
Novel Dalem Boncel ini ini merupakan novel sunda best seller karya dari Ki Umbara. Novel ini mengisahkan Si Boncel yang durhakan kepada orang tuanya.
Penasaran dengan isi buku ini? Kamu bisa baca resensi novel Dalem Boncel di artikel ini. Karena di sini kamu akan menemukan unsur penting dari novel.
Mulai dari identitas, sinopsis, intrinsik, ekstrinsik hingga pesan moral yang terkandung dalam novel tersebut. Yuk, simak penjelasannya berikut!
Judul Novel | Dalem Boncel |
Penulis | Ki Umbara |
Jumlah halaman | 44 halaman |
Ukuran buku | 21×13 cm |
Penerbit | PT. Pustaka Jaya |
Kategori | Fiksi |
Tahun Terbit | 1992 |
Harga novel | Rp. 35.000 |
Novel Dalem Boncel ini merupakan karya dari Ki Umbara yang mulai diterbitkan pada tahun 1992 oleh PT. Pustaka Jaya dan novel ini memiliki ketebalan mencapai 44 halaman.
Novel ini mengisahkan seorang bocah yang bernama boncel yang bekerja sebagai perawat kuda di istal miliki juragannya.
Di wilayah Gunung Giriawas. Ada satu kampung kecil yang hanya memiliki beberapa rumah. Pekerjaan boncel sebagai tukang ambil rumput untuk pakan kuda.
Selain itu, dia juga harus membersihkan kandang kuda dengan bersih.
Suatu hari boncel baru saja pulang dari mengambil rumput tiba-tiba juragan kuda atau dunungan Boncel datang sambil melintir telinganya Boncel.
Sambil memaki dan menghina Boncel dan mengancam tidak akan memberikan sore ini.
Juragan marah karena kandang kuda basah dan Si Boncel belum sempat membersihkannya. Namun, sang juragan tidak mau mendengar alasan.
Ia bilang si Boncel pemalas dan benar saja malam itu ia tidak diberi makan sama sekali sampai esok harinya.
Hari sudah mulai siang dan esoknya ia harus mencari rumput lagi untuk pakan kuda tapi perut yang belum terisi begitu membuat dia tidak bertenaga.
Dia meratapi nasib yang begitu hingga di jalan air matanya bercucuran karena tidak kuat menahan lapar akhirnya ia berhenti di dekat pohon waru.
Dan berbaringlah ia disana rasa lapar itu membuat dirinya mengantuk entah berapa lama ia tertidur hingga tetesan air hujan membangunkannya.
Dan ia tersadar hari telah begitu gelap. Perut lapar dan pakaiannya basah. Ia takut untuk pulang. Karena pasti juragannya itu akan menyiksanya kembali.
Hingga ia kabur, dan ia ikut pedati kuda ke Garut. Di tempat asing ini ia bertemu seorang lelaki paruh baya bernama Kepala Juragan.
Ia orang yang sangat baik dan ia mengajak Boncel untuk bekerja dengannya. Sangat berbeda dengan juragannya terdahulu.
Selain ambil rumput pekerjaan Boncel juga sebagai guru masak dan mengasuh anak Pak Juragan Kepala.
Karena selalu menemani sang anak majikan akhirnya si Boncel jadi pintar bisa menulis dan membaca meski hanya mengamati.
Dan hal tersebut yang merubah kehidupan Boncel ia diangkat menjadi juru tulis dan setelah itu karena sifatnya yang rajin dan telaten ia di angkat jadi seorang Dalem.
Dan menjadi seorang Bupati Caringin. Mendengar hal tersebut Ibu Bapak Boncel ingin menemui anaknya itu.
Namun, sayang setelah bertemu Boncel malah menyia-nyiakan kedua orang tuanya dan menghinanya bahkan mengusirnya.
Dan setelah kejadian itu Boncel jadi memiliki penyakit aneh yaitu gatal-gatal yang tiada obatnya. Lalu bagaimana kelanjutannya, yuk baca aja novelnya!
Dalam resensi novel Dalem Boncel terdapat unsur intrinsik, yaitu:
Tema yang diangkat yaitu durhaka kepada orang tua.
Alur maju atau progresif dimana novel diceritakan secara runtut dan teratur.
Latar waktu yang digunakan dalam novel yaitu pagi-pagi (isuk-isuk), siang hari (beurang), malam hari (Peuting) dan lain-lain.
Latar tempat yang digunakan dalam novel yaitu Kandangwesi, Kandang Kuda, Kebon, Gunung, Pamijahan, Garut, Cianjur, Kantor, Imah Pak Boncel, Kabupaten.
Sudut pandang yang digunakan dalam novel yaitu menggunakan sudut pandang orang ketiga yang serba tahu.
Gaya bahasa yang digunakan dalam novel Dalem Booncel ini menggunakan gaya bahasa sehari-hari orang sunda ringan dan mudah dipahami.
Amanat yang terkandung dalam novel Dalem Boncel yaitu meskipun kamu sudah memiliki pangkat dan mapan secara ekonomi tidak sepantasnya kamu berbuat kasar pada orang tua.
Apalagi sampai melontarkan kata-kata kotor dan menyakiti hatinya.
Dalam resensi novel Dalem Boncel Berikut merupakan unsur ekstrinsiknya, diantaranya adalah:
Nilai sosial yang terkandung dalam novel yaitu sikap juragan yang bengis dan selalu menyiksa Boncel itu merupakan sikap yang tidak patut di contoh.
Sikap juragan kepala yang tidak pernah memandang orang saat membantu itu sikap yang patut di teladani.
Terakhir dari resensi novel Dalem Boncel terdapat pesan moral di dalamnya yaitu:
Yaitu meskipun kamu sudah memiliki pangkat dan mapan secara ekonomi tidak sepantasnya kamu berbuat kasar pada orang tua. Apalagi menyakiti hatinya.
Selain itu, sebagai manusia kamu juga harus rajin dan pandai agar kamu bisa di hargai orang lain. dan terpilih jadi orang yang bermanfaat.
Suka membaca novel dan dunia literasi. Menuangkan ke dalam tulisan agar banyak orang yang tahu apa yang aku baca hari ini.