Bagi kita warga negara Indonesia pastinya susah tidak asing lagi dengan nama Pangeran Diponegoro. Dengan nama aslinya Raden Mas Ontowiryo Pangeran Diponegoro terkenal sebagai pahlawan Nusantara.
Bagi kamu yang ingin tahu cerita sejarah Pangeran Diponegoro secara lengkap bisa simak artikel ini sampai selesai karena tim Mustakim Media akan menjelaskan secara lengkap mulai dari awal mulai hingga akhir hayat sang Pangeran Diponegoro, simak sampai akhir ya!
Pangeran Diponegoro merupakan simbol perlawanan Indonesia dalam melawan penjajah Belanda di Tanah Jawa. Pangeran Diponegoro merupakan Putra dari Sri Sultan Hamengku Buwono III dan RA Mangkarawai lahir dengan asli Raden Mas Ontowiryo.
Pangeran Diponegoro memimpin perang Diponegoro yang dimulai pada tahun 1825 hingga 1830. Berdasarkan catatan sejarah bahwa perang Diponegoro merupakan perang yang paling banyak memakan korban.
Perang Diponegoro ini bermula ketika Pangeran tidak sepakat adanya campur tangan Belanda dalam urusan kerajaan, hingga pada 1821 banyak petani yang menderita akibat Belanda dan beberapa negara lain seperti Prancis, hingga inggris.
Saat itum Godert Van Der Cappelen yang menjabat sebagai Gubernur Hindia Belanda mengeluarkan dekrit 6 Mei 1823 yang berbunyi tanah yang disewa orang Eropa di Tionghoa wajib dikembalikan kepada pemiliknya.
Namun, sang pemilik wajib memberikan konpensasi kepada para penyewa lahan. Dan keputusan tersebut tidak diterima oleh Pangeran Diponegoro dan memutuskan untuk melakukan perlawanan agar para peratin di Tegalrejo dapat membeli senjata dan makanan.
Tidak sampai disitu, amarah Pangeran Diponegoro memuncak dipicu setelah Patih Danureja memasang tonggak untuk membuat rel kereta api di atas makam leluhurnya atas perintah Belanda.
Dan penyerangan Belanda di Tegalrejo menjadi tanda peperangan Diponegoro dimulai, hingga pada 1827 Belanda melakukan penyerangan kepada Pangeran Diponegoro dan membuat pasukannya terjepit.
Kondisi tersebut membuat Kiai Mojo dan Pangeran Mangkubumi serta panglimanya Alibasah Sentot Prawirodirjo menyerah kepada Belanda pada 1829.
Dan ketika melihat kondisi tersebut, Pangeran Diponegoro memutuskan untuk menyerahkan diri ke pihak Belanda, dengan syarat sisa anggotanya dilepas oleh Belanda, hingga akhirnya Pangeran Diponegoro berhasil ditangkap oleh Belanda dan mendapatkan pengasingan ke Manado.
Namun setelah itu, pangeran Diponegoro dipindahkan ke Benteng Rotterdam, Makassar Sulawesi Selatan. “waktu beliau diasingkan di sini, itu tempatnya di Benteng Fott Rotterdam, beliau diasingkan bersama istri dan anak-anaknya.”
Pangeran Diponegoro diasingkan di Kota Anging Mamiri bersama istri dan anak-anaknya, hingga akhirnya wafat pada 8 Januari 1855 dan dimakamkan di kota Makasar.
Setelah beliau wafat barulah Belanda memberikan kawasan ini sebagai makam sekaligus juga tempat tinggal untuk istri dan anak-anak beliau.
Pangeran Diponegoro dimakamkan di Kompleks Jawa, tepatnya di Jalan Diponegoro Nomor 55, Kelurahan Melayu, Kecamatan Wajo Kota Makasar.
“Belanda memberikan area pemakaman untuk beliau sekaligus juga tempat tinggal istri dan anak-anaknya beliau dan akhirnya anak-anak beliau beranak pinak di sini.
Di kompleks pemakaman seluas 500 M persegi tersebut juga turut dimakamkan istri, anak-anak laskar pengikut pangeran hingga cucu Pangeran Diponegoro.
Masa perlawanan saat itu menjadi salah satu peristiwa merosotnya tatanan budaya Jawa di dalam keraton. Perlawanan yang dilakukan oleh Pangeran Diponegoro terhadap pemerintah Belanda dinilai pantas mendapatkan apresiasi yang tinggi.
