Cerita cinta sedih karena penyakit memang banyak tersebar dan cerita tersebut di adaptasi dari kehidupan nyata. Cerita tak selamanya mengisahkan bahagia ada kalanya sebuah kisah di warnai dengan cerita sedih karena sebuah penyakit.
Entah itu perjuangan, kehilangan atau meraup kembali semangat sebelum kematian itu datang. Kisah cinta sedih ini sungguh menyayat hati. Kita yang mendengar mungkin tidak begitu kuat untuk menghadapinya.
Tuhan memberikan kisah ini kepadamu karena Tuhan yakin kamu adalah orang yang kuat untuk memikul beban ini. Bagi kalian yang sedang memiliki penyakit semoga secepatnya penyakitnya di angkat. Tetap semangat.
Yuk, simak cerita cinta sedih karena penyakit ini akan membuat kamu sedih dan bikin haru. Sehingga menambahkan rasa syukur karena telah diberi nikmat sehat oleh Tuhan.
“Kamu kuliah aja ya Sya agar gak suntuk diam di kamar terus” mamahku bilang.
Dan aku jawab “Nggak perlu mah, percuma buang-buang biaya”. “Kok, jawabnya gitu Sya” kulihat matanya berembun.
“Mah, Sya baik-baik saja disini. Sya bahagia kok walau hanya rebahan di kamar sejuta kenangan”. Mamahku pamit untuk pergi ke kamarnya dan aku lihat di celah pintu ia menangis sesenggukan.
Tak terasa pandanganku juga kian buram dan air hangat itu keluar tanpa bisa ku bendung lagi. aku tak memiliki waktu banyak karena kanker ini sungguh telah menggerogoti semakin dalam.
Sehingga membuat diri Alisya melemah dan kini rambutnya mulai merontok karena epek kemoterapi yang sangat menyakitkan. Setiap hari ia menuliskan perasaannya di dalam sebuah blog.
Perasaannya terhadap Arka juga ia kisahkan disana. lelaki yang ia puja semasa SMA hingga kuliah belum mengetahu kalau Alisya sangat mencintainya. Tubuhnya kian melemah Alisya menuliskan puisi terakhirnya.
Dan ia berpesan kepada ibunya untuk membukukan kisah blognya menjadi sebuah buku. Dan memberikannya terhadap Arka. Arka yang tak percaya akan hal ini begitu terlambat menyadari.
Arka menyesal tidak menanggapinya dari lama hanya untuk memberikan kebahagiaan di akhir hidup Alisya. Tapi, Tuhan lebih menyayangi Alisya dan ia sudah tenang di sisinya.
Suatu ketika ada seorang remaja usia 18 tahun ia menderita sebuah kanker dan ia tengah menjalani sebuah pengobatan selama bertahun-tahun. Namun, suatu ketika ia ingin pergi keluar dan menikmati sore hari.
Dia berjalan menyusuri kota dan ingin pergi ke sebuah toko buku. Dan penjaga toko tersbeut ternyata seorang gadis yang cantik. Dari sejak pertama berpandangan mata. Si lelaki itu sudah jatuh cinta.
Dan ia membelli sebuah buku. Dan dengan tersenyum ia menyimpan buku dan akhirnya tertidur. Ibunya melihat bahwa anak lelakinya tengah jatuh cinta. Dan membisikan ke telinga anaknya. “Ajaklah ia Kencan”.
Sang anak tersenyum ia bertekad besok ia akan bertanya lebih banyak pada sang gadis. Dan satu minggu telah berlalu tapi sang lelaki tidak berani mengungkapkan apa pun. Hingga buku yang ia beli kini sudah menumpuk.
Dan kini si lelaki penyakitnya kumat lagi. Dan tubuhnya kian ngedrop dan akhirnya sang lelaki meninggal dunia. Saat setelah pemakaman ibunya melihat-lihat buku yang telah di beli oleh anaknya.
Dan saat membuka buku tersebut ada sebuah nota jatuh. Dan bertuliskan “Kamu sangat lucu ya! Mau kah kamu berkencan denganku?” dengan emoticon love love. Membuat sang ibu tersenyum getir.
Ternyata selama ini anak lelakinya memendam perasaan pada sang gadis dan sang gadis meresponnya. Hanya saja sayangnya anak lelaki belum sempat mendengarkannya.
Waktu kian terus bergulir begitu cepat. Tak terasa ikatan cinta kita tengah menginjak tahun ke dua. Bertambah hari bertambah pula rasa cinta ini. Aldi sudah banyak yang kita lewati bersama.
“Ca, aku mau pergi ke suatu tempat. Dan mungkin tak akan kembali lagi. Tolong jaga dirimu baik-baik ya?”
“Al, kok ngomongnya kaya gitu? Emangnya kamu mau kemana?”
