Cerita horor pendaki gunung bukan hanya di alami satu atau dua orang saja. Namun, sering bahkan jika dari mereka tidak menggubris pantangan-pantangan saat pendakian pasti hal horor itu akan benar-benar terjadi.
Sebagai pendatang baru sebaiknya kita menjaga attitude kita sebagai tamu. Jangan menyepelekan hal-hal sederhana yang tengah menjadi adat kebudayaan warga sekitar. Hargai dan hormati. Dimana bumi dipijak di situ langit di junjung.
Adapun berikut ini kumpulan cerita horor pendaki gunung. Simak yuk!
Selesai Brefing kami di bagi menjadi 3 kelompok. Yang terdiri dari 1 orang leader dan 1 orang sweper di bagian belakang dengan anggota 6 orang jadi ada 8 orang. Aku dan teman lainnya mendapat kelompok satu.
Saat kami memulai pendakian aku menanyakan kepada Wahid mana teman kamu yang bernama Lucia. Yang tadi sempat bertemu di toilet kereta.
Wahid sangat heran Lucia yang mana maksud kamu? Kelompok kita gak ada yang namanya Lucia.
Jika di gabung kelompok satu dan dua akan berjumlah 14 orang dan kenapan ada satu wanita yang selalu menghadap ke pohon. Pikirku, mungkin aku salah hitung karena capek.
Setelah menuju pos 2 dan 3 wanita itu melewati kami dengan gesitnya. Dan cuaca mulai gerimis dan di selimuti oleh kabut sehingga membuat pandangan semakin sempit.
Lagi-lagi aku di kagetkan dengan wanita tadi jalan begitu cepat dan saat menyalakan senter aku melihat kaki wanita itu memakai sepatu tentara dan name tag nya bernama Lucia.
Dan yang paling menakutkan aku melihat kakinya tidak menapak ke tanah. Dan ketika menuju pos 4 kami mulai kelehan ada teman kita yang selalu mengeluh capek.
Dan makhluk kaki terbalik itu benar-benar menampakan dirinya. Teman kami Wiwik mengalami kesurupan.
Sehingga membuat kita semua panik. Ketua kita bilang kita harus terus berjalan jangan berhenti kita akan berhenti saat sampai di pos 4. Kalau tidak gangguan akan semakin banyak
Suatu ketika Lucas, Jafran, Isa dan Alfin melakukan pendakian ke gunung Ceremai. Saat Lucas bertanya apakah kalian sudah meminta izin ke orang tua mau ngecamp disini?
Isa dan Alfin mereka sudah mengantongi izin. Namun Jafran dia tidak diizinkan namun tetap ingin ikut negcamp. Karena dari dulu ingin pergi kesini. Di saat perjalanan mereka tak menemukan kejadian ganjil.
Dan akhirnya mereka menemukan spot yang cukup landai dan karena hari sudah cukup gelap akhirnya mereka memutuskan untuk menginap di area itu. Suatu malam Jafran dan Lucas ingin buang air besar.
Dan mereka memberi tahu teman mereka di sisi tenda yang lain. dan ketika menunjukan pukul 04.00 Isa dan Alfin terbangun dan lapar mereka ingin membangunkan dua teman mereka.
Namun, setelah memeriksa tenda mereka tidak menemukannya. Hingga sampai jam 9 pagi mereka tak datang juga.
Padahal barang-barang mereka masih disini. Akhirnya Alfin dan Isa bersepakat untuk turun dan melaporkan hal tersebut ke kantor polisi.
Dan setelah 5 hari pencarian akhirnya jasad mereka ditemukan di sebuah jurang dekat dengan penginapan tenda waktu itu. Hal tersebut membuat mereka kehilangan. Inilah akibat tidak mendapatkan izin dari orang tua.
Hari ini kami berencana akan mendaki sebuah gunung di Bogor yaitu Gunung Salak. Aku dan 5 orang teman lainnya. Kami sangat bersemangat. Di pos satu dan dua kami tak menemukan kejadian aneh apapun.
