Ciri Ciri Kebahasaan Teks Anekdot Beserta Contohnya

Ciri Ciri Kebahasaan Teks Anekdot Beserta Contohnya

Teks anekdot adalah salah satu bentuk teks yang sering digunakan untuk menghibur atau memberikan kritikan dengan cara yang ringan dan menggelitik. Teks ini biasanya mengandung humor, sindiran, atau refleksi terhadap kejadian sehari-hari.

1 Promo 3

Untuk memahami lebih dalam tentang teks anekdot, kita perlu mengetahui ciri-ciri kebahasaan yang ada di dalamnya. Di artikel ini sudah saya tuliskan ciri ciri kebahasaan teks anekdot lengkap dengan contoh kalimatnya.

Pengertian Teks Anekdot

Teks anekdot adalah sebuah teks yang menceritakan pengalaman atau kejadian yang dialami oleh seseorang atau sekelompok orang.

Teks anekdot biasanya berisi cerita yang lucu, menghibur, atau menginspirasi, dan sering kali digunakan untuk menghibur, mengajar, atau menginspirasi pembaca.

Ciri Ciri Kebahasaan Teks Anekdot

Ciri-ciri kebahasaan teks anekdot adalah sebagai berikut:

  • Menggunakan kata kerja lampau
  • Menggunakan kata keterangan (adverb) bentuk lampau
  • Menggunakan gaya bahasa metafora atau kiasan
  • Menggunakan kata penghubung dan tanda baca yang sesuai kaidah
  • Bersifat naratif atau diceritakan secara runtut
  • Menggunakan kata sifat, kata benda, dan kata majemuk
  • Terkadang dilengkapi dengan pertanyaan retorik
  • Umumnya menggunakan bahasa informal atau bahasa sehari-hari
  • Dapat memadukan antara fakta dan kejadian atau sekadar menceritakan kejadian unik

Selain itu, teks anekdot juga menggunakan kata yang menduduki fungsi keterangan waktu yang menunjukkan cerita masa lalu atau lampau, kata seru untuk menunjukkan ekspresi, dan ungkapan bahasa (kata, frasa, kalimat) yang maknanya dianggap lucu dan menyebabkan orang tersenyum atau tertawa.

1 Promo 3

Contoh Kaidah Kebahasaan Teks Anekdot

Berikut adalah contoh kaidah kebahasaan teks anekdot:

  1. Menggunakan kata kerja lampau:

Contoh: “Kemarin, saya pergi ke pasar dan bertemu dengan teman lama.”

Dalam contoh di atas, kata kerja “pergi” dan “bertemu” menggunakan bentuk lampau.

  1. Menggunakan kata keterangan (adverb) bentuk lampau:

Contoh: “Dulu, saya selalu berjalan kaki ke sekolah.”

1 Promo 3

Dalam contoh di atas, kata keterangan “dulu” menunjukkan waktu lampau.

  1. Menggunakan gaya bahasa metafora atau kiasan:

Contoh: “Dia adalah seekor harimau di lapangan sepak bola.”

Dalam contoh di atas, kata “harimau” digunakan sebagai metafora untuk menggambarkan seseorang yang sangat kuat dan tangguh.

  1. Menggunakan kata penghubung dan tanda baca yang sesuai kaidah:

Contoh: “Saya pergi ke pasar, kemudian saya bertemu dengan teman lama. Kami berbicara tentang masa lalu.”

1 Promo 3

Dalam contoh di atas, kata penghubung “kemudian” digunakan untuk menghubungkan dua kalimat, dan tanda baca titik (.) digunakan untuk memisahkan kalimat.

  1. Bersifat naratif atau diceritakan secara runtut:

Contoh: “Saya lahir di Jakarta, kemudian saya pindah ke Bandung. Saya bersekolah di sana selama 3 tahun.”

Dalam contoh di atas, cerita diceritakan secara runtut dan menggunakan kata penghubung untuk menghubungkan antara satu kejadian dengan kejadian lainnya.

  1. Menggunakan kata sifat, kata benda, dan kata majemuk:

Contoh: “Saya memiliki seekor anjing yang sangat lucu dan pintar.”

