Suka dengan cerita tentang pahlawan? Ini adalah kumpulan contoh cerpen pahlawan nasional hingga pahlawan keluarga dengan latar cerita yang menarik dan bikin kita nostalgia dengan cerita jaman dulu.
Selain itu, masih ada banyak cerita-cerita menarik lainnya yang bisa kamu baca. Yuk baca ceritanya di bawah ini nih.
Berikut ini merupakan kumpulan cerpen dengan tema pahlawan, diantaranya adalah:
“PANGERAN DIPONEGORO”
Raden Mas Ontowirryo merupakan putra sulung dari Sultan Hamengkubuwono III. Dan dikisahkan bahwa Raden Mas Ontowiryo merupakan seorang pemimpin yang linuwih kehidupan jasmani dan rohaninya.
Dengan kecerdasannya Ontowiryo menjadikan dirinya sebagai anak yang mempelajari banyak hal. Mulai dari agama, sastra, menunggang kuda dan olah kanuragan.
Semakin dewasa ia menjadi pemimpin yang berwibawa dan sangat bijaksana. Para pimpinan Belanda yang pada waktu itu berada di Indonesia melakukan serangan terhadap Indonesia karena tidak membayar pajak.
Dan Pangeran Diponegoro melakukan perlawanan terhadap Belanda. Perang Diponegoro merupakan perang dengan korban terbanyak dalam sejarah Indonesia. Namun pada tahun 1830. Belanda melakukan siasat licik.
Yaitu dengan pura-pura mengajak Pangeran Diponegoro berunding di Magelang. Namun, dalam perundingan tersebut ia di tangkap dan di buang ke Manado. Lalu pindah ke Ujung Pandang dan meninggal di sana pada tahun 1985.
Atas perjuangannya melawan penjajah, ia dianugerahi sebagai pahlawan nasional. Serta mendapatkan rangkaian kehormatan seperti didirikan Museum Monumen Pangeran Diponegoro dan namanya di jadikan sebagai nama stadion, jalan bahkan universitas.
“AYAHKU PAHLAWANKU”
Aku bernama Musa dan kini berusia 9 tahun. Ayahku bernama Ahmad dan Ibuku bernama Atikah. Kami mengontrak di sebuah kontrakan kecil di Jakarta. Ayahku seorang Driver Ojol.
Hari ini tanggal 17 agustus 2022. Tadi siang di kampung ini melakukan berbagai banyak perlombaan untuk memeriahkan kemerdekaan. Dan akupun ikut lomba makan kerupuk.
Sekarang sudah hampir pukul 21.00 WIB. Dan ayahku belum plang juga. Padahal dari jam 3 sore tadi di luar hujan sangat lebat. Aku sangat khawatir dan mencoba menanyakan kepada ibuku kenapa ayah belum pulang.
“Iya, nak ibu juga khawatir ayah tidak biasanya pulang terlambat. Mana hujan deras lagi.”
Lalu kami saling mendekat karena kaget ada suara petir menggelegar. Dan diiringi suara motor ayah.
“Horeeee, ayah pulang teriakku.”
Dan ku buka pintu melihat ayah basah kuyup karena jasnya sudah banyak tambalan jadi bocor dimana-mana.
“kenapa ayah pulang tela?” aku coba bertanya
“Iya, ayah tadi ada orderan dulu sayang biar ayah bisa beli beras untuk besok.”
Aku sudah bahagia melihat ia masih bisa pulang meski kadang tak membawa apa-apa. Karena ia berkorban banyak untukku selama ini. Hingga hujan pun ia terpa demi beberapa lembar uang agar bisa untuk kami makan. Kau Ayahku kau lah pahlawanku.
“PAHLAWAN MASA KINI”
Budi sedang duduk sendiri di kamarnya sambil melihat dan berpikir tugas sekolah yang di berikan bu Siti tentang sosok pahlawan masa kini.
“kira-kira siapa ya? Sosok pahlawan masa kini itu?” gumam Budi “Tanya Ayah saja … Akh” sambil berjalan keluar.
Di ruang tengah Budi menghampiri ayahnya yang sedang menonton berita tentang evakuasi korban dan pencarian badan pesawat Lion Air JT170 yang jatuh di Semenanjung Karawang, Jawa Barat oleh tim SAR.
