Cerita Rakyat Tangkuban Perahu

Cerita rakyat tangkuban perahu akan membeberkan mengenai asal usul tangkuban perahu, dan juga mengenai apa pesan moral dari cerita rakyat tangkuban perahu ini. Yang tentunya akan berguna bagi kalian yang ingin mengetahui sekilas tentang  asal usulnya.

bagi kamu yang penasaran dengan kisah simak artikel ini sampai akhir ya!

Asal Usul Tangkuban Perahu

Cerita Rakyat Tangkuban Perahu

Legenda Sangkuriang bermula dari khayangan, dimana diceritakan ada sepasang dewa dewi yang dihukum menjadi hewan dan menjalani masa hukumannya di bumi. Sang dewa menjelma menjadi seekor anjing jantan yang bernama Si Tumang.

Sedangkan sang dewi menjadi babi hutan betina bernama Celeng Wayung Hyang. Suatu ketika, seorang raja bernama Sungging Perbangkara pergi berburu. Di tengah hutan, raja ingin buang air dan ditampungnya air kencingnya di batok kelapa.

Setelah itu, datang Celeng Wayung Hyang yang kehausan dan meminumnya. Seketika babi hutan betina itu hamil dan melahirkan seorang puteri yang cantik. Raja Sungging yang menemukan bayi itu lantas membawanya pulang ke keraton.

Putri itu bernama Dayang Sumbi atau Rarasati. Dayang Sumbi tumbuh menjadi gadis yang cantik jelita, sehingga banyak raja yang menginginkan untuk menjadi suaminya. Namun, semua lamaran ditolak Dayang Sumbi, hingga membuat para raja berperang karenanya.

Dayang Sumbi kemudian memilih untuk mengasingkan diri dan hidup di hutan dengan ditemani anjing Si Tumang.

Suatu hari, sedang asyik menenun, tempat kainnya jatuh dan ia malas untuk mengambilnya. Dayang Sumbi lalu berujar, siapapun yang mengambil tempat kainnya itu, jika laki-laki akan dijadikan suami dan jika perempuan akan dijadikan saudara.

Ternyata Si Tumang yang mengambilkan tempat kain itu. Dayang Sumbi pun memenuhi sumpahnya dan menjadikan anjing itu sebagai suaminya. Dari pernikahannya dengan si Tumang Dayang Sumbi melahirkan anak laki-laki yang diberi nama Sangkuriang.

Pada zaman dahulu, tersebutlah kisah seorang puteri raja di Jawa Barat bernama Dayang Sumbi. Dia mempunyai seorang anak laki-laki yang diberi nama Sangkuriang. Anak tersebut sangat gemar berburu dengan ditemani oleh anjing kesayangan istana bernama Tumang.

Sangkuriang tidak mengetahui bahwa anjing itu merupakan titisan dewa dan juga adalah bapaknya sendiri. Pada suatu hari Tumang tidak mau mengikuti perintahnya untuk mengejar hewan buruan yaitu babi hutan yang ternyata adalah Celeng Wyung Hyang.

Karena itu, Si Tumang enggan menjalankan perintah itu. Hal itu membuat Sangkuriang kesal dan mengancam Si Tumang dengan anak panahnya. Secara tidak sengaja, anak panah itu lepas dan membunuh Si Tumang.

Karena bingung Sangkuriang kemudian menyembelih peliharaannya untuk diambil hatinya. Setelah itu Sangkuriang kembali ke istana dan menyerahkan hati tersebut ke ibunya. Dayang Sumbi mengira itu adalah hati rusa, kemudian ia memasaknya.

Namun setelah mengetahui yang ia makan adalah hati Si Tumang, Dayang Sumbi pun marah besar kepada Sangkuriang. Tanpa sengaja dia memukul kepala Sangkuriang dengan sendok nasi yang terbuat dari kayu yang dipegangnya.

Karena takut, Sangkuriang akhirnya meninggalkan rumah dan mengembara meninggalkan Dayang Sumbi. Dayang Sumbi selalu berdoa dan sangat tekun bertapa.

Pada suatu ketika para dewa memberinya sebuah hadiah. Dia akan selamanya muda dan memiliki kecantikan yang abadi.

Setelah bertahun-tahun lamanya Sangkuriang mengembara, dia akhirnya berniat untuk kembali ke tanah airnya. Dan sesampainya disana, kerajaan itu sudah berubah total. Di sana dia bertemu dengan gadis jelita.

