Cerita cinta romantis dan mesra malam pertama memang sangat menggoda. Dimana ada banyak ungkapan menggoda dari teman, kerabat, atau tamu yang hadir. Cie cie adalah kata yang sering akrab terdengar saat itu.
Dan dengan semburat merah merona di pipi yang kian memanas membuktikan bahwa kita merasa malu tapi bahagia.
Suasana ini sangat kentara di rasakan pasangan muda mudi yang telah melaksanakan ijab kabul. Dan menanti malam pertama.
Berikut kami rangkum cerita cinta romantis dan mesra di malam pertama dan mungkin sebagian kejadiannya pernah kamu alami dan bikin senyum senyum sendiri. Di simak yuk!
“Selamat ya ocesku akhirnya kamu sold out juga” pesan dari Rumanah temen deket
“Eh, poh udah ada yang nyegel nih selamat berbahagia ya. Nanti malem selow
aja ya jangan grogi” emotikon ngakak sepuluh kali, dari lolita sahabat geng aku
“Cieee, yang mao belah duren….hahahaha” dari Tito si tukang usil
“Barokallahu laka wabaroka alaika wa jamaa baina kuma fii khoir. Semoga jadi keluarga sakinah mawadah waromah yang sohibku love lima kali” Dari Aisyah sahabatku yang alim.
Aku selviana yang baru tadi melaksanakan ijab kobul dengan lelaki pilihan abah bernama Alfiansyah. Aku menyukai lelaki tampan, baik, pengertian tersebut sejak awal perkenalan di rumah abah waktu itu.
Dia pria yang sangat sopan dengan terus menunduk saat kami di pertemukan, dia benar-benar menjaga pandangannya. Dan kini kami berada satu kamar yang sama.
“Dek a….” “Mas a…” kami memanggil bersamaan membuat kita tersenyum sendiri.
“Oke mas aja dulu” kataku.
“Mas mau pinjam handuk boleh?”
“Boleh dong mas, itu di lemari.”
“Terimakasih sayang”
Apa katanya sayang? Telingaku terasa panas. Dan pipiku terasa panas juga. Ada yang terasa menjalar di dada ini perasaan yang entah…
Dan ketika dia keluar kamar mandi dengan setengah telanjang aku melongo. Dadanya yang bidang dengan 6 buah roti sobek cukup membuat aku tak berkedip. Dia benar-benar maco… bisik hatiku.
“Ekhem,,, liatin apaan tuh senyum-senyum sendiri?”
“E..eenggak kok Mas. Sambil mengalihkan perhatian ke gorden kamar membelakanginya. Terdengar kopernya di buka pasti dia sedang memakai baju aku ngelihat ke sini aja deh pikirku biar bisa menghindar saat di berpakaian.
Dan tanpa di sangka dia mulai memeluku dari belakang aku yang kaget menoleh ke belakang dan tak sengaja bibirku menyentuh pipinya.
“Ya ampun udah nyosor begini, udah gak tahan ya? Ledek suamiku.”
Mau marah tapi kok gemes dalam hati.
Aku memukul tangannya pelan sambil menahan tawa. Dan akhirnya aku menciumnya beneran dan terjadilah malam pertama yang aku dambakan sedari dulu bersama orang yang aku cintai.
“Mas, janji akan membahagiakan kamu dan juga Juna.”
“Maafkan Mas, yang selama ini egois mengenai masalah pekerjaan tapi Mas janji akan berubah”. Sambil masih menggenggam tanganku.
Hingga tangan ini begitu panas karena terlalu lamanya di genggam. Aku mengangguk. Meski ini merupakan pernikahan keduaku dengan orang yang sama namun ada perasaan lain yang entah.
Kita suah dua tahun berpisah karena selisih paham yang tak terselasaikan yang membuat aku mengambil keputusan untuk khulu. Atau mengajukan perceraian ke pengadilan. Dan jadilah Mas Ridwan duda dan aku janda.
Status ini tak mengubah apa pun nyatanya selain kita yang tak lagi serumah. Aku dan Juna tinggal di rumah orangtuaku dan Mas Ridwan tinggal di rumahnya. Rumah kami saat ini.
Dia mulai mendekat dengan mencium keningku. Aku yang gugup mulai mencari alasan. Namun, gagal karena Mas Ridwan sudah mengetahui gelagatku dan ia mencoba menempelkan bibirnya di atas bibirku.
Dan akhirnya ciuman itu mulai melebar kemana-mana. Lalu ada suara ketukan dari arah pintu. “Mamah, Juna mau eek?” buyar sudah malam pertama kita. Aku langsung merapikan rambut yang kusut masay.
Dan berjalan meninggalkan suamiku yang sudah tak sabaran itu.
Waktu sudah menunjukan pukul 18.00 tamu sudah mulai sedikit ada beberapa yang mulai undur diri dan menuju proses sepi.