Karena rasa ingin tahu akhirnya Budi pun menyaksikan berita tersebut hingga selesai.
“Ada apa Budi? Tanya Ayah yang melihat Adi tampak serius menonton Tv. “Tim SAR hebat ya, Yah? Jawab Budi.
“Iya, tim SAR telah berjuang keras, gigih mencari dan mengevakuasi para korban di tengah laut dan juga serpihan-serpihan pesawat. Mereka bekerja tanpa pamrih demi kepentingan orang banyak.”
Lalu Budi terbesit ide unntuk mengerjakan tugasnya dengan tontonan tv tadi ia menemukan jawabannya.
Keesokan harinya di sekolah, ketika jam mata pelajaran sejarah tiba.
“Budi” panggil Bu guru Siti. Lalu Budi pun berjalan ke depan kelas dan membacakan hasil tugasnya.
“Dahulu, sosok pahlawan itu adalah mereka yang berjuang melawan para penjajah. Namun sosok pahlwan masa kini adalah mereka yang mengutamakan kepentingan orang banyak di bandingkan dengan kepentingan dirinya sendiri.”
“contohnya Tim SAR dari Basarnas mereka bekerja keras siang dan malam untuk mencari dan mengevakuasi korban. Tanpa kenal lelah bahkan ada yang gugur saat bertugas menjalankan tugasnya.”
Bu guru Siti dan seluruh murid kelas lima pun bertepuk tangan.
Sepulang dari sekolah Budi bercerita bahwa ia memiliki nilai tertinggi dari tugasnya dan mengabarkan kepada ayahnya dan ayahnya sangat bangga terhadap Budi.
“KISAH CUT NYAK DIEN”
Cut Nyak Dien adalah Pahlawan Nasional Indonesia yang lahir pada tahun 1848 di kerajaan Aceh. Ia terlahir dari garis keluarga bangsawan yang mengutamakan pentingnya pendidikan agama untuk keluarganya.
Cut Nyak Dien terlahir dari orang tua bernama Teuku Santa Setia dan Putri Uleebalang Lampagar. Ia di karuniai seorang putra dari hasil pernikahannya dengan Ibrahim Lamnaga.
Lalu ia memiliki putra kedua dengan pernikahan keduanya bersama Teuku Umar bernama Cut Gambang.
Cut Nyak Dien memukul mundur para penjajah Belanda bukan tanpa halangan. Cut Nyak Dien dan Teuku Umar di ketahui melancarkan taktik Hed Veraad.
Taktik Hed Veraad ini memaksa pasangan suami istri tersebut pura-pura bergabung dengan penjajah Belanda. Kemudian setelah mengetahui rencana Belanda Cut Nyak Dien melancarkan aksinya untuk merebut kekuasaan dari tangan penjajah.
Namun, Teuku Umar gagal pada saat menyerang pasukan Belanda dan kalah. Tonggak perjuangan melawan penjajah kemudian dilanjutkan oleh Cut Nyak Dien yang kala itu berusia masih sangat muda.
Namun, sayangnya Belanda mampu menangkapnya di Beutong Le Sageu.
Namun, perjuangan Cut Nyak Dien untuk Indonesia telah tercatat sebagai pahlawan nasional. Dan ia merupakan salah satu nama pahlawan yang terkenal di Indonesia.
“GURU HONORER”
Pak Sutejo merupakan seorang guru honorer yang telah mengabdikan dirinya di dunia pendidikan selama 18 tahun. Setiap hari ia akan berangkat ke sekolah dengan menggunakan motor bebeknya yang sudah lapuk dan sering mogok.
Ibu Sulastri istrinya yang ramah selalu memberikan Pak Sutejo uang Rp. 10.000 untuk bekal ia pergi ke Sekolah. Bu Sulastri yang penjual pecel lele di depan rumahnya itu ikhlas terus menemani suami yang hanya honorer tersebut.
Pak Sutejo yang kini sudah berusia 48 tahun pun sudah mulai menua. Tapi semangatnya untuk menebar ilmu tidak pernah surut. Perjuangannya selama ini berharap ada pengakatan dari pemerintah mengenai nasibnya.
Suatu ketika Pak Sutejo berangkat Sekolah seperti biasa namun di tengah jalan ia melihat ada seorang perempuan yang sedang menggendong anaknya di usir dari angkot. Sang sopir bilang
”Kalau gak punya duit ngapain naik angkot?” nyusahin aja dengkusnya.