Namun ketika kami beranjak ke pos ke tiga kami berpapasan dengan seorang nenek tua yang tengah menggendong kayu bakar. Kami mencoba menyapa namun setelah di tanya beberapa kali nenek itu tidak menjawab.
Dan nenek itu berlalu dan menghilang di antara rimbunnya pepohonan. Kami mulai melanjutkan perjalanan.
Namun, saat kami berjalan ada suara yang mendayu-dayu dan cukup terdengar oleh kami semua “Aku Dewi Anjani atau Nyai Anjan” seperti tengah berbisik di telinga kami semua.
Kami saling pandang dan memang suara itu sangat jelas terdengar. Setelah beberapa jam kami menuju pos 4 dan disana kami menemukan sebuah makam tua yang tidak terawat.
Dan betapa kagetnya kami di makam tua itu bertuliskan nisan “Dewi Anjani”. Dan tiba-tiba saja saat itu terjadi hujan yang begitu lebat. Sehingga kami sangat terpaksa untuk mendirikan tenda di dekat makam tersebut.
Dan hari mulai malam kami memutuskan untuk menginap di sana malam itu. Kejadian aneh tidak berhenti disitu. Kami mendengar suara yang bersahutan minta tolong di luar tenda. Suaranya begitu jelas namun terasa jauh.
“Tolong…. Tolong….Tolong.”
Kami sangat ketakutan tapi harus tetap tenang kami benar-benar berdo’a pada saat itu agar tidak ada kejadian aneh lain lagi. Dan kini mulai pagi kami bersiap-siap untuk mendaki ke puncak. Dan kejadian ini tidak akan pernah kami lupakan.
Ada seorang pemuda asal Jakarta yang ingin ngecamp ke gunung cikuray. Pemuda tersebut ikut kelompok orang lain dari daerah yang tidak ia kenal. Lalu saat menuju pos 3 tiba-tiba terjadi gerimis.
Saat yang lain melakukan perjalanan si pemuda tersebut berhenti karena tak kuat lapar. Dan akhirnya ia memasang tenda di tempat yang cukup landai. Hanya untuk sekedar memsak pop mie.
Ketika ia mulai beres beres ia menemukan langit nampaknya sudah mulai biru lagi dan membuat pemuda tersebut bersemangat kembali untuk melanjutkan perjalanan. Namun setelah beberapa meter dia melangkah.
Terdengar suara aneh yang entah dari mana asalnya. Dan tiba-tiba langit menjadi gelap. Pemuda tersebut akhirnya memutuskan untuk turun saja. Suara itu terus semakin mendekat.
Dan si pemuda terus konsentrasi ke jalan agar ia selamat gerimis membuat jalan semakin licin.
Dan menurut penjaga ada juga pria lain dua hari yang lalu mengalami hal serupa dia juga pulang kembali karena melihat sosok monyet aneh sebelum pos tiga.
Pada suatu ketika ada sebuah rombongan dari Jakarta yang ingin mendaki ke Gunung Merapi. Gunung berapi yang aktif di Indonesia ini memiliki eksotis dan juga kisah mistis yang tidak bisa dicerna oleh nalar.
Yang terkenal daerah Gunung Merapi adalah ada Pasar Bubrah. Itu merupakan sebuah nama tempat di gunung tersebut sebelum menuju puncak gunung. Dan rombongan tersebut memutuskan untuk mendirikan tenda disana.
Namun, suatu ketika ada seorang lelaki yang kehilangan kesadaran setelah mengaku membeli sebuah pisang dari pedagang di dekat tendanya saat tengah malam.
Padahal sangat tidak mungkin ada pedagang yang berjualan di kawasan pendakian tepat di kaki Gunung Merapi, apalagi tengah malam. Si lelaki tersebut juga menambahkan ada suara gamelan yang samar-samar terdengar waktu itu.
Hanya seorang Blogger enthusiasm dan penikmat kopi saja. Suka berbagi pengetahuan kecil & bercita-cita jadi pengusaha media.