1 Promo 3

Dalam contoh di atas, kata sifat “lucu” dan “pintar” digunakan untuk menggambarkan kata benda “anjing”.

  1. Terkadang dilengkapi dengan pertanyaan retorik:

Contoh: “Siapa yang tidak suka makan es krim? Saya sendiri sangat suka makan es krim.”

Dalam contoh di atas, pertanyaan retorik “Siapa yang tidak suka makan es krim?” digunakan untuk memulai cerita.

  1. Umumnya menggunakan bahasa informal atau bahasa sehari-hari:

Contoh: “Gue pergi ke pasar tadi pagi dan beli beberapa barang.”

1 Promo 3

Dalam contoh di atas, bahasa informal “gue” digunakan sebagai kata ganti orang pertama tunggal.

  1. Dapat memadukan antara fakta dan kejadian atau sekadar menceritakan kejadian unik:

Contoh: “Saya pernah melihat seekor gajah di kebun binatang. Gajah itu sangat besar dan memiliki telinga yang lebar.”

Dalam contoh di atas, cerita memadukan antara fakta (gajah memiliki telinga yang lebar) dengan kejadian unik (melihat gajah di kebun binatang).

Unsur Kebahasaan Teks Anekdot

Berikut adalah unsur kebahasaan teks anekdot:

1 Promo 3

1. Kata Kerja

  • Kata kerja lampau (e.g. pergi, bertemu, melihat)
  • Kata kerja yang menunjukkan peristiwa yang terjadi (e.g. terjadi, kejadian)

2. Kata Keterangan

  • Kata keterangan waktu (e.g. kemarin, dulu, tadi pagi)
  • Kata keterangan tempat (e.g. di pasar, di kebun binatang)
  • Kata keterangan cara (e.g. dengan berjalan kaki, dengan menggunakan mobil)

3. Kata Sifat

1 Promo 3
  • Kata sifat yang menggambarkan orang, tempat, atau benda (e.g. lucu, pintar, besar)

4. Kata Benda

  • Kata benda konkret (e.g. anjing, es krim, gajah)
  • Kata benda abstrak (e.g. masa lalu, kejadian)

5. Kata Majemuk

  • Kata majemuk yang terdiri dari dua kata atau lebih (e.g. kebun binatang, sepak bola)

6. Konjungsi

  • Konjungsi yang menghubungkan dua kalimat atau lebih (e.g. dan, kemudian, tetapi)

7. Interjeksi

  • Interjeksi yang menunjukkan ekspresi atau emosi (e.g. wah, astaga, oh)

8. Metafora

  • Metafora yang digunakan untuk menggambarkan seseorang atau sesuatu (e.g. dia adalah seekor harimau, hidup adalah perjalanan)

9. Personifikasi

  • Personifikasi yang digunakan untuk menggambarkan benda atau hewan (e.g. matahari tersenyum, angin berbisik)

10. Repetisi

  • Repetisi yang digunakan untuk menekankan atau mengulang suatu informasi (e.g. saya pergi ke pasar, saya pergi ke pasar lagi)

11. Rhetorical Question

  • Pertanyaan retorik yang digunakan untuk memulai cerita atau menarik perhatian pembaca (e.g. siapa yang tidak suka makan es krim?)

12. Bahasa Figuratif

  • Bahasa figuratif yang digunakan untuk menggambarkan sesuatu dengan cara yang lebih menarik (e.g. hidup adalah perjalanan, cinta adalah api yang membakar)

Struktur Teks Anekdot

Berikut adalah struktur teks anekdot:

I. Orientasi

  • Mengenalkan tokoh atau setting cerita
  • Menjelaskan latar belakang cerita
  • Membuat pembaca tertarik dengan cerita

Contoh: “Saya masih ingat masa kecil saya di desa. Saya tinggal di sebuah rumah kecil di pinggir sungai.”

II. Inciting Incident

  • Menceritakan peristiwa yang memicu cerita
  • Menjelaskan apa yang terjadi pada tokoh
  • Membuat pembaca penasaran dengan cerita

Contoh: “Suatu hari, saya menemukan seekor anjing liar di sungai. Saya sangat takut, tapi saya juga sangat penasaran.”