Gadis tersebut yang tak lain adalah Dayang Sumbi. Sangkuriang terpesona oleh kecantikannya, dan akhirnya Sangkuriang memberanikan diri untuk melamarnya. Oleh karena pemuda itu sangat tampan, Dayang Sumbi pun sangat terpesona padanya.

Hingga pada suatu hari, Sangkuriang minta ijin untuk pamit berburu. Dia meminta tolong kepada Dayang Sumbi untuk merapikan ikat pinggangnya. Alangkah terkejutnya Dayang Sumbi ketika melihat bekas luka di kepala calon suaminya tersebut.

Seketika ingat bahwa bekas luka tersebut persis seperti luka anaknya yang telah lama pergi merantau. Setelah lama diperhatikannya, ternyata wajah pemuda itu sangat mirip dengan wajah anaknya.

Dayang Sumbi menjadi sangat ketakutan. Maka dikemudian hari dia mencari upaya untuk menggagalkan lamaran Sangkuriang. Dayang Sumbi mengajukan dua buah syarat yang harus dipenuhi Sangkuriang.

Syarat yang pertama, dia meminta pemuda itu untuk membendung sungai Citarum. Dan syarat yang kedua, dia meminta Sangkuriang untuk membuat sebuah sampan besar untuk menyebrangi sungai itu.

Kedua syarat tersebut sudah harus dipenuhi sebelum fajar menyingsing. Dan pada malam itu Sangkuriang melakukan tapa. Dengan kesaktiannya dia mengerahkan makhluk-makhluk ghaib untuk membantu menyelesaikan syarat Dayang Sumbi tersebut.

Dayang Sumbi pun mengintip pekerjaan tersebut secara diam-diam. Begitu pekerjaan tersebut hampir selesai, Dayang Sumbi memerintahkan pasukannya untuk menggelar kain sutera merah di sebelah timur kota.

Dayang Sumbi juga memukulkan alu ke lesung, seolah-olah sedang menumbuk padi dan menjadi pertanda bahwa fajar telah tiba. Ketika menyaksikan warna memerah di timur kota, Sangkuriang mengira bahwa hari sudah selesai.

Alhasil makhluk ghaib anak buah Sangkuriang pun ketakutan dan pergi sebelum menyelesaikan tugasnya karena mengira pagi segera tiba. Sangkuriang pun menghentikan pekerjaannya.

Dia sangat marah, oleh karena itu berarti dia tidak dapat memenuhi syarat yang diminta Dayang Sumbi. Sangkuriang pun mengamuk. Dengan kekuatannya, Sangkuriang menjebol bendungan yang dibuatnya. Dan pada saat itu terjadilah banjir besar melanda seluruh kota.

Dengan kemarahannya itu, Sangkuriang pun kemudian menendang perahu besar yang dibuatnya. Perahu itu melayang dan jatuh, dan menjadi sebuah gunung di bagian utara kota Bandung sekarang, yang bernama “Tangkuban Perahu”.

Setelah itu Sangkuriang masih mengejar Dayang Sumbi hingga ke Gunung Puteri. Akan tetapi, Sang Hyang Tunggal segera mengubah Dayang Sumbi menjadi setangkai Bunga Jaksi agar lolos dari kejaran Sangkuriang.

Sedangkan Sangkuriang yang tidak berhasil menemukan Dayang Sumbi akhirnya menghilang ke alam ghaib.

Pesan Moral Tangkuban Perahu

Berikut beberapa pesan moral yang terkandung dalam kisah tangkuban perahu ini yaitu adalah:

1. Selalu Bersikap Jujur

Karena Sangkuriang telah berbohong kepada ibunya bahwa hati yang ia bawa bukanlah hati kijang melainkan hati Si Tumang yang merupakan anjing dan sekaligus ayahnya sendiri. Karena ketidak jujuran Sangkuriang membuat hubungannya dengan Sang ibu tidak baik.

2. Menahan Emosi

Sangkuriang memiliki emosi yang sangat tinggi, saat berburu kijang ia meminta untuk mengejar kijang tersebut, namun karena Si Tumang tidak mau mengejar kijang itu, akhirnya Sangkuriang membunuh Si Tumang dan mengambil hatinya.

Akhir Kata

Demikian kisah cerita rakyat tangkuban perahu semoga apa yang kami sampaikan dapat bermanfaat bagi kamu yang membutuhkan informasi mengenai cerita ini.

Suka membaca novel dan dunia literasi. Menuangkan ke dalam tulisan agar banyak orang yang tahu apa yang aku baca hari ini.

Artikel Menarik Lainnya: