Filosofi kopi ini merupakan sebuah karya dari Dee Lestasri yang mengisahkan tentang dua lelaki yaitu Ben dan Jody yang membangun sebuah usaha kedai kopi mulai dari nol.
Jika kamu membaca lebih lanjut mengenai buku ini. Kamu bisa baca resensi novel Filosofi kopi terlebih dahulu di artikel ini.
Akan di bahas unsur penting dalam novel mulai dari identitas, sinopsis, intrinsik hingga pesan moral yang terkandung di dalam novel tersebut. Simak yuk!
Judul Novel | Filosofi Kopi |
Penulis | Dee Lestari |
Jumlah halaman | 134 halaman |
Ukuran buku | 13×20,5 cm |
Penerbit | PT. Trudee Books dan Gagas Media |
Kategori | Fiksi |
Tahun Terbit | 2006 |
Harga novel | Rp. 65.000 |
Novel filosofi kopi ini merupakan sebuah kara best seller dari Dee Lestari novel ini mulai diterbitkan pada tahun 2006 oleh PT. Gagas Media dan Trudee Books.
Novel 134 halaman ini juga pernah diangkat menjadi sebuah film dengan judul yang sama.
Novel ini mengisahkan Ben dan Jody yang membangun sebuah usaha kedai kopi dari nol. Ben merupakan barista yang sangat antusias dengan kopi juga handal dalam meramu sebuah kopi.
Dengan kegigihannya dalam membangun kedai ia berkeliling dunia mencari koresponden dimana-mana demi mendapatkan kopi terbaik dari seluruh negeri.
Banyak pakar yang telah ia temui seperti pakar dari Roma, Paris, Amsterdam, London, New York dan Moskow.
Bahasa Inggris Ben yang pas-pasan mencoba menyelinap ke bar saji demi mengetahui takaran paling pas untuk membuat cofi latte, cappucino, ekspreso dan lain-lain.
Kopi yang dibuatnya selalu dimaknai dengan berbagai filosofi. Suatu ketika kedai mereka kedatangan seorang lelaki 30 tahunan yang berpenampilan perlente dan mengumumkan keras-keras.
“di kedai ini, ada tidak kopi yang punya arti: Kesuksesan adalah wujud kesempurnaan hidup!”
Ia menentang Ben untuk membuatkan kopi yang rasanya sempurna mungkin dan tak ada tandingannya. Dan pria ituu menawarkan imbalan sebesar 50 juta.
Ben yang ambisius tentunya menerima tawaran itu. Dan singkat cerita Ben sudah membuat kopi tersebut dan ia namai dengan “Ben’s Perfecto”.
Saat sang penantang datang ia menyesap kopi tersebut dengan di saksikan berbagai orang di sana.
Dan ia berkata “Hidup ini sempurna” dan gemuruh lah tepuk tangan. Dan pria tersebut mengeluarkan cek sebagai janji.
Dari sanalah Ben memiliki banyak pelanggan namun ada satu lelaki paruh baya yang menyebutkan kopi ini Cuma lumayan tidak seenak kopi yang ada di Jawa Tengah yaitu kopi Tiwus.
Lalu bagaimana kisah kelanjutan mereka? Yuk, simak novelnya secara langsung ya!
Dalam resensi novel filosofi kopi terdapat unsur intrinsik di dalamnya, yaitu:
Tema yang diangkat dalam novel filosofi kopi ini yaitu tentang kehidupan, bisnis dan para penikmat kopi.
Berikut beberapa tokoh yang terdapat dalam novel filosofi kopi, diantaranya adalah:
Alur yang digunakan dalam novel yaitu menggunakan alur maju atau progresif. Dimana novel diceritakan dari awal hingga akhir secara runtut dan teratur.
Latar waktu yang digunakan dalam novel yaitu pagi hari, siang hari, sore hari dan juga malam hari.
Latar tempat yang digunakan dalam novel yaitu menggunakan latar tempat di kedai filosofi kopi, gubuk Pak Seno, Jawa Tengah, kebun kecil tempat kopi Tiwus dan lain-lain.
Sudut pandang yang digunakan dalam novel filosofi kopi ini yaitu menggunakan sudut pandang orang pertama dengan pelaku si penanam saham, dan si Jody.
Gaya bahasa yang digunakan dalam novel filosofi kopi ini terdapat majas di dalamnya.
Meperti majas hiperbola, majas asosiasi, majas personifikasi dan juga majas lainnya. Tapi keseluruhan cukup dipahami dan mudah dimengerti.
Amanat dari novel ini yaitu novel ini mengajarkan kita tentang makna dari sebuah kopi menjadi bintang utama dan menjadi simbol dari banyak filosofi kehidupan.
Ben’ ferfecto melambangkan kesempurnaan. Namun kopi tiwus berlaku sebagai tamparan bagi Ben bahwa sejatinya kesempurnaan itu tidak ada.
Berikut ini merupakan unsur ekstrinsik novel yaitu:
Nilai sosial yang tergambar yaitu sikap Ben yang ramah kepada pelanggannya.
Bahwa ternyata Ben tertampar oleh tamparan tidak ada kopi yang sempurna setiap kopi memiliki kelebihan dan pencintanya masing-masing. Dan sempurna itu ternyata tidak ada.
Terakhir dari resensi novel filosofi kopi ini yaitu pesan moral yang terkandung dalam novel yaitu:
Mengajarkan kita tentang makna dari sebuah kopi menjadi bintang utama dan menjadi simbol dari banyak filosofi kehidupan. Ben’ ferfecto melambangkan kesempurnaan.
Namun kopi tiwus berlaku sebagai tamparan bagi Ben bahwa sejatinya kesempurnaan itu tidak ada.
Hanya seorang Blogger enthusiasm dan penikmat kopi saja. Suka berbagi pengetahuan kecil & bercita-cita jadi pengusaha media.