Resensi Novel Sang Penari: Sinopsis, Intrinsik & Amanatnya

Resensi Novel Sang Penari

Resensi novel Sang Penari menceritakan ronggeng Dukuh Paruk yang sangat memberikan nuansa budaya di daerah tersebut. Srintil adalah tokoh ronggeng yang diceritakan dalam novel.

Keinginan Srintil untuk menjadi ronggeng ternyata merelakan cintanya pergi. Rasus, kekasihnya memilih pergi dari Dukuh Paruk untuk menjadi tentara.

Lalu, bagaimana kisah cinta Srintil dan Rasus? simak artikel ini untuk tahu akhir kisah cinta mereka.

Identitas Novel

Judul NovelSang Penari
PenulisAhmad Tohari
Jumlah halaman408 Halaman
Ukuran buku13 x 19 cm
PenerbitPt. Gramedia Pustaka Utama
KategoriFiksi
Tahun Terbit2011
Harga novelRp.62.000,-

Novel Sang Penari atau Ronggeng Dukuh Paruk karya Ahmad Tohari diterbitkan oleh Gramedia dengan cetakan ulang di tahun 2011. Buku ini harganya Rp.62.000,-.

Sinopsis Novel Sang Penari

Novel Sang Penari mengkisahkan latar waktu kejadian di tahun 1953 di desa Dukuh Paruk, Banyumas, Jawa Tengah.

Dimana, di desa ini terdapat budaya atau tradisi ronggeng yang digunakan sebagai salah satu cara untuk menjaga warisan leluhur mereka yaitu Ki Secamenggala.

Di desa tersebut, selalu ada seorang ronggeng cantik yang sangat dipuja dan dielukan oleh warga sekitarnya.

Saat tahun 1953, di Dukuh Paruk terdapat wabah dari tempe bongkrek yang dibuat oleh Santayib, ayah dari Srintil.Ternyata, wabah tersebut membuat ayah Srintil  meninggal dunia.

Sejak kecil, Srintil bercita-cita menjadi seorang Ronggeng. Akhirnya, di tahun 1963, ketika Srintil menginjak usia dewasa, ia digadang-gadang oleh warga setempat untuk menjadi penerus ronggeng di desa Dukuh Paruk.

Sejak kecil, Srintil berteman dengan Rasus. Keduanya sangat dekat, hingga Rasus dan Srintil saling memiliki perasaan cinta.

Tetapi, Srintil tetap dengan keinginannya untuk menjadi seorang ronggeng.

Hal tersebut dilakukannya sebagai bentuk baktinya kepada leluhur desa Dukuh Paruk, serta untuk menebus kesalahan ayahnya yang membuat tempe bongkrek.

Kakek Srintil yang bernama Sukarya mendukung keinginan Srintil, hingga ia meyakinkan dukun ronggeng di Dukuh Paruk yang bernama Kertareja. Hingga akhirnya Srintil pun dipilih menjadi ronggeng.

Hal tersebut dikarekan Rasus sudah membantu memberikan pusaka ronggeng sebelumnya kepada Srintil.

Ketika Srintil sudah memutuskan menjadi ronggeng, ia tidak hanya sekadar menari di depan para warga desa Dukuh Paruk. Tetapi, ia juga harus menerima bahwa dirinya menjadi milik umum warga.

Karena ada malam “Buka Kelambu” yang harus membuat Srintil merelakan keperawannya kepada siapapun yang memberikan harga paling tinggi.

Sebelum malam tersebut tiba, Rasus meminta Srintil untuk memberikan keperawanannya pertama kali untuk dirinya.

Berjalannya waktu, Rasus tetap tidak dapat menerima Srintil menjadi ronggeng. Ia pun akahirnya bergabung menjadi tentara. Saat itu, kesenian ronggeng semakin berjaya. Hingga tak ada satupun warga yang menyadari adanya PKI yang masuk ke kampung.

Kesenian ronggeng yang sedang jaya-jayanya ini dijadikan sebagai salah satu cara untuk mengajak para warga bergabung ke PKI.

Hingga akhirnya terjadinya permasalahan pergolakan politik pada tahun 1965. Hingga Rasus dan para tentara lain diminta untuk menangkap semua orang yang tergabung dalam anggota PKI.

Saat Rasus ke Dukuh Paruk, ternyata desa tersebut sudah kosong. Ia pun mencari Srintil, tetapi tak kunjung bertemu.

Ada seorang tentara lain yang menemukan alamat dimana Srintil ditangkap.