Masih ada suara dari arah belakang terdengar suara ayah dan paman yang bersahutan dan sesekali tertawa dan entah apa yang tengah mereka bicarakan.
Dan sesekali aku melirik wajahmu dalam satu kali lirikan.
Dan akupun tahu kamu melakukan hal yang sama yaitu curi-curi pandang. Waktu ini adalah kesempatan yang tepat. Aku tersenyum dan kamu membalasnya. Anita Rahmawati wanita yang aku nikahi tadi pagi kini telah sah menjadi istriku.
Hari ini merupakan pertemuan pertama setelah aku melihat fhotonya dari saudaramu. Ya. Kami di jodohkan. Dan kami tidak menolak itu.
Setelah tamu sudah tidak ada kamu berpamitan untuk berpamitan ke kamar lebih dulu. Aku di temani ayah dan kakamu juga paman masih asik menonon acara tv. “Nak, cepat istirahat dulu” kata ayah. “nanti aja yah” jawabku.
Otak dan ucapanku sungguh tidak singkron. Hati ingin cepat menyusulmu tapi ucapan berkata lain. pukul 23.00. “Cepat istirahat sanah, pengantin kok begadang nonton tv” kata si abang. Aku yang malu pun akhirnya pergi ke kamar.
Kamu ternyata menungguku dengan sedikit cemberut. Namun setelah itu… hanya cicak dan tuhan yang tahu apa yang kita lakukan.
Saat adzan subuh berkumandang aku berpikir keras bagaimana bisa keluar kamar tanpa mengeluarkan suara.
Saat keluar aku sangat berhati-hati agar tak menimbulkan suara apapun ku kerahkan segala kemampuanku bagaimana agar suara dikamar mandi tidak membangunkan penghuni yang lainnya.
Akhirnya aku selamat tak ada yang memergoki aku mandi subuh tadi. Pagi saatnya sarapan bersama-sama semua mata terasa memandang semua ke arahku.
Andai saja aku yang memakai kerudung mungkin kilat basah rambutku yang habis keramas tidak akan ketahuan. Namun keluarga semua tersenyum mereka menatap kami dengan senyuman termanis mereka di pagi ini. Malu.
Kami mulai membuka beberapa kado pemberian dari teman dan sanak saudara. Banyak macamnya ada yang isinya dispenser, sejadah busa, kerudung, bingkai fhoto dan masih banyak macam lainnya.
Kami telah mengikat janji suci melalui ijab kabul yang sakral tadi pagi. Namaku Aisyah dan suamiku ini bernama Rivaldi. Sebetulnya kami merupakan teman sekelas dulu waktu sekolah dasar.
Namun berbeda sekolah ketika melanjutkan SMP dan SMA. Kuliahpun di tempat yang berbeda. Dasar jodoh sudah berkelana jauhpun kami tetap harus berjodoh dan hari ini sah menjalin kisah suami istri.
Seperti pasangan pengantin lainnya kami banyak mendapat sms, wa, inbox yang ber cie cie ria. Mereka mengucapkan selamat sambil memberi guyonan yang membuat merah pipi kami seperti kepiting rebus.
Saat aku menunjukan ucapan ucapan itu tangan dia memegangnya dari belakang dan melirik hp ku lalu bergantian liat ke mata ku. Wajahnya sangat dekat hembusan nafasnya menerpa pipiku.
Dari detak jantung dan hembusan nafasnya aku mulai tau bahwa itu signal dia menginginkannya dan malam itu akhirnya kami menunaikan kewajiban kami sebagai sepasang suami istri sejati meraup surga duniawi.
“Dek, sudah siap?”
“Mas, ke kamar mandi dulu ya?” aku mengangguk. Aku tahu kamu gugup . sama halnya seperti aku.
Hanya saja aku tidak begitu menunjukan secara kentara karena gengsi. Dan tingkahmu terlihat karena sering izin ke kamar mandi. Biasanya karena terlalu gugup beberapa orang selalu merasakan mules.
Aku yang sudah mengenakan baju tipis menerawang menunggu suamiku. Dan sudah mulai menyalakan lampu temaram. Aku sangat deg degan menunggunya dan telapak tanganku terasa lembab.
Dia mulai datang dan menaiki ranjang kami. Kamu mulai meraba bagian tanganku dan mulai mencium bahuku. Yang membelakangimu bisa merasakan nafasmu yang memburu.
Aku tahu inilah saatnya kami melakukan kewajiban itu. Dan saat ia mulai mencoba menciumku lebih dalam. “Mas, aku datang bulan”. “Apa?” ia tepok jidat dan aku merasakan kecewa itu. “Sabar, ya” kataku sambil terkikik geli.
Hanya seorang Blogger enthusiasm dan penikmat kopi saja. Suka berbagi pengetahuan kecil & bercita-cita jadi pengusaha media.