kuat sama hal nya ketika aku berusaha mendapatkanmu.
Tapi aku tak cukup punya nyali dan keberanian untuk melihatmu terluka saat melihat kondisiku. Aku tahu kamu sangat merindukanku tapi takdir berkata lain.
Penyakit ini sudah berbulan-bulan lalu menggerogoti setiap bagian tubuhku. Dan aku tak kuasa melihatmu bersedih. Sehingga tak menceritakan kondisi yang sesungguhnya.
Aku bersyukur telah memilikimu aku bahagia telah memilikimu walau hanya sesaat. Aku harap kamu bisa terus menjalani hari dan terbiasa tanpa diriku lagi.
Sayang rindu dan kecup terakhirku mmmmuach
Aldi
Aku merasakan palu godam menghantam dada terasa begitu sesak dan sakit. Dan akhirnya aku menangis tak lama kemudian tak sadarkan diri.
Senyum itu masih sama senyum yang ku kagumi dari pertama kita bertemu. kita saling berhadapan di atas sebuah meja. Yang di pingginya ada sebuah kaca besar.
Dari sana mata indahmu menatap puluhan ikan koi yang pergi kesana-kemari. “Jangan liatin aku kaya gitu, nanti naksir”. Sambil tersipu. “Sudah” ku jawab mantap.
“Aku tak bisa An, ada yang lain di hatiku”
Dengan gugupnya wajahmu memalingkan pandangan menatap pada ikan koi yang sudah berpaling. Sama seperti perasaanku. Dan kamu mulai beranjak pergi.
Satu tahun kemudian
Masih di tempat yang sama. kamu menatap foto kebersamaan kita saat itu. Aku melihat dari balik pundakmu. Namun, kamu malah memegang bulu kudukmu.
Mungkin kamu merasa ada hembusan nafas di sana. Tapi kamu tak melihat keberadaanku. Ya, kini aku hanya udara yang telah mengorbankan nyawa demi udara kamu agar tetap hidup.
Pernikahan kita tengah menginjak 10 tahun. Banyak pahit manis yang telah kita lewati. Begitu banyak cobaan dan rintangan yang telah dilalui. Dan puncaknya saat kita di landa sebuah kekurangan materi.
Suatu hari Mas Imran pergi ke pasar entah apa yang ia lakukan. Aku Desi pekerjaanku hanya sebagai seorang ibu rumah tangga. Meski panggilan itu begitu tidak cocok karena aku belum memiliki putra.
Jangan tanyakan kenapa kami belum memiliki anak, kami begitu sakit mendengar itu. Hari ini adalah hari pernikahan kita tak ada sesuatu yang tidak bisa aku kasih jadi aku berencana untuk menjual rambut panjangku.
Aku ingin memberi kejutan untuk suamiku dengan membelikannya sebuah jam tangan meski tidak mahal. Dan saat malam tiba kami sama-sama membelikan hadiah.
Suamiku membelikanku sebuah ikat rambut yang indah. Aku menangis karena rambutku kini telah pendek dan tak memerlukan hadiah itu.
Suamiku menerima jam tangan dari ku ternyata ia menjual jam tangan lamanya karena ingin membelikanku ikat rambut. Kami sama-sama menangis hari itu.
Cinta yang kami milliki begitu kuat untuk saling memberikan yang terbaik. Wahai suamiku aku betul-betul mencintaimu. Wahai istriku aku juga sangat mencintaimu dan berpelukan.
Di kisahkan ada seorang istri yang selalu dihina suaminya karena tidak memiliki pendidikan. sikap suami yang selalu merendahkan membuat sang anak juga mengikutinya.
Si istri di vonis dokter dia tidak akan bisa bertahan hidup lebih lama. Waktunya hanya enam bulan saja. sang istri ini sekuat tenaga belajar karena ingin masuk kampus di universitas yang sama dengan anaknya.
Dan itu merupakan impiannya dari dulu untuk bisa kuliah. Hanya terhalang harus merawat anak dan suami ia akhirnya mengalah meski harus di hina oleh suaminya.
Sang suami sudah mengajukan perceraian untuk istrinya tersebut. Tapi sang istri mempertahankan sampai ia bisa kuliah. Sikap anaknya semakin marah setelah mengetahui ibunya berkuliah di universitas yang sama.
Dan akhirnya ibunya dinyatakan lulus dan bisa masuk kuliah. Hanya saja usianya tidak bertahan lama. Dan akhirnya semua keluarga tahu. Suami dan anaknya merasa bersalah terhadap ibunya.
Atas sikap dan perlakuannya. Namun, si ibu berhati malaikat ia memaafkan semua kesalahan suami dan anaknya. Dan berpesan untuk menjaga perasaan seorang wanita terlebih dia itu istri kamu nantinya.
Aku masih tinggal bersama dengan ibu mertuaku. Dia sangat membedakan aku dengan putri bungsunya. Padahal kai sama-sama sedang hamil besar.
Adik suamiku itu masih tinggal bersama mertuaku dan kami sudah sama-sama menikah. Makan kadang selalu di beda-bedain dan mereka tak menawariku makan padahal makanan banyak.
Aku hanya bisa menunggu suamiku pulang bekerja. Agar aku bisa makan sesuatu yang ingin aku makan. Tapi, ibu mertuaku selalu bilang manja apalah, dan membanding-bandingkan dengan adik suamiku.
Ibu bilang aku juga pemalas cuma rebahan aja di kamar. Aku selalu nangis jika melihat tingkah ibu mertua yang selalu menggores hati. Aku bertahan karena gaji suamiku belum cukup untuk mengontrak.
Dan suatu ketika ibu mertua kepergok sedang mengata-ngataiku secara kasar. Padahal aku sudah letih mengerjakan ini itu yang ia suruh. Dan dari situlah suamiku percaya dengan aduanku.
Akhirnya aku mengontrak meski kontrakan satu petak kamar yang kecil. Namun, aku bahagia menjalaninya. Terima kasih suamiku yang telah mengerti keadaanku dan mau membelaku.
Dan menjelang lahiran aku minta suamiku untuk mendatangkan ibu ku saja yang merawatku. Dan ibu mertua malah bilang yang lain-lain dan menjelekan keadaanku.
Suami bilang jangan ambil hati. Kita tak usah fokus ke sana. Kita wujudkan saja keinginan yang belum kita capai. Dan alhamdulillah akhirnya kami memiliki rumah sendiri.
Dari gajiku sebagai konten kreator di sebuah aplikasi di Hp. Dari situlah mertuaku mulai bersikap beda dan berubah terhadapku. ya, semakin baik.
Hanya seorang Blogger enthusiasm dan penikmat kopi saja. Suka berbagi pengetahuan kecil & bercita-cita jadi pengusaha media.