Kalian yang suka dengan kisah horor tentunya sudah tidak asing lagi dengan kisah Sewu Dino karya Simpleman ini bermula dari aplikasi twetter dan selanjutnya diangkat menjadi sebuah buku di tahun 2021.
Dalam resensi novel Sewu Dino ini kamu akan mendapatkan penjelasan mengenai identitas novel, sinopsis novel, unsur intrinsik, ekstrinsik hingga kelebihan dan juga kekurangannya dan tidak lupa pesan moral yang terdapat dalam kisahnya. Simak sampai akhir ya!
Judul Novel | Sewu Dino |
Penulis | Simpleman |
Penerbit | Bukune Kreatif Cipta |
Ukuran Buku | 20×14 cm |
Jumlah Halaman | 221 Halaman |
Kategori | Fiksi Horor |
Tahun Terbit | 2019 |
Harga Buku | Rp. 70.500,- |
Novel Sewu Dino ini diterbitkan oleh PT. Bukune Kreatif Cipta dan mulai diterbitkan pada cetakan pertama di tahun 2019. Buku dengan ketebalan 221 halaman ini cukup membuat kamu bergidik ngeri karena kisah cukup mistis dan menakutkan.
Dimana novel ini mengisahkan tanah jawa yang terinspirasi dari kisah nyata tentang santet seribu hari yang dikirim untuk menghabiskan nyawa seorang manusia. Semakin kamu ingin menemukan jalan keluar maka akan semakin tersesat.
Dalam sebuah novel tentunya kamu akan menemukan sebuah sinopsis di dalamnya dimana sinopsis ini akan menjelaskan secara garis besar mengenai isi novel dan tentunya hal ini bermanfaat sehingga kamu memahami dan tertarik untuk bisa memiliki buku ini.
Kisah Sewu Dino atau yang dalam bahasa Indonesia berarti seribu hari ini pada awalnya mengisahkan tentang sosok wanita yang bernama Sri yang memiliki keinginan untuk bekerja di luar kota.
Sri memiliki niat untuk merantau dari Semarang ke kota besar lain, supaya dia bisa mendapatkan pekerjaan yang gajinya lebih besar. Maka dari itu, Sri akhirnya mendaftarkan diri untuk menjadi Asisten Rumah Tangga (ART) di salah satu agen penyaluran jasa.
Dan tak lama setelah itu Sri akhirnya menemukan seorang perempuan yang sering di sebut Mbah Krasa dan ia kebetulan menawarkan upah yang cukup besar sekitar 5 juta rupiah per bulan.
Dan tentu saja dong Sri langsung menyanggupi pekerjaan tersebut karena gajinya cukup lumayan karena standar gaji ART biasanya hanya sekitar 700 ribu per bulan.
Hingga untuk hari pertama ia bekerja pun tiba, ia di bawa ke sebuah rumah Mbah Krasa dan ia bertemu dengan teman lainnya sesama ART bernama Erna dan Dini dan mereka malah di bawa ke rumah di tengah hutan.
Meskipun mereka pada awalnya merasa aneh tapi mereka tidak menghiraukannya sehingga mereka bertemu dengan bapak tua bernama Mbah Tamin. Mbah Tamin adalah orang yang bertanggung jawab di rumah itu.
Dan ia membukakan pintu dimana Sri harus bekerja. Dan ketika pintu itu terbuka langsung tercium bau busuk Sri hanya bisa mematung karena di depannya ada seorang perempuan yang dikurung dalam keranda mayat.
Tubuh wanita itu begitu pucat, kurus serta dipenuhi borok dan nanah. Tidak hanya itu, perutnya juga besar layaknya sedang hamil. Tak peduli Sri yang tampak ketakutan lalu Mbah Tamin melanjutkan menjelaskan bahwa wanita adalah Dela Atmojo.
Dan ia merupakan anak yang harus Sri rawat. Dan Dela dikirimi santet dan telah merenggut hampir seluruh anggota keluarga Atmojo. Mereka harus merawat mulai dari memberikannya minum sampai memandikannya.
Dan yang terpenting yang harus mereka ingat adalah mereka harus selalu mengikat tangan Dela saat sedang membersihkan badannya. Dan suatu malam Sri melakukan kesalahan ia lupa tidak mengikat tangan Dela.
Dan apa yang terjadi sungguh menyeramkan. Apa yang terjadi? Kamu bisa simak cerita lengkapnya di buku novel Sewu Dino ya!
Dalam sebuah resensi novel Sewu Dino kamu juga perlu mengetahui unsur intrinsik novel ini dan berikut penjelasan lengkapnya:
Tema yang diangkat dalam novel ini adalah tentang kisah santer seribu hari yang diterima keluara Atmojo.
Berikut beberapa tokoh dalam novel yang perlu kamu ketahui, diantaranya adalah:
Alur yang digunakan dalam novel Sewu Dino ini menggunakan alur campuran dimana terdapat alur maju dan alur mundur di dalam novel tersebut.
Latar waktu yang digunakan dalam novel ini adalah sama seperti pada novel lainnya tapi kebanyakan berlatar malam hari.
Latar tempat yang digunakan dalam novel ini adalah di mobil, di rumah Dela, di keranda mayat, dan masih banyak lagi latar tempat lainnya.
Sudut pandang yang digunakan dalam novel Sewu Dino ini yaitu menggunakan sudut pandang orang ketiga yang serba tahu.
Gaya bahasa yang digunakan dalam novel Sewu Dino ini yaitu menggunakan gaya bahasa yang sederhana dan mudah dipahami oleh semua kalangan.
Kita dapat belajar untuk tidak mudah tergiur akan tawaran-tawaran besar dan instan seperti Sri, Erna dan Dini yang tergiur akan besar nominal gaji yang ditawarkan sebab bisa jadi akan ada suatu hal yang buruk terjadi di sana.
Selain unsur intrinsik kami juga akan menjelaskan unsur ekstrinsik novel Sewu Dino dan berikut penjelasan lengkapnya:
Nilai sosial yang terkandung dalam novel adalah sikap Sri, Erni dan Dini yang bekerja sama untuk bisa menyelesaikan tugas mereka merawat Dela.
Nilai moral yang dilakukan oleh keluarga Atmojo memang tidak patut di contoh sehingga mereka dikirimi santet dan membuat keluarga mereka mati tidak bersisa.
Novel Sewu Dino ini memiliki beberapa kelebihhan dan berikut penjelasan lengkapnya:
Jangan pernah percaya dan tergiur dengan tawaran instan dan dengan kisah ini kita perlu senantiasa berhati-hati dalam berbicara dan bertingkah laku sebab kita akan mengetahui bagaimana reaksi orang lain saat menerima perkataan dan perlakukan tersebut.
Nah, itulah penjelasan singkat resensi novel Sewu Dino mulai dari identitas hingga pesan moralnya semoga bermanfaat ya!
Hanya seorang Blogger enthusiasm dan penikmat kopi saja. Suka berbagi pengetahuan kecil & bercita-cita jadi pengusaha media.