Harus kita akui bahwa sastrawan angkatan 45 itu merupakan sastrawan paling legend dalam dunia literasi. Wajar, karena karya-karya mereka hingga saat dewasa sekarang pun masih menjadi bacaan terbaik saya. Bahkan karya-karya Chairil Anwar, salah satu sastrawan 45 menjadi penulis favorit saya dari angkatan 45.
Ada banyak novel angkatan 45 yang hingga saat ini masih eksis dan banyak pembacanya. Termasuk saya sendiri masih sering membaca novel-novel dari sastrawan angkatan 45.
Nah, buat kamu juga yang pengen baca novelnya, di artikel ini sudah saya tuliskan daftar judul novel angkatan 45 beserta identitas dan pengarangnya. Silakan kamu baca artikel ini sampai selesai dan temukan judul novelnya.
Angkatan 45 adalah sebuah kelompok sastrawan Indonesia yang lahir pada masa pendudukan Jepang. Kelompok ini terdiri dari para penulis yang lahir pada tahun 1920-an dan 1930-an, dan mereka menulis karya-karya sastra yang memperlihatkan pengaruh perjuangan kemerdekaan Indonesia.
Berikut adalah beberapa contoh karya sastra novel angkatan 45 beserta pengarangnya:
Sastrawan angkatan 45 itu ada banyak. Namun yang yang paling pokok ini hanyalah 5 orang yaitu seperti Chairil Anwar, Asrul Sani, Rivai Apin, Idrus dan Achdiat K. Mihardja. Namun, selain 5 orang ini ada banyak sastrawan lainnya.
Berikut adalah daftar sastrawan Angkatan 45 beserta identitas lengkap mereka:
Lahir di Medan pada 26 Juli 1992 dan meninggal pada usia yang masih muda yakni 26 tahun pada tanggal 28 April 1949 di Jakarta. Ia merupakan pelopor lahirnya Angkatan ’45.
Penyair besar ini mendapatkan julukan ‘Si Binatang Jalang’ yang dikutip dari salah satu puisinya berjudul Aku. Meski sempat mengalami beberapa penolakan, namun pada akhirnya namanya dinobatkan sebagai salah satu penyair paling berpengaruh.
Beberapa karya sastra yang dihasilkan oleh Chairil Anwar antara lain: Deru Campur Debu, Kerikil Tajam, Yang Terempas dan Yang Putus, Tiga Menguak Takdir (bersama Asrul Sani dan Rivai Apin), Aku Ini Binatang Jalang, Derai-derai Cemara.
Lahir di Rao, Sumatra Barat pada 10 Juni 1927 dan wafat di Jakarta pada 11 Januari 2004. Nama Asrul Sani juga tidak bisa dilepaskan dari tokoh sastrawan berpengaruh pada Angkatan ’45.
Anak bungsu dari tiga bersaudara ini juga dikenal sebagai sutradara dan penulis skenario. Ia juga pernah menjadi redaktur majalah Pujangga Baru, Gema Suasana, dan pimpunan umum Citra Film.
Beberapa karya sastra yang ia terbitkan selama hidupnya di antaranya yakni: Tiga Menguak Takdir (bersama Chairil Anwar dan Rivai Apin), Kawan-Kawan dari Atjeh, Dari Gelanggang Seniman, dan lain-lain.
Lahir di Padang Panjang, Sumatra Barat pada 30 Agustus 1927. Rivai Apin juga menjadi salah satu personil dalam tiga serangkai penyair Indonesia.
Beberapa karya sastra yang dihasilkan oleh Rivai Apin antara lain: Tiga Menguak Takdir (bersama Asrul Sani dan Chairil Anwar), Kumpulan Puisi, dan lain-lain.
Lahir di Padang Panjang, Sumatra Barat pada 21 Mei 1921 dan meninggal pada 18 Mei 1979. Ia dikenal sebagai penulis novel dan cerpen.
Beberapa karya sastra yang dihasilkan oleh Idrus antara lain: Surabaya, Dari Ave Maria ke Jalan Lain ke Roma, Tjerita dari Blora, dan lain-lain.
Lahir di Bandung pada 7 Maret 1911 dan meninggal pada 16 Juli 2010. Ia dikenal sebagai penulis novel, cerpen, dan drama.
Beberapa karya sastra yang dihasilkan oleh Achdiat K. Mihardja antara lain: Atheis, Orang-orang Gila, dan lain-lain.
Lahir di Padang, Sumatra Barat pada 1928 dan meninggal pada 2001. Beberapa karya sastra yang dihasilkan oleh Abdul Madjid Ibrahim antara lain: Kumpulan Puisi, dan lain-lain.