Saat datang ke tempat tersebut, ternyata Srintil sudah dibawa pergi oleh gerbong kereta dengan tentara lain.

Tentunya, hal tersebut membuatnya merasa kecewa. Di waktu sepuluh tahun kemudian, Rasus dipertemukan kembali dengan tokoh yang mirip dengan Srintil. Tetapi, ia tidak mengakui bahwa dirinya Srintil.

Rasus memberikan pusaka kepada perempuan yang mirip Srintil. Pusaka yang dia temui di desa Dukuh Paruk saat sedang menangkap para PKI.

Setelah itu, perempuan itu memberikan senyuman kepada Rasus.

Unsur Intrinsik Novel

Adapun unsur intrinsik Novel Sang Penari karya Ahmad Tohari yang menarik untuk diketahui, yaitu:

1. Tema

Tema dalam novel Sang Penari yaitu membahas tentang kebudayaan ronggeng di desa Dukuh Paruk.

2. Tokoh

Tokoh-tokoh utama yang diceritakan dalam novel yaitu:

  • Srintil
  • Rasus
  • Santayib
  • Sukarya
  • Kertareja

3. Latar Tempat

Sebagian besar peristiwa dalam novel Sang Penari berlatar tempat di desa Dukuh Paruk, rumah Kertareja, di kebun, dan rumah Srintil.

4. Latar Waktu

Latar waktu kejadian di dalam novel dikisahkan dalam waktu pagi hari, siang hari, dan malam hari.

5. Alur

Alur yang digunakan penulis untuk menceritakan isi novel yaitu alur maju dan mundur. Dimana ada cerita sejarah PKI di dalam novel.

6. Sudut Pandang

Sudut pandang yang digunakan penulis untuk menggambarkan karakter tokoh dalam novel Sang Penari yaitu sudut pandang orang ketiga.

7. Bahasa

Terdapat sedikit penggunakan bahasa Jawa dalam novel Sang Penari. Selain itu, novel ini menggunakan bahasa sehari-hari yang cukup sederhana sehingga mudah dipahami.

Terdapat pula kata kiasan yang digunakan untuk menggambarkan suasana di pedesaan.

8. Amanat

Kebudayaan di lingkungan kita memang perlu untuk dilestarikan. Tetapi, ikuti pula perkembangan yang ada di sekitar kita.

Tidak harus, serta merta mengikuti kebudayaan di jaman dahulu yang tidak sesuai dengan era jaman sekarang.

Unsur Ekstrinsik Novel

Setelah mengetahui unsur intrinsik novel Sang Penari. Ketahui juga unsur ekstrinsik novel Sang Penari, yaitu:

1. Nilai Budaya

Nilai kebudayaan dalam novel Sang Penari masih begitu dirasakan. Dimana seorang ronggeng tidak boleh menikah, ia bahkan harus merelakan dirinya menjadi milik orang banyak.

Seorang ronggeng juga harus memiliki pusaka yang membangunkan roh dalam jiwanya untuk menari dengan indah.

2. Nilai Sejarah

Di dalam novel terdapat nilai sejarah yang berkaitan dengan PKI di jaman 1950an. Dimana, saat itu banyak PKI yang mengelabuhi masyarakat pedesaan di Dukuh Paruk.

3. Nilai Sosial

Suasana pedesaan di dalam novel sangat mengkisahkan kehidupan rukun dan saling membantu antar tetangga.

4. Nilai Moral

Jika jaman dahulu menjadi seorang ronggeng lalu memberikan keprawanannya untuk siapapun yang membayarnya dengan harga paling mahal.

Maka sekarang ini, hal tersebut sudah sangat dianggap tabu.

Di era sekarang, ronggeng menjadi suatu kesenian tanpa harus menitiberatkan harga dirinya.

Kelebihan Novel

Kelebihan novel Sang Penari yaitu kisahnya sangat menarik untuk diikuti sampai akhir cerita. Karena konflik yang muncul membuat pembaca ingin tahu ending ceritanya.

Kekurangan Novel

Kekurangan novel yaitu mengandung unsur cerita dewasa. Sehingga kurang pas di baca oleh anak-anak berusia di bawah 17 tahun.

Pesan Moral Novel Sang Penari

Pesan moral novel Sang Penari yaitu sesuaikan kebudayaan di jaman dahulu dengan jaman sekarang.

Melestarikan kebudayaan itu penting, tetapi hilangkan hal buruk dan ubahlah menjadi hal yang positif.

Seorang guru Bahasa Indonesia yang kebetulan suka membaca novel dan mencurahkannya ke dalam tulisan.

Artikel Menarik Lainnya: