Cerpen kasur tanah ini menceritakan sebuah kebudayaan sortana atau kasur tanah yaitu sebuah peninggalan dari yang sudah meninggal dan biasanya sortana tersebut diberikan kepada guru ngaji atau kiai sebagai sedekah dan amal jariah bagi yang sudah meninggal.
Namun dalam cerpen ini mengupas kisah tentang sebuah kebudayaan di bumbui dengan kisah cinta yang cukup mengagetkan di endingnya yang benar-benar tidak terduga.
Berikut adalah identitas lengkap tentang cerpen kasur tanah:
Judul Cerpen | Kasur Tanah |
Penulis | Muna Masyari dan Faisal Oddang |
Penerbit | Kompas |
Kategori | Cerpen |
Tahun Terbit | 2017 |
Apa kau tidak merasa bahwa embu sengaja menjadikanmu sebagai sortana, menggantikan perabot yang semula ia tata rapi dalam kotak lemari paling atas, dan setiap senja dilapnya seolah takut ada debu yang hinggap?
Perabot sortana yang berupa satu gelas, cangkit (lengkap dengan tatakannya), piring, baki ukuran kecil dan mangkok itu dipesan khusus oleh embu, dan baru datang dua bulan lalu.
Entah pada siapa embu memesannya. Yang mengantarkan adalah seorang pemuda tanggung yang tidak pernah kau kenal dan sepertinya embu pun demikian. Barangkali ia sekadar orang suruhan.
Semua perabot sortana itu terbuat dari keramik perak bergambar wajah embu pada tepi piring, pada tengah-tengah tatakan cangkir dan baki, pada dinding luar cangkir, gelas dan mangkok.
Gambar itu di ambil dari foto embu saat masih berusia muda sekitar 30 tahun. Sangat cantik, meskipun kepalanya ditudungi selembar kerudung panjang berenda emas, gelung berhias roncean kembang melati di belakang telinga masih sedikit terlihat.
Pada hari pernikahan sekaligus kematian ini, barangkali kau tidak merasa bahwa embu sengaja menjadikan dirimu sebagai pengganti perabot sortana yang pernah di perlakukan istimewa itu.
Itu merupakan sekelumit declaimer dari cerpen kasur tanah.
Kasur tanah ini menceritakan tentang kisah seorang wanita bernama embu dan anak perempuannya.
Percakapan mereka yang di awali dengan pertanyaan tentang sortana.
“Kegunaan sortana sebenarnya untuk apa bu”.
Sortana ternyata merupakan sebuah perabotan yang dihantarkan pada guru ngaji atau kiai pada saat seorang meninggal dunia.
Sortana juga bernilai sedekah jariah, juga agar yang meninggal mudah diingat”
Dari percakapan ibu dan anak itu tentang sortana. Embu yang sedang sakit-sakitan tersebut sudah menyediakan sortananya sendiri dengan foto embu yang masih muda.
Sudah empat kali embu di bawa ke mantri namun masih saj batuknya tidak sembuh-sembuh dan pernah mengalami batuk darah.
Embu yang selalu mengelap sortana tersebut setiap senja itupun berkata “jika aku meninggal, haturkan perabot-perabot ini ke guru ngajimu” lirih embu.
Sebelum aku mati aku ingin melihat mu menikah kata embu. Dulu embu merupakan seorang kembang desa yang menjadi dambaan setiap pria. Namun perjodohan ketika bayi membuat embu membuang jauh-jauh perasaan cintanya.
Dia dijodohkan dengan seorang kakek kakek yang memiliki istri 3 dan sudah sepuh. Namun karena perjodohan tersebut mebu harus ikhlas.
Cinta rumit masa lalu nya membuat embu menjadi sosok wanita yang tegar dan selalu bersikap tenang. Kau masih muda pilihlah lelaki yang usianya lebih tua sedikit darimu.
Jangan sepertiku. Kata embu jika seandainya jodoh yang ditentukan tuhan untuku seusia embu apa kita akan menggugat-Nya?
“Embu bertanya apa ia seorang duda? Apa ia serius?”
“Beliau memintaku menanyakannya terlebih dahulu kepada embu.apakah merestui atau tidak?”
Embu terdiam sejenak “siapa dia?”
“Beliau guru ngajiku keh sakdulla”
Cangkir ditangan ibu terjatuh terbelalak sebentar dan penuh kejut wajah embu mendadak beku.
Sejak kejadian itu tiada lagi sortana yang selalu di jaga embu semuanya telah hancur dan embupun telah meninggalkan dunia ini. Ada sebuah rahasia di balik rasa kaget dan hanncurnya sortana tersebut.
Baca juga: 4 Cerpen Malam Pernikahan Romantis
Seperti cerpen-cerpen lainnya bahwa cerpen sortana ini pun memiliki kelebihan dan juga kekurangan yaitu di antarnya sebagai berikut:
Kelebihan dari cerpen sortana karya Muna Musyari ini adalah sebagai berikut:
Kekurangan dari cerpen kasur tanah ini yaitu sebagai berikut yaitu penggunaan sudut pandang aku yang bukan merupakan pelaku utama bagi pemula.
Hal ini terasa asing dan kadang kurang paham dalam penyebutan aku dan kamu harus dibaca beberapa kali baru kita paham dengan tokohnya.
Dibanding dengan kelebihan-kelebihannya kekurangan ini tidaklah seberapa secara keseluruhan cerpen ini cukup bagus untuk bacaan baik remaja atau dewasa.
Berikut adalah unsur intrinsik cerpen kasur tanah:
Tema pada cerpen ini yaitu ibu yang menjadikan anaknya sebagai sortana di kematiannya sendiri.
Tokoh pada cerpen ini yaitu tokoh aku sebagai pencerita atau narator, kau sebagai anaknya si embu dan juga embu merupakan seorang yang taat terhadap orang tua menikahi lelaki paruh baya yang tidak ia cintai.
Dan meninggalkan sang pujaan hati demi menuruti perjodohan bayi orang tuanya tersebut.
Alur yang digunakan adalah alur campuran yaitu alur maju dan alur mundur.
Latar tempat dalam cerpen ini adalah di rumah dan kamar embu serta pemakaman.
Latar waktu yang digunakan dalam cerpen ini adalah senja dan pagi hari.
Sudut pandang yang digunakan dalam cerpen kasur tanah ini adalah sudut pandang orang pertama namun bukan sebagai pelaku utama.
Amanat yang disampaikan dalam cerpen tanah kasur tanah merupakan mengajarkan kita tentang ketaatan seorang anak terhadap kedua orang tuanya yaitu dengan menerima perjodohan meski dirinya harus merasakan sakit yang berkepanjangan.
Selain itu amanat yang disampaikan dalam cerpen tersebut mengangkat tentang kesetiaan seorang istri terhadap suaminya meski suaminya telah tiada ia tidak berniat menikah lagi meski ia merupakan seorang wanita yang cantik.
Baca juga: Cerpen Percintaan Remaja Paling Seru & Paling Keren
Unsur Ekstrinsik dari cerpen kasur tanah adala sebagai berikut:
Nilai moral dalam cerpen ini yaitu sikap embu yang menaati kedua orang tuanya untuk menikah dengan seorang lelaki paruh baya yang memiliki tiga orang istri karena hutang budi.
Padahal embu memiliki pilihan lain namun dia embu lebih memilih perintah orang tuanya meski harus menanggung sakit selamanya.
Dalam cerita di kisahkan adanya pendidikan agama atau guru ngaji menandakan cerpen tersebut sang tokoh memiliki agama islam.
Nilai budaya yang diangkat dari kehidupan nyata di daerah madura yaitu sortana atau kasur tanah yaitu sebuah peninggalan dari yang telah meninggal dan biasanya diberikan kepada guru ngaji atau kiai sebagai sedekah atau hadiah.
Budaya menjodohkan bayi masih melekat pada daerah tersebut dan itu merupakan hal yang sebetulnya pada zaman modern seperti ini sudah harus dihilangkan.
Banyak tetangga yang berduyun-duyun melayat dan membantu pemakaman embu menandakan nilai sosial yang terjadi di kampung tersebut terjalin cukup baik.
Hanya seorang Blogger enthusiasm dan penikmat kopi saja. Suka berbagi pengetahuan kecil & bercita-cita jadi pengusaha media.