“Ke tempat yang jauh. Jaga kesehatan dan pola makan. Aku do’akan semoga selama aku pergi kamu jangan kangen. Biar aku aja.”
“Hahahaha….. Dilan gadungan”
Dan itulah percakapan terakhir kami. Dan benar saat itu kami tidak pernah bertemu lagi. Sudah hampir setengah tahun lamanya. Aku tak menemukan kabar darimu.
Dan hari ini tiba-tiba ada surat pos datang ke rumah dan aku kaget banget pengirimnya adalah namamu. Dengan bahagia aku buka surat itu.
Apa kabarmu Ica ku sayang?
Mungkin ketika kamu membaca surat ini, aku sudah pergi jauh dan tak akan kembali. Di saat terakhirku ini aku ingin sekali bertemu denganmu. Keinginan begitu kuat sama hal nya ketika aku berusaha mendapatkanmu.
Tapi aku tak cukup punya nyali dan keberanian untuk melihatmu terluka saat melihat kondisiku. Aku tahu kamu sangat merindukanku tapi takdir berkata lain.
Penyakit ini sudah berbulan-bulan lalu menggerogoti setiap bagian tubuhku. Dan aku tak kuasa melihatmu bersedih. Sehingga tak menceritakan kondisi yang sesungguhnya.
Aku bersyukur telah memilikimu aku bahagia telah memilikimu walau hanya sesaat. Aku harap kamu bisa terus menjalani hari dan terbiasa tanpa diriku lagi.
Sayang rindu dan kecup terakhirku mmmmuach
Aldi
Aku merasakan palu godam menghantam dada terasa begitu sesak dan sakit. Dan akhirnya aku menangis tak lama kemudian tak sadarkan diri.
Aku Mia usiaku baru 25 tahun. Di usia 26 tahun aku di nikahi oleh seorang lelaki bernama Wira. Seperti pernikahan pada umumnya kami menjalani masa bulan madu yang manis.
Namun, menginjak usia perhikahan ke dua tahun aku tak kunjung memiliki anak. Dan aku di vonis memiliki penyakit ginjal juga leukimia stadium 1. Betapa hancur hatiku mendengarnya begitu juga suamiku.
Sikap suamiku pada awalnya sangat perhatian tapi karen hasutan keluarganya. Ia mulai bersikap kasar dan akhirnya ia mulai bermain fisik. Di tahun 2021 yang lalu aku dinyatakan hamil dan aku berharap ini akan memperbaiki semua.
Rumah tangga yang harmonis aku harapkan dengan hadirnya dia dirahimku. Tapi aku salah suamiku malah terus menyiksaku batin maupun fisik dan puncaknya ia menceraikanku.
Aku yang tengah hamil harus intens bulak balik rumah sakit. Hanya Ica sahabatku yang mau mendampingiku hingga lahiran. Dengan kondisi yang cukup parah karena kekurangan darah akhirnya aku meregang nyawa saat melahirkan.
Suamiku yang di datangi oleh sahabatku menangis sejadi-jadinya karena menyesal telah menelantarkanku. Namun terlambat aku telah tiada.
Karena doktrin dari mertua dan saudara suamiku. Kini sikap suamiku sangat dingin. Karena sudah 5 tahun pernikahan aku tak kunjung memiliki tanda kehamilan. Awalnya suami yang penyayang menjadi acuh tak acuh.
Puncak rasa sakitku kini ia meminta izin untuk menikah lagi. Dan dengan berat hati aku mengijinkannya. Permintaan aku saat mendengar itu aku hanya ingin di peluknya merasakan hangatnya pelukan sebelum terbagi dengan yang lain.
“Kenapa kamu jadi kurus gini? Kurang makan ya?” “Tidak aku kurang kasih sayang” sindirku. Ia hanya pergi tanpa peduli apa yang sebenarnya terjadi. Saat malam sebelum ijab kabul yang kedua suamiku memelukku dari belakang.
“Terimakasih karena sudah mengijinkannya menikah lagi.” sebenarnya mataku sudah berembun ingin menangis namun ku tahan. Hingga ada sebuah do’a yang ku panjatkan di malam itu.
Tuhan biarkan sakit fisik yang menggeogotiku mengakhiri hidupku saat ini. Karena aku sudah tak mampu menahan sakitnya. Sakit hati dan juga raga. Hingga aku benar-benar terlelap.
Dan seharusnya hari ini hari bahagiamu. Malah menjadi hari pemakamanku. Ku lihat kamu menangis. Tapi aku sangat lega akhirnya do’a terkabulkan. Kamu tambah bersedih ketika tahu obat-obat apa yang ku konsumsi selama ini.
Yang tidak pernah kamu pedulikan.
Hanya seorang Blogger enthusiasm dan penikmat kopi saja. Suka berbagi pengetahuan kecil & bercita-cita jadi pengusaha media.