Kita semua kini hidup di masa serba teknologi canggih, namun pernahkah kamu penasaran dengan bagaimana kehidupan masyarakat Indonesia masa Praaksara?
Jangankan menggunakan teknologi canggih, kiranya tulisan dan aksara juga belum mereka kenal sama sekali. Nah, kini akan diulas terkait dengan bagaimana kehidupan bermasyarakat di zaman praaksara. Kupas tuntas pembahasannya dan kamu pun akan mendapatkan pengetahuan baru.
Kehidupan masyarakat Praaksara berdasarkan pada coraknya yang pertama, adalah zaman batu. Dimana pada zaman ini masyarakat akan menggunakan batu sebagai alat atau perkakasnya.
Masa batu sendiri dibagi menjadi empat zaman, apa saja?
Merupakan zaman Batu Tua, dimana pada zaman ini manusia hanya menggunakan batu dari alam saja. Digunakan sebagai kapan genggam, belati atau chopper.
Bisa disebut juga dengan Zaman Batu Madya, zaman dimana batunya sudah diproses secara sederhana. Diubah menjadi alat untuk bercocok tanam, sehingga memiliki nilai guna lebih. Memiliki gua sebagai tempat untuk masyarakat tinggal.
Istilah lainnya adalah Zaman Batu Muda atau Zaman Batu Baru, dimana zaman ini batu sudah bisa dibelah dan juga bisa diasah. Sehingga bisa menghasilkan alat seperti kapan yang sifatnya lebih tajam.
Bisa disebut dengan Zaman Batu Besar, yakni masyarakat saat itu sudah memiliki benda atau bahkan bangunan besar. Tentu terbuat dari kayu. Salah satu contohnya adalah arca, dolmen, Sarkofakus, Trilit atau bahkan Kubur Batu.
Lalu kehidupan masyarakat Indonesia masa Praaksara berdasarkan corak yang selanjutnya adalah zaman logam. Jadi masyarakat pada saat itu sudah mengenal beberapa logam, yang bahkan terbagi menjadi tiga periode.
Mulai dari Zaman Tembaga, Perunggu hingga Zaman Besi. Namun kepulauan di Indonesia hanya mengalami dua zaman saja, yakni zaman Perunggu serta Zaman Besi.
Terdapat beberapa peninggalan, seperti dengan Nekara, Kapak Corong, Arca Perunggu dan beberapa peninggalan lainnya. Sedangkan peninggalan di Zaman Besi, ada mata pedang, cangkul, bahkan hingga pisau.
Wilayah yang ditempati oleh masyarakat pada saat itu adalah wilayah yang memang banyak menyediakan bahan dan sumber makanan dengan jumlah cukup. Serta mudah didapatkan.
Wilayah tersebut memiliki banyak hewan, sehingga manusia di zaman Praaksara akan lebih mudah untuk berburu hewan. Manusia pun mengumpulkan makanan diperkirakan satu masa dengan saat zaman paleolitikum.
Pada zaman ini, mereka merasa bahwa persediaan makanan akan terus terpenuhi sepanjang tahun tanpa harus melakukan pembukaan ladang baru.
Selain melakukan aktivitas bercocok tanam, manusia di zaman Praaksara juga berhasil mengembangkan hewan ternak untuk dipelihara.
Diperkirakan, pada periode ini sama dengan zaman neolitikum. Secara geografis sangat bergantung pada iklim serta bergantung pada alam dan cuaca.
Nah, di kehidupan masyarakat Indonesia masa Praaksara ini ternyata hampir sama dengan zaman Perunggu. Di zaman ini kehidupan manusia sudah mencapai pada tinggi lebih tinggi.
Hal ini pun ditandai dengan hadirnya sekelompok orang yang sudah memiliki keahlian tertentu. Misalnya seperti bisa membuat gerabah, membuat perahu bahkan yang paling menonjol adalah membuat bahan dari logam.
Dengan munculnya masa ini, secara umum maka menjadi akhir dari masa Praaksara di Indonesia. Walaupun memang pada dasarnya dibeberapa daerah pedalaman masih ada yang berada di periode zaman batu.
Berasal dari bahasa Latin Anima, yang memiliki arti roh. Jadi sistem kepercayaan pada masa ini adalah memuja roh atau memuja nenek moyang. Bahkan memuja makhluk hasil.
Karakteristik manusia Praaksara ini adalah bertujuan untuk memohon perlindungan hingga meminta sesuatu. Seperti keselamatan, kesehatan atau lain sebagainya.
Berdasar dari kata dasar dynamic, berarti data atau dinamis dan kekuatan. Berarti masyarakat saat itu memiliki kepercayaan terhadap benda tertentu. Yang tentu dianggap memiliki kekuatan khusus, seperti memuja batu besar atau bahkan pohon.
Lalu sistem kepercayaan terakhir di masa Praaksara adalah Totemisme, dimana sistem kepercayaan yang dianut adalah menganggap bahwa hewan atau binatang bahkan tumbuhan memiliki kekuatan khusus.
Sehingga dipercaya bisa memberikan keselamatan, atau bahkan malapetaka bagi siapa saja yang mengikutinya. Namun di kepercayaan ini lebih mengeramatkan tumbuhan atau binatang. Sehingga tidak jarang mereka menghindari memakan tumbuhan atau binatang tertentu.
Dengan memahami bagaimana corak kehidupan masyarakat Indonesia masa Praaksara, ternyata kita semua pun kamu sendiri menjadi tahu. Bahwa manusia sejatinya melalui proses berpikir secara panjang dan juga berkembang.
Di samping hal tersebut, semuanya muncul atas dasar rasionalitas dari manusia itu sendiri. Berdasarkan respon fenomena yang terjadi secara alamiah.
Namun tentu masa-masa tersebut sekarang sudah dilalui dan kamu kini sudah hidup di zaman yang lebih modern. Dengan sistem kepercayaan yang lebih realistis serta lebih rasional.
Hanya seorang Blogger enthusiasm dan penikmat kopi saja. Suka berbagi pengetahuan kecil & bercita-cita jadi pengusaha media.