Dan berikut beberapa fakta menarik dari terjadinya perang di Ponegoro, diantaranya adalah:
Penyebab perang Diponegoro adalah karena adanya campur tangan dari pihak kolonial dalam urusan campur tangan dari pihak kolonial dalam urusan kerajaan yang ada di Pulau jawa.
Karena Pangeran Diponegoro merasa tidak setuju atas keterlibatan yang cukup besar dari Pihak Belanda dan perlawanan tersebut mendapat dukungan dari masyarakat setempat.
Tak hanya itu pemicu terjadinya perang adalah penyalahgunaan penyewaan tanah oleh warga Belanda, Inggris, Prancis dan Jerman.
Van Der Cepellen mengeluarkan dekrit pada tanggal 6 Mei 1823 sebagai bagian dari Perang Diponegoro ia menyatakan bahwa semua tanah yang disewa orang Eropa dan Tionghoa wajib dikembalikan kepada pemiliknya per 31 Januari 1824.
Namun, pemilik lahan diwajibkan memberikan konpensasi kepada penyewa lahan asal Eropa. Dan pembelian senjata dan makanan oleh warga pribumi sangatlah sulit.
Selanjutnya hingga adanya perencanaan penculikan terhadap Pangeran Diponegoro kala itu. Pada tanggal 20 Juli 1825 Bupati Keraton Senior yang memimpin pasukan Jawa Belanda berencana menangkap Pangeran Diponegoro dan Mangkubumi.
Meski tempat kediamannya hampir lenyap beliau berhasil lolos karena lebih mengenal medan perlawanannya. Dan kemudian beliau pindah ke Selarong di sebuah daerah berbukit-bukit yang dijadikan markas besarnya.
Perjuangan Pangeran Diponegoro berlanjut ia menjadikan Goa sebagai tempat persembunyiannya. Goa Selarong, sebuah Goa yang terletak di Dusun Kentolan Lor. Goowasari Pajangan Bantuk sebagai markasnya.
Pangeran menempati goa sebelah barat yang disebut Goa Kakung yang juga menjadi tempat pertapaannya. Sementara Raden Ayu Retnaningsih atau selirnya menempati Goa Putri di Sebelah Timur.
Istrinya telah wafat terlebih dahulu sebelum perang terjadi dan Raden Ayu Renaningsih adalah yang menemani hidupnya.
Penyerangan diTegalrejo merupakan cikal bakal perang Diponegoro yang nantinya akan berlangsung selama 5 tahun lamanya tanpa henti. Perang Diponegoro diketahui telah menelan korban sebanyak 200.000 jiwa penduduk Jawa.
Sementara korban tewas di pihak lawan berjumlah 8.000 tentara Belanda dan 7000 prajurit pribumi. Akhir dari perang ini penguasaan belanda atas Pulau Jawa.
Kolonial Belanda berhasil memenangkan perang Diponegoro karena taktik perang yang mereka gunakan.
Perang Diponegoro merupakan perang terbuka dengan menarahkan semua jenis pasukan mulai dari pasukan infanteri, kavaleri dan artileri yang menjadi senjata andalan dalam perang yang dilakukan Belanda.
Setelah perang Diponegoro seluruh raja dan bupati di Jawa tunduk kepada Belanda, kecuali bupati Ponogoro Warok Brotodiningrat III. Beliau justri ingin menyerang seluruh kantor Belanda yang berada d i kota-kota keredsidenan Madiun.
Termasuk perkantoran kolonial di Jawa Tengah seperti Wonogiri dan Karanganyar yang banyak dihuni oleh Warok.
Pangeran Diponegoro dianggap oleh masyarakat Jawa sebagai sosok yang memimpin mereka, tidak hanya bagi kalangan petani, tapi juga kaum bangsawan. Hal ini dikarenakan Pangeran Diponegoro tidak hanya memperjuangkan hak rakyat miskin tapi juga memperjuangkan adat istiadat Jawa.
Perjuangan dalam perang Diponegoro berhasil menumbuhkan semangat persatuan dan nasionalisme dalam diri masyarakat Jawa, jadi tidak heran sosok Pangeran Diponegoro berhasil membuat para penduduk Indonesia menghargai pengorbanan yang dilakukannya saat itu.
Demikian penjelasan mengenai cerita sejarah Pangeran Diponegoro dari awal mula terjadinya perang hingga beliau meninggal dunia semoga artikel ini bermanfaat ya!
Hanya seorang Blogger enthusiasm dan penikmat kopi saja. Suka berbagi pengetahuan kecil & bercita-cita jadi pengusaha media.