Cerita horor Simpleman seperti sewu dino, Janur Ireng, Gondo Mayat dan lainnya akan kamu temukan di artikel ini. Simpleman sendiri adalah seorang penulis horor yang cukup populer di aplikasi tweeter.
Karyanya cukup menjadi sorotan dan bahkan di jadikan sebuah film contohnya KKN Di Desa Penari. Itu bahkan mengundang puluhan ribu penonton dan sukses di pasaran. Dari situ karyanya mulai di gandrungi banyak penikmat horor.
Adapun berikut ini beberapa ulasan cerita horor karya Simpleman paling seru. Yaitu:
Cerita ini berawal dari seorang gadis desa yang ingin melamar pekerjaan sebagai pembantu rumah tangga. Gadis itu bernama Sri, Sri yang ditanyai apakah ia lahir di hari jum’at kliwon merasa terheran-heran dan mulai curiga.
Tapi hanya demi sebuah pekerjaan dan ditawari gaji yang begitu menggiurkan akhirnya Sri menerima pekerjaan tersebut meski banyak rasa penasaran yang berkecamuk dipikirannya saat ini.
Sri dan dua teman lainnya di ajak ke sebuah rumah di tengah hutan untuk bertugas. Mereka belum paham tugas apa yang tengah menanti mereka di sana. Karena pak sopir tidak memberitahunya meski mereka bertanya.
Setiap persimpangan jalan pak sopir selalu menaburkan kekembangan dan terus melakukan hal tersebut sampai ke tempat tujuan. Setelah di tempat tujuan Sri, Dini dan Erna di sambut oleh lelaki paruh baya bernama Mbah Tamim.
Dan Mbah Tamim inilah yang menjaga rumah ini selama ini. Lalu setelah itu Mbah Tamim mengajak Sri dan teman-temannya masuk dan menanyakan apakah kalian sudah paham dengan tugas pekerjaannya.
Di dalam satu kamar terdapat satu ranjang ada sebuah peti mati dan keranda mayat.
Di dalamnya ada seorang gadis muda yang masih usia SMU, ia sedang memejamkan mata dan badannya penuh nanah dan juga berbau busuk dan garis lebam hitam.
Mata gadis terpejam, dikurung oleh bambu kuning yang dibentuk menyerupai keranda mayat. Sri dan yang lainnya pun kaget dengan pemandangan tersebut. Serasa sadar Mbah Tamim lalu menjelaskan.
“Aku masih ingat, anak kecil, cantik, ceria, belum punya dosa”. Mbah Tamim melanjutkan.
“Seperti baru kemarin rasanya, tapi sekarang, anak kecil itu terbaring sakit, melawan kodrat nyawanya, hanya karena santet dari manusia biadab!!”
Wajah Mbah Tamim menegang, kosakata kalimatnya seperti penuh amarah, membuat Sri dan dua teman lainnya bergidik ngeri.
“Anak kecil itu Dela, dia yang di kamar”
“SANTET?” ucap Sri dan yang lain bersamaan wajah Sri dan yang lainnya semakin menegang.
“Iya, karena itu dia di sembunyikan, biar bisa bertahan, sampai ketemu cara memasang santetnya”.
Pada suatu hari Sugik yang merupakan supir dari keluarga Atmojo yang tiba-tiba terbangun dan membuka matanya tengah berada di sebuah keramaian. Seperti di sebuah pesta.
Suara alunan gamelan dan keramaian para tamu undangan memenuhi aula itu. Di panggng, ada seorang perempuan cantik duduk mengenakan baju khas pernikahan Jawa. Sugik bertanya-tanya pernikahan siapa ini?
Suara gong yang ditabuh dengan keras menggelegar. Rombongan mempelai peria pun datang. Tetapi sugik tidak dapat melihat wajah sang mempelai pria.
Saat rombongan itu menginjakan kaki di karpet merah, suara keramaian tiba-tiba berhenti. Suasana tiba-tiba hening.
Seseorang yang berdiri di samping Sugik tiba-tiba batuk-batuk, kemudian muntah darah. Sugik pun terkejut dan segera mundur ke belakang. Dan ketika menengok kebelakang semua orang tengah kesurupan.
