Sinopsis novel ayat ayat cinta beserta unsur intrinsiknya akan kamu jumpai dalam artikel ini secara lengkap. Bukan hanya itu kamu juga akan mengetahui kelebihan dan kekurangan dari novel tersebut.
Penasaran? mari simak artikel ini sampai selesai. Agar kamu bisa menentukan sikap akankah membeli buku ini atau tidak. Setelah membaca resensi novel ini secara lengkap.
Judul Novel | Ayat-ayat Cinta |
Penulis | Habiburrahman El Shirazy |
Jumlah halaman | 420 halaman |
Ukuran buku | 20,5×13.5 cm |
Penerbit | Republika Penerbit |
Kategori | fiksi Romance |
Tahun Terbit | 2004 |
Novel ini bercerita tentang kisah seorang pemuda bernama Fahri Bin Abdullah Shidiq. Ia merupakan seorang mahasiswa di Universitas Al-azhar Mesir.
Di Mesir ia tinggal bersama empat temannya yang sama-sama berasal dari negara Indonesia. Di sana mereka tinggal di apartemen dan mereka memiliki tetangga yang sangat baik bernama Tuan Boutros dan istrinya.
Bernama Madam Nahed dan dua anak mereka bernama Mahed dan Maria. Keluarga Tuan Boutros merupakan keluarga yang memiliki agama Kristen Koptik yang sangat taat.
Dan gadis sulung mereka yang bernama Maria ia merupakan gadis yang sangat unik meski agamanya kristen ia sangat menyukai Al-Qur’an.
Ketika Fahri menuju ke Shubra El Kaima untuk mengunjungi Syaikh Abdul Fatah ia tak sengaja bertemu Aisha di sebuah Metro. Aisha merupakan gadis bercadar yang berasal dari Negara Jerman.
Selain itu ada tetangga Fahri yang sifatnya bertolak belakang dengan kelurga Tuan Boutros yaitu keluarga Bahadur dan istrinya Syaima dan anaknya Noura. Noura yang selalu di siksa oleh ayahnya itu terlihat oleh Fahri.
Namun, Fahri tak bisa menolong Noura dan ia meminta Maria untuk melakukannya. Sehingga hal tersebut membuat Maria sangat kagum terhadap Fahri dan mencurahkan semuanya dalam sebuah buku diary.
Nurul anak seorang Kyai terkenal yang juga mencari ilmu di Negeri Mesir tersebut. Dan ialah perempuan yang Fahri sukai namun tak kuasa ia ungkapkan karena perasaan mindernya.
Dari ke empat wanita tersebut ternyata sama-sama menyimpan hati terhadap Fahri. Lalu bagaimana Fahri menyikapinya? Dan bagaimana kelanjutan kisah Fahri tersebut? Penasaran? Jawabannya ada di buku Ayat-ayat Cinta tentunya.
Dari sinopsis novel ayat ayat cinta di atas, kita bisa tahu bahwa novel ini punya beberapa kelebihan, di antaranya yaitu:
Setelah mengetahui kelebihannya kita juga akan membahas kekurangan dari novel tersebut diantaranya adalah:
Berikut merupakan unsur intrinsik dari novel ayat-ayat cinta yang di antaranya adalah:
Tema yang di angkat dalam novel ini adalah mengenai seorang pemuda bernama Fahri yang sedang menimba ilmu di Al-azhar Kairo Mesir. Bukan hanya itu novel ini juga mengangkat kisah kehidupan sosial, perjuangan dan juga cinta.
Alur yang terdapat dalam novel ayat-ayat cinta ini adalah menggunakan alur maju.
Latar tempat yang terdapat dalam novel ayat-ayat cinta adalah di Mesir lebih tepatnya di kota Kairo Al-Azhar, Flat, Masjid, Rumah Sakit, Restoran, San Stefano Alexandria, Penjara.
Latar waktu yang terdapat dalam novel ayat-ayat cinta ini adalah pagi hari, siang hari dan malam hari.
Sudut pandang yang digunakan dalam novel ini adalah sudut pandang orang pertama sebagai pelaku utama.
Gaya bahasa yang sederhana mudah di pahami dan sangat mengalir saat membacanya.
Amanat yang terkandung dalam novel ini pertama adalah semua rencana yang kita jalankan tidak akan berdaya apa-apa terhadap rencana Tuhan.
Kedua sesama manusia hendaknya harus saling tolong menolong terhadap sesama terutama umat manusia.
Ketiga bersabarlah dalam menghadapi semua cobaan karena setiap masalah atau cobaan pasti akan ada jalan keluar.
Keempat ketika hendak di hadapkan dalam sebuah pilihan, serahkanlah semuanya terhadap tuhan.
Kelima karena sesungguhnya takdir tuhan berada di ujung usaha manusia itu sendiri.
Unsur ekstrinsik dari novel Ayat-ayat Cinta di antaranya adalah:
Habiburrahma El Shirazy lahir pada hari kamis 30 september 1976. Ia memulai pendidikan di Mts Futuhiyyah 1 Mranggen sambil mondok di pesantren Al-Anwar.
Dan melanjutkan ke Universitas Al-Azhar pada tahun 1995 dan lulus di tahun 1999. Karya beliau sudah cukup banyak dan salah satunya novel Ayat-ayat Cinta ini.
Latar belakang sang tokoh penulis sangat berpengaruh terhadap tulisannya dimana sang tokoh Fahri yang juga merupakan seorang mahasiswa Al-Azhar yang sama seperti penulis.
Nilai sosial yang terkandung dalam novel ayat-ayat cinta ini adalah sebagai umat manusia ketika hidup di negeri orang hendaklah harus saling membantu dan melengkapi.
Nilai moral yang terkandung dalam novel ayat-ayat cinta ini adalah terletak pada sikap sang tokoh utama yang merasa tidak tahan ketika melihat seorang perempuan menangis. Hal tersebut membuktikan bahwa ia memiliki jiwa kemanusiaan yang tinggi.
Nilai pendidikan yang terdapat dalam novel ayat-ayat cinta adalah ketika sang tokoh memberikan ilmu kepada orang lain walaupun hanya satu ayat. Seperti yang tertera dalam kutipan berikut.
“kita mengamalkan hadis nabi, tahaadu tahaabu seringlah kalian memberi hadiah”, (halaman 112).
Nilai Budaya yang terdapat dalam novel ini adalah yaitu budaya Mesir di mana orang Mesir memang suka berbicara, kalau sudah berbicara ia merasa benar sendiri. Hal tersebut dapat di lihat di halaman 36.
Bagian terakhir dari resensi novel Ayat-ayat Cinta adanya pesan moral. Dan pesan moral dalam novel tersebut adalah jika kita dihadapkan dengan suatu pilihan yang sulit makan serahkanlah semuanya terhadap sang maha kuasa.
Hanya seorang Blogger enthusiasm dan penikmat kopi saja. Suka berbagi pengetahuan kecil & bercita-cita jadi pengusaha media.