Lahir di Surabaya pada 1926 dan meninggal pada 2007. Beberapa karya sastra yang dihasilkan oleh Abdul Manan Wijaya antara lain: Kumpulan Puisi, dan lain-lain.
Lahir di Padang, Sumatra Barat pada 1927 dan meninggal pada 2004. Beberapa karya sastra yang dihasilkan oleh Abdul Rachman Zakir antara lain: Kumpulan Puisi, dan lain-lain.
Lahir di Padang, Sumatra Barat pada 1927 dan meninggal pada 2004. Beberapa karya sastra yang dihasilkan oleh Aberani Sulaiman antara lain: Kumpulan Puisi, dan lain-lain.
Lahir di Padang, Sumatra Barat pada 1927 dan meninggal pada 2004. Beberapa karya sastra yang dihasilkan oleh Abu Jazid Bustomi antara lain: Kumpulan Puisi, dan lain-lain.
Lahir di Purwokerto pada 1927 dan meninggal pada 2004. Beberapa karya sastra yang dihasilkan oleh Achmad Djatmika Legawa antara lain: Kumpulan Puisi, dan lain-lain.
Lahir di Purwokerto pada 1927 dan meninggal pada 2004. Beberapa karya sastra yang dihasilkan oleh Achmad Hudan Dardiri antara lain: Kumpulan Puisi, dan lain-lain.
Lahir di Bandung pada 1911 dan meninggal pada 2010. Beberapa karya sastra yang dihasilkan oleh Achdiat K. Mihardja antara lain: Atheis, Orang-orang Gila, dan lain-lain.
Lahir di Padang, Sumatra Barat pada 1927 dan meninggal pada 2004. Beberapa karya sastra yang dihasilkan oleh Ahmad Bakrie antara lain: Kumpulan Puisi, dan lain-lain.
Lahir di Banyumas pada 1948. Beberapa karya sastra yang dihasilkan oleh Ahmad Tohari antara lain: Bukan Pasar Malam, Kubah, Ronggeng Dukuh Paruk, dan lain-lain.
Lahir di Tanjung Pura, Langkat, Sumatra Utara pada 1911 dan meninggal pada 1946. Beberapa karya sastra yang dihasilkan oleh Amir Hamzah antara lain: Nyanyi Sunyi, Buah Rindu, dan lain-lain.
Lahir di Sumatra Barat pada 1908 dan meninggal pada 1970. Beberapa karya sastra yang dihasilkan oleh Armin Pane antara lain: Belenggu, dan lain-lain.
Lahir di Rao, Sumatra Barat pada 1927 dan meninggal pada 2004. Beberapa karya sastra yang dihasilkan oleh Asrul Sani antara lain: Tiga Menguak Takdir (bersama Chairil Anwar dan Rivai Apin), Kawan-Kawan dari Atjeh, Dari Gelanggang Seniman, dan lain-lain.
Lahir di Padang, Sumatra Barat pada 1927 dan meninggal pada 2004. Beberapa karya sastra yang dihasilkan oleh Balfas antara lain: Kumpulan Puisi, dan lain-lain.
Lahir di Padang, Sumatra Barat pada 1927 dan meninggal pada 2004. Beberapa karya sastra yang dihasilkan oleh Djamaluddin Adinegoro antara lain: Kumpulan Puisi, dan lain-lain.
Ada beberapa faktor yang menyebabkan melemahnya novel Angkatan 45, antara lain:
Pada masa Angkatan 45, pusat kebudayaan Indonesia masih berada di Jawa. Namun, setelah Indonesia merdeka, pusat kebudayaan mulai bergeser ke luar Jawa.
Hal ini menyebabkan para sastrawan Angkatan 45 yang berasal dari Jawa kesulitan untuk menyesuaikan diri dengan perubahan tersebut.
Pada masa Angkatan 45, para sastrawan Indonesia banyak terinspirasi oleh sastra Barat. Namun, pengaruh sastra Barat yang terlalu kuat menyebabkan para sastrawan Angkatan 45 kehilangan identitas sastra Indonesia.
Pada masa pemerintahan Orde Baru, kebebasan berekspresi dibatasi. Hal ini menyebabkan para sastrawan Angkatan 45 kesulitan untuk berkarya secara bebas.
Menurut saya ada 3 yaitu: Tiga Menguak Takdir, Surabaya dan Kerikil Tajam.
Beberapa judul sampai saat ini masih ada di Gramedia ataupun percetakan populer lainnya.
Hanya seorang Blogger enthusiasm dan penikmat kopi saja. Suka berbagi pengetahuan kecil & bercita-cita jadi pengusaha media.