Semua pemain gamelan membentukan kepalanya. Para wanita saling menjambak dan mencakar wajah.
Dan saat di tengah kekacauan ini akhirnya Sugik dapat melihat sang mempelai pria yang gagah memakai khas pakaian Jawa itu ternyata tak memiliki kepala.
Cerita ini mengisahkan dua orang pendaki yaitu Erik dan Damar. Mereka mendaki sebuah gunung perjalanan pendakian yang tidak resmi. Dan ketika sudah lama berjalan mereka tidak menemukan pos 3.
Ketika hendak ingin buang air kecil mereka berdua mendengar sayup-sayup suara gamelan. Dan mereka menuju arah gamelan tersebut. Dan saat itu sudah malam dan mereka melihat orang-orang tengah membawa keranda mayat.
Namun, Erik dan Damar merasa heran mengapa mereka tidak nampak sedih atas pemakaman tersebut. Dan kenapa pemakaman dilakukan malam-malam dan di sebuah gunung.
Selama mereka merasa keheranan ada seorang nenek-nenek yang mengagetkan mereka. Nenek itu bilang mereka telah tersesat ke sebuah Desa Gondo Mayit. Dan orang yang telah tersesat di Desa Gondo Mayit tidak akan bisa kembali lagi.
Dan kisah ini menceritakan bagaimana mereka bertahan hidup dan keluar dari desa gaib tersebut. Banyak rintangan yang harus mereka hadapi di Desa Gondo Mayit.
Kisah Simpleman yang berjuduk Rumah Angker Temanku ini menceritakan kisah horornya penulis. Dimana waktu dia kelas 3 SMP mengunjungi temannya Yudha dan mereka di ajak menginap oleh Yudha di rumah kakak neneknya dulu.
Mereka hanya sekedar main PS dan juga makan-makan disanan. Rumah itu sama halnya seperti rumah pada umumnya yang sederhana dan memiliki tetangga samping kanan kirinya.
Pada awal mulanya penulis tidak merasakan keanehan. Namun, saat mereka sedang asyik maen PS tiba-tiba TV yang mereka gunakan padam dengan sendirinya.
Padahal lampu di kamar masih menyala dan hal tersebut sontak membuat mereka kabur ke luar rumah.
Mereka berjumlah 6 orang. Dan saat sudah sore mereka mulai mandi. Dan kamar mandi di rumah tersebut. Ternyata masih tanah dan berdinding bambu. Dan yang aneh di dapur tersebut ada sebuah ranjang.
Dan sang penulis, kebagian mandi paling terakhir. Kamar mandi tersebut masih menggunakan sumur. Dan setelah selesai sang penulis melewati ranjang tersebut ada seorang nenek sedang berbaring dan menatapnya dengan tersenyum.
Sang penulis pun menceritakan ini kepada yang punya rumah. “Yud, kamu kok gak bilang ada nenek kamu di rumah ini?” “Nenek dan kakekku sudah meninggal bertahun-tahun yang lalu” fix tadi bukan orang.
Cerita horor Simpleman selanjutnya yaitu berjudul Lemah Layat. Di kisahkan dalam cerita tersebut dua lelaki bernama Agus dan Ruslan. Mereka telah lama menjadi pengangguran.
Dan kebetulan ada yang menawari mereka pekerjaan di sebuah proyek bendungan. Hanya saja mereka tidak tinggal bersama pekerja lainnya mereka di pisahkan di sebuah gubuk.
Meski perasaan tidak enak tentang pekerjaan ini namun ia merasa aman jika bersama Agus.
Ketika hendak memasuki gubuk mereka di sambut wanita yang lebih tua dari usia mereka dan mempersilahkan masuk dan menghidangkan makanan.
Dan Agus yang memiliki sesuatu ia bisa merasakan tanah itu Lemah Layat. Artinya lemah adalah tanah, layat adalah tempat tumbal. Bukan gubuknya yang salah tapi tanah di bawah gubuk ini. Yaitu tanah tempat tumbal.
Hanya seorang Blogger enthusiasm dan penikmat kopi saja. Suka berbagi pengetahuan kecil & bercita-cita jadi pengusaha media.