Bagi kamu yang ingin membaca novel tentang masa era 70 an kamu bisa coba baca novel di kaki bukit Cibalak karya Ahmad Tohari. Dan dalam kesempatan kali ini kami tim Mustakim Media akan menjelaskan secara lengkap resensi novel di kaki bukit Cibalak.
Mulai dari identitas novel, sinopsis, intrinsik, esktrinsik hingga kelebihan dan juga kekurangan novel hingga pesan moral yang terkandung di dalamnya. Yuk, simak penjelasannya sampai akhir ya!
Judul Novel | Di kaki Bukit Cibalak |
Penulis | Ahmad Tohari |
Penerbit | Gramedia Pustaka Utama |
Jumlah Halaman | 176 halaman |
Ukuran Buku | 14×20 cm |
Kategori | Fiksi |
Tahun Terbit | 2014 |
Harga Buku | Rp.45.000,- |
Novel di kaki bukit Cibalak ini merupakan sebuah karya dari Ahmad Tohari yang menceritakan tentang keadaan Desa Tanggir pada tahun 70 an dimana perubahan teknologi mempengaruhi desa tersebut.
Novel ini mulai di terbitkan pada tahun 2014 dan ini merupakan cetakan ketiga dan diterbitkan oleh PT. Gramedia Pustaka Utama dengan ketebalan mencapai 176 halaman dan bisa di baca dalam satu kali duduk saja.
Dalam resensi novel di kaki bukit Cibalak ini terdapat sinopsis novel. Dimana sinopsis novel ini akan membantu kamu untuk memahami isi novel ini secara garis besarnya saja dan berikut penjelasan lengkapnya.
Novel ini mengisahkan tentang keadaan Desa Tanggir pada tahun 70-an dimana perubahan teknologi mempengaruhi desa tersebut dan di tengah perubahan itu muncul permasalahan yang ain akibat terpilihnya lurah yang tidak jujur.
Seorang pemuda berusia 24 tahun bernama Pembudi adalah pemuda jujur yang menginginkan kesejahteraan desa. Dan nama kepala desa kali ini bernama Pak Dirga. Pembudi yang bekerja sebagai pengurus koperasi.
Dan suatu saat ada Mbok Ralem yang meminta pinjaman pada koperasi untuk berobat. Namun, di tolak Pak Dirga. Dan Pembudi yang merasa aneh akhirnya tidak sepaham dengan hati nurani Pembudi.
Pak Dirga memiliki akal yang licik dan pelit dan pria hidung belang. Dan setelah mengundurkan diri Pembudi memilih membantu Mbok Ralem berobat ke Yogyakarta. Dan sesampainya di sana ternyata Mbok Ralem mengidap penyakit kanker.
Dan ia meminta bantuan Pak Barkah yaitu ketua kantor penerbit di Yogya untuk meminta memasang dompet sumbangan untuk pengobatan kanker Mbok Ralem dan Pak Barkah menyetujuinya.
Dan setelah iklan itu muncul akhirnya banyak juga donatur yang membantu sehingga Mbok Ralem dapat menerima perawatan di rumah sakit dan bisa sembuh dan Pembudi mengajak Mbok Ralem untuk pergi ke kantor Pak Barkah untuk mengucapkan terima kasih.
Sekembalinya ke desa, Pembudi dihadapkan dengan masalah yang mengharuskan pergi dari desa dan harus meninggalkan gadis yang ai cintai yaitu Sanis. Dan ia pergi ke Jogya bersama Topo.
Dan di sana Pembudi memutuskan untuk kuliah dan bekerja di toko jam dan bertemu dengan Mulyani anak dari pemilik toko namun tak lama ia berhenti karena di terima sebagai wartawan di Kalawarta oleh Pak Barkah.
Dan ia resmi menjadi jurnalis di harian Kalawarta dan ia membuat gerakan baru serta ide-ide cemerlang dan tulisan-tulisan Pembudi sangat laris di pasaran dan tulisan-tulisan tentang pejabat di desa Tanggir telah menyebar juga.
Atasan Pak Dirga pun merasa kepanasan dan memecatnya. Lantas apa yang akan terjadi selanjutnya? kamu bisa simak langsung di novel di kaki bukit Cibalak ya.
Dalam resensi novel di kaki bukit Cibalak ini akan kami jelaskan juga unsur intrinsik novel berikut penjelasannya:
Tema yang diangkat dalam novel ini adalah tentang perjuangan Pembudi sebagai pemuda yang jujur dan cerdas melawan ketidakadilan pemerintah yang korup.
Alur yang digunakan dalam novel ini yaitu menggunakan alur campuran di mana terdapat alur maju dan alur mundur di dalam novel tersebut.
Latar waktu yang digunakan dalam novel di kaki bukit Cibalak ini menggunakan latar waktu di tahun 1970-an.
Latar tempat yang digunakan dalam novel ini adalah di Desa Tanggir, Di Cibalak, di Yogyakarta, di Rumah Sakit, di Kantor Kalawarta dan masih banyak latar tempat lainnya.
Sudut pandang yang digunakan dalam novel ini adalah menggunakan sudut pandang orang ketiga yang serba tahu.
Gaya bahasa yang digunakan dalam novel di kaki bukit Cibalak ini menggunakan gaya bahasa yang ringan dan mudah dipahami.
Tetaplah berbuat baik di mana pun kamu berada karena setiap kebaikan yang kamu lakukan akan menghadirkan kebaikan lainnya. dan jangan patah hati jika belum jodohnya karena Tuhan telah mempersiapkan jodoh terbaik untukmu.
Selain unsur intrinsik ada juga ekstrinsik dan berikut penjelasannya:
Nilai sosial yang terkandung di dalam novel ini adalah sikap Pembudi yang suka menolong orang lain tanpa pamrih.
Sikap Pak Barkah yang membantu Pembudi untuk menyebarkan meminta donasi ini adalash sikap yang baik dan wajib ditiru.
Berikut beberapa kelebihan yang dimiliki oleh novel di kaki bukit Cibalak adalah:
Selain kelebihan novel ini juga memiliki kekurangan dan berikut penjelasan lengkapnya:
Setiap kebaikan yang kamu tanam maka akan sangat bermanfaat bagi yang sedang membutuhkan jangan pernah menyerah pada keadaan dan takdir karena Tuhan sudah menyediakan takdir yang lebih baik dari yang kamu harapkan.
Demikian penjelasan mengenai resensi novel di kaki bukit Cibalak yang perlu kamu ketahui dan semoga apa yang kami jelaskan dapat bermanfaat terutama bagi kamu yang sedang mencari informasi resensi novel ini.
Hanya seorang Blogger enthusiasm dan penikmat kopi saja. Suka berbagi pengetahuan kecil & bercita-cita jadi pengusaha media.