
Novel Bentang Pasantren merupakan karangan dari Usep Roni H.M. Novel ini mengisahkan kisah Imas Patonah (Enden) yang sangat cantik dan sangat bagus membaca al-qu’annya.
Jika kamu penasaran dengan novel ini kamu bisa baca resensi novel Bentang Pasantren pada artikel ini. Akan di bahas berbagai unsur penting dalam novel.
Mulai dari identitas, sinopsis, intrinsik, ekstrinsik hingga pesan moral yang terkandung dalam novel tersebut. Yuk, simak penjelasan berikut ini ya!
Judul Novel | Bentang Pasantren |
Penulis | Usep Roni H.M |
Jumlah halaman | 70 Halaman |
Ukuran buku | 13×19 cm |
Penerbit | PT. Kiblat Buku Utama |
Kategori | Fiksi |
Tahun Terbit | 2006 |
Harga novel | Rp.30.000,- |
Novel bentang pasantren ini merupakan karya Usep Roni H.M yang mulai di terbitkan pada tahun 2006 oleh PT. Kiblat Buku Utama dan novel ini memiliki ketebalan mencapai 70 halaman.
Novel ini mengisahkan Imas Patonah (enden) ia merupakan seorang putri yang sangat fasih membaca Al-Qur’an dan sangat di sukai oleh para santri lelaki. Salah satunya santri itu bernama Kang Aep.
Awal mulanya, Kang Aep sedang jalan dengan temannya ke sebuah sungai. Dan sekelebat kang Aep melihat wajah Imas yang begitu cantiknya. Kang Aep sangat terpesona dengan kecantikan Imas itu.
Kehidupan di pesantren banyak sekali teman namun ada batasan bagi santri lelaki dan santri perempuan ada sekat yang menghalangi mereka.
Mereka di larang untuk mendekati lawan jenis sebelum mereka sah menjadi suami istri. Ada banyak peraturan yang harus di patuhi di dalam pesantren. Karena jika tidak maka hukuman siap membuat kamu jera.
Dari perbuatan yang terbilang biasa namun hukuman yang kamu terima akan luar biasa. Ini dikarenakan para Ustad menerapkan disiplin yang begitu ketat.
Suatu ketika di sungai Imas tidak sengaja terjatuh di batu yang licin. Dan kang Aep yang melihat kejadian tersebut ingin menolong Imas yang terjatuh.
Tapi Imas malah berlari menjauh dan meninggalkan satu sandal jepitnya.
Esok hari di pesantren banyak yang membicarakan Kang Aep karena membawa sendalnya Imas.
Dan hukumannya Kang Aep di gunduli sebelah. Saat itu, Kang Aep sangat merasa bersalah ke Imas dan bertekad ingin mengembalikan sandal Imas yang sebelah.
Lalu bagaimana kisah kelanjutan mereka? Apakah Imas dan Kang Aep bisa bersatu dengan cara yang halal?
Ataukah kang Aep dan Imas menemukan tambatan hati lainnya? Yu, simak dan baca buku novelnya secara langsung ya!
Dalam resensi novel Bentang Pasantren terdapat unsur intrinsik di dalamnya yang mungkin belum kamu ketahui, diantaranya adalah:
Tema yang diangkat dalam novel ini yaitu tentang kehidupan cinta di pesantren antara Imas dan kang Aep.
Berikut merupakan beberapa tokoh yang terdapat dalam novel, diantaranya yaitu:
Alur yang digunakan dalam novel bentang pesantren ini yaitu menggunakan alur maju atau progresif dimana dari awal cerita hingga akhir diceritakan secara runtut dan teratur.
Latar waktu yang digunakan dalam novel yaitu menggunakan latar waktu pagi hari (Isuk-isuk), siang hari (Beurang), malam hari (Peuting) dan masih banyak lagi latar waktu lainnya.
Latar tempat yang digunakan dalam novel ini yaitu menggunakan latar tempat di pesantren, di mesjid, di sungai dan masih banyak lagi latar tempat lainnya.
Sudut pandang yang digunakan dalam novel bentang pesantren ini yaitu menggunakan sudut pandang orang ketiga yang serba tahu.
Gaya bahasa yang digunakan dalam novel ini yaitu menggunakan gaya bahasa yang ringan dan mudah dipahami oleh semua kalangan. Karena menggunakan bahasa sunda sehari-hari.
Janganlah berpacaran karena berpacaran setelah menikah itu rasanya lebih indah. Sebagai mukmin yang baik kita bisa menjaga marwah dan kesucian hanya untuk pasangan kita yang halal nantinya.
Berikut merupakan unsur ekstrinsik novel, diantaranya adalah:
Nilai sosial yang terkandung dalam novel bentang pesantren ini yaitu sikap Imas yang baik sholehah dan wajahnya yang cantik sehingga di sukai oleh siapa pun.
Sikap Kang Aep yang sangat simpati untuk menolong orang lain termasuk menolong Imas saat terpeleset. Dan sikap Imas yang bisa menjaga jarak dengan lawan jenis sebelum halal itu sikap yang patut di contoh.
Berikut merupakan beberapa kelebihan dari novel bentang pasantren diantaranya adalah:
Selain kelebihan, tentunya sebuah karya tidak kekurangan yaitu:
Terakhir dari resensi novel bentang pasantren adalah pesan moralnya yaitu:
Janganlah berpacaran karena berpacaran setelah menikah itu rasanya lebih indah. Sebagai mukmin yang baik kita bisa menjaga marwah dan kesucian hanya untuk pasangan kita yang halal nantinya.
Suka membaca novel dan dunia literasi. Menuangkan ke dalam tulisan agar banyak orang yang tahu apa yang aku baca hari ini.