Pak Sutejo yang merasa iba pun bertanya kepada ibu muda itu. Dan ternyata ibu tersebut habis kecopetan dompetnya raib. Dan ia bingung mau pulang karena masih jauh.
Pak Sutejo menggenggam uang sepuluh ribu di saku celananya dan tanpa pikir panjang ia memberikan kepada wanita tersebut. “Maaf, bu saya tidak bisa antar karena harus ke sekolah tapi saya ada uang sedikit mungkin bisa buat ibu naik angkot pulang.”
Dan ibu tersebut sangat berterima kasih. Lalu ia melanjutkan perjalanan dan Pak Sutejo pun berangkat ke Sekolah dan mengajar. Saat pulang motornya mogok karena tidak terisi bensin. Karena uangnya telah ia berikan tadi.
Dengan terpaksa ia mendorong motornya sampai rumah. Dan satu bulan dari kejadian itu akhirnya Pak Sutejo mendapat kabar bahwa ia menerima SK PPPK. Da itu merupakan do’a yang selalu ia panjatkan setiap waktu.
Betapa bahagianya Pak Sutejo dan istri tercinta ternyata pahlawan tanpa jasa itu masih ada. Dan itu berada di sekitar kita para honorer yang masih belum di angkat.
“KISAH MARSDA ADISUJIPTO “
Marsda Agustinus Adisucipto merupakan seorang TNI yang bercita-cita ingin menjadi seorang Penerbang ulung. Namun, keinginannya ini harus tertunda karena kedatangan bala tentara jepang mauk ke Indonesia.
Terkadang cita-cita yang ingin di gapai selalu melalui serangkaian jalan yang terjal. Begitu juga kisah Marsda Agustinus Adisucipto ia yang ingin jadi penerbang ulung harus terhenti karena harus melawan kembali tentara Jepang yang datang menyerbu Indonesia.
Dan ketika peperangan telah berakhir akhirnya penantiannya membuahkan hasil setelah peristiwa proklamasi kemerdekaan.
Dirinya masuk dalam angkatan Udara RI dan menjadi penerbang Indonesia pertama yang berhasil mengudara menggunakan pesawat peninggalan Jepang yang diberi nama “cureng”.
“MENSYUKURI KEMERDEKAAN”
Hari itu, Bu Guru menjelaskan tentang kemerdekaan Indonesia. Dan Aria bertanya “Bagaimana kita bisa di jajah oleh Belanda, Bu? Lalu Bu Guru menjelaskan apa yang terjadi pada saat itu.
“zaman dahulu, kita merupakan negara yang kaya akan rempah-rempah dan Belanda hanya ingin membeli rempah-rempah kita. Namun, lama-kelamaan hasrat Belanda untuk menguasai semakin besar karena melihat peluang banyak di negara kita.”
Belanda menjajah Indonesia selama 350 tahun. Semua pahlawan melawan sampai titik darah penghabisan. Setelah itu Jepang menjajah Indonesia selama 3,5 tahun dengan kejam.
Akhirnya dengan perjuangan para pahlawan dan tekad ba
ngsa yang kuat kita bisa mengusir penjajajh dari negeri kita tercinta. Ketika presiden Soekarno memproklamasikan kemerdekaan.
Hanya kota-kota kecilnya saja yang merdeka dan setahun kemudian barulah Indonesia mendapatkan kemerdekaan seutuhnya.”
Tak terasa penjelasan Bu Guru sudah selesai dan mulai memberikan pertanyaan. “Jadi, apa yang harus kita lakukan sebagai pemuda Indonesia?”
“Bersyukur dan berterima kasih pada pahlawan yang sudah memperjuangkan negara ini, Bu.” Jawab Aria.
“Iya, benar sekali Aria kita sebagai penerus bangsa harus bersyukur dan bersemangat menjalani kehidupan dan yang paling penting jangan MALAS. Oke?”
“Oke, Bu” Jawab anak-anak serentak.
Ting Tong dan lonceng pun berbunyi menandakan pembelajaran pun berakhir. Dan mereka berhamburan keluar kelas.
Hanya seorang Blogger enthusiasm dan penikmat kopi saja. Suka berbagi pengetahuan kecil & bercita-cita jadi pengusaha media.