III. Rising Action

  • Menceritakan peristiwa-peristiwa yang terjadi setelah inciting incident
  • Menjelaskan bagaimana tokoh menghadapi masalah atau tantangan
  • Membuat pembaca semakin penasaran dengan cerita

Contoh: “Saya mencoba untuk mengambil anjing itu, tapi ia sangat agresif. Saya harus berlari untuk menyelamatkan diri.”

IV. Climax

  • Menceritakan puncak cerita atau peristiwa yang paling penting
  • Menjelaskan bagaimana tokoh mengatasi masalah atau tantangan
  • Membuat pembaca merasa terkesan dengan cerita

Contoh: “Tiba-tiba, anjing itu menggigit saya. Saya sangat takut, tapi saya juga sangat marah.”

V. Falling Action

  • Menceritakan peristiwa-peristiwa yang terjadi setelah climax
  • Menjelaskan bagaimana tokoh menghadapi konsekuensi dari peristiwa
  • Membuat pembaca merasa lega dengan cerita

Contoh: “Saya dibawa ke rumah sakit dan diobati. Saya sangat bersyukur bahwa saya tidak terlalu parah.”

VI. Resolution

  • Menceritakan bagaimana cerita berakhir
  • Menjelaskan bagaimana tokoh belajar dari pengalaman
  • Membuat pembaca merasa puas dengan cerita

Contoh: “Sejak itu, saya menjadi lebih berhati-hati saat bermain di sungai. Saya juga belajar untuk tidak takut menghadapi masalah.”

VII. Koda

  • Menceritakan kesan atau pelajaran yang didapat dari cerita
  • Menjelaskan bagaimana cerita mempengaruhi tokoh atau pembaca
  • Membuat pembaca merasa terkesan dengan cerita

Contoh: “Saya sangat bersyukur bahwa saya memiliki pengalaman itu. Saya belajar bahwa hidup adalah perjalanan yang penuh dengan tantangan dan kesempatan.”

Tujuan Teks Anekdot

Berikut adalah tujuan teks anekdot:

1. Menghibur

  • Menceritakan pengalaman atau kejadian yang lucu atau menghibur
  • Membuat pembaca merasa senang atau terhibur

2. Mengajar

  • Menceritakan pengalaman atau kejadian yang mengandung pelajaran atau hikmah
  • Membuat pembaca belajar dari pengalaman atau kejadian tersebut

3. Menginspirasi

  • Menceritakan pengalaman atau kejadian yang menginspirasi atau memotivasi
  • Membuat pembaca merasa termotivasi atau terinspirasi

4. Menghibur dan Menginspirasi

  • Menceritakan pengalaman atau kejadian yang menghibur dan menginspirasi
  • Membuat pembaca merasa senang dan termotivasi

5. Menceritakan Pengalaman Pribadi

  • Menceritakan pengalaman pribadi yang unik atau menarik
  • Membuat pembaca merasa dekat dengan penulis atau tokoh cerita

6. Menggambarkan Karakter

  • Menceritakan pengalaman atau kejadian yang menggambarkan karakter tokoh
  • Membuat pembaca memahami karakter tokoh lebih baik

7. Menggambarkan Budaya atau Tradisi

  • Menceritakan pengalaman atau kejadian yang menggambarkan budaya atau tradisi tertentu
  • Membuat pembaca memahami budaya atau tradisi tersebut lebih baik

8. Menggambarkan Peristiwa Sejarah

  • Menceritakan pengalaman atau kejadian yang menggambarkan peristiwa sejarah
  • Membuat pembaca memahami peristiwa sejarah tersebut lebih baik

9. Menggambarkan Emosi

  • Menceritakan pengalaman atau kejadian yang menggambarkan emosi tertentu
  • Membuat pembaca merasa empati atau memahami emosi tersebut lebih baik

10. Menggambarkan Pengalaman Hidup

  • Menceritakan pengalaman atau kejadian yang menggambarkan pengalaman hidup
  • Membuat pembaca memahami pengalaman hidup tersebut lebih baik

Hanya seorang Blogger enthusiasm dan penikmat kopi saja. Suka berbagi pengetahuan kecil & bercita-cita jadi pengusaha media.

You might also like

Portal Informasi Buku, Novel, Cerita dan Soal-Soal Pelajaran

Menu