
Resensi novel Anak Rantau, tidak mengkisahkan kehidupan seseorang yang sedang merantau. Tetapi, dikisahkan kehidupan seseorang yang kembali ke kampung halamannya setelah merantau.
Tokoh utama dalam novel ini adalah anak remaja bernama Hepi. Ia dipulangkan ke kampung halamannya agar lebih memaknai hidup.
Seperti apa lika-liku kehidupan yang dialami oleh tokoh Hepi? simak artikel ini sampai selesai.
Judul Novel | Anak Rantau |
Penulis | Ahmad Fuadi |
Jumlah Halaman | 370 Halaman |
Ukuran Buku | 14 cm x 20 cm |
Penerbit | PT Falcon Interactive |
Kategori | Fiksi |
Tahun Terbit | 2017 |
Harga Buku | Rp. 90.000,00 |
Novel Anak Rantau karya Ahmad Fuadi diterbitkan oleh PT Falcon Interactive yang berjumlah 170 halaman di tahun 2017. Buku ini dikategorikan sebagai buku fiksi. Kini, harga bukunya yaitu Rp. 90.000,00
Novel tersebut menceritakan tentang seorang anak yang bernama Hepi yang tinggal di perantauan ayahnya yang bernama Martias laki-laki kelahiran tanah Minang yang merantau ke kota Ibukota.
Cerita ini berawal dari pembagian raport di sekolah hepi yang di mana pada saat itu ayah hepi sedang mengambil raport ujian semester anaknya.
Dia menemukan bahwa raport itu kosong tidak ada nilai segorespun. Melihat hal itu ayahnya sangat geram sekali melihat Hepi yang awalnya dia mengetahui anaknya merupakan anak yang pintar dan cukup berprestasi di sekolahnya.
Tetapi kali ini apa yang dia dapatkan hanya raport kosong yang tidak tertulis di dalamnya nilai segores pun.
Karena ulah anaknya ini dia berencana untuk mengirim anaknya ke kampungnya di Sumatera barat. Dengan cara mengajak anaknya liburan ke sana.
Hepi pun menyetujui ajakan ayahnya untuk berlibur ke sana. Sesampainya dia dan ayahnya di sebuah kampung yang bernama kampung durian di salah satu daerah Sumatera barat.
Dia menikmati liburannya di sana dengan menikmati suasana perkampungan yang terletak di tepi danau Talago sambil ayahnya menceritakan kenangan masa kecilnya di kampung tersebut.
Tetapi liburan itu bukan hanya sekedar liburan saja bagi hepi namun dia harus menerima paksaan dari ayahnya untuk tinggal di sana dan melanjutkan sekolahnya di sana.
Setelah 2 Minggu liburan di kampungnya hepi ditinggalkan ayahnya untuk tinggal bersama kakek dan neneknya dengan cara yang membuat hati hepi sakit.
Ayahnya meninggalkannya tanpa memberitahukan kepadanya dari peristiwa inilah dia mulai membenci ayahnya dan bertekad untuk mengumpulkan uang sendiri.
Dia akan membeli tiket pesawat untuk balik ke Jakarta sendiri.
Mulai dari situlah hepi menjalani hidupnya sebagai seorang anak rantau yang hidup di kampung.
Di mana suasananya sangat beda dengan di Jakarta dia menjalani kehidupannya itu dengan perasaan kecewa dengan apa yang sudah dilakukan ayahnya kepada dirinya.
Sampai Hepi bertemu dua teman yang menjadi sahabatnya di sana yang bernama Attar dan Zen yang akan selalu menemani hidup Hepi di kampung itu dengan bermain bersama dan sekolah bersama.
Dari dua sahabat inilah Hepi mendapatkan pengetahuan tentang kehidupan di kampung yang belum pernah dia rasakan. Attar dan Zen memanggilnya anak kota.
Kehidupan hepi juga dipenuhi dengan ibadah yang selalu dia lakukan karena kakeknya merupakan seorang pengurus masjid yang berada di dekat rumah kakeknya.
Dari kakeknya juga hepi belajar banyak tentang agama dan juga belajar azan dan mengaji.
Seperti anak kampung pada umumnya hepi mulai terbiasa dengan suasana barunya di sana dengan bermain dengan anak-anak di sana setiap sorenya.
Adapun unsur intrinsik novel Anak Rantau yang menarik untuk diketahui, yaitu:
Tema dalam novel membahas tentang perjalanan hidup tokoh Hepi yang dipindahkan ke kampung oleh ayahnya. Ternyata, kehidupannya di kampung benar-benar mengajarkan banyak hal baru.
Tokoh-tokoh yang terdapat dalam novel Anak Rantau, yaitu:
Tempat kejadian yang diceritakan dalam novel Anak Rantau yaitu terjadi di Minang, Jakarta, Masjid, dan Warung Makan.
Latar waktu yang dikisahkan dalam novel terjadi saat waktu pagi hari, siang hari, dan malam hari.
Sudut pandang yang digunakan oleh pengarang dalam menggambarkan karakter tokoh yaitu sudut pandang orang ketiga. Yaitu dengan penggunakan nama-nama tokoh.
Alur yang digunakan untuk mengatur jalannya cerita dalam novel yaitu menggunakan alur campuran.
Perpaduan dari alur maju dan mundur. Dari adanya cerita ayah Hepi kepada Hepi mengenai kehidupannya di masa lampau.
Diksi yang digunakan dalam novel oleh pengarang sangatlah sederhana. Sehingga, pembaca mudah memahaminya.
Amanat yang terdapat dalam novel Anak Rantau yaitu sikap balas dendam bukanlah hal baik. Ikuti alur kehidupan dengan penuh semangat maka hidupmu akan baik-baik saja.
Adapun unsur ekstrinsik novel Anak Rantau yang harus kamu ketahui yaitu:
Dikisahkan Hepi sebagai anak yang malas hingga nilai rapornya kosong membuat ayahnya membawa Hepi pulang kampung.
Dari hal tersebut menyiratkan bahwa pendidikan memang hal yang penting untuk anak usia sekolah.
Nilai sosial dari persahabatan antara Hepi, Attar, dan Zen yang saling membantu membuat Hepi merasa nyaman tinggal di desa.
Dengan kehidupan di desa yang penuh dengan rasa ketidaknyamanan membuat Hepi harus beradaptasi. Hingga dirinya menyadari bahwa bentuk rasa marah Hepi kepada ayahnya, itu adalah hal yang salah.
Melainkan, ayahnya memang ingin Hepi menjadi pribadi yang lebih baik lagi.
Kelebihan novel Anak Rantau yaitu mempunyai alur cerita yang menarik, tidak membosankan untuk dibaca, dan endingnya juga bagus.
Kekurangan novel yaitu kurang penggambaran kehidupan di Minang secara detail.
Pesan moral novel Anak Rantau yaitu sebagai seorang anak, kita tidak boleh memiliki rasa dendam kepada orangtua. Setiap orangtua menginginkan yang terbaik untuk anaknya.
Seorang guru Bahasa Indonesia yang kebetulan suka membaca novel dan mencurahkannya ke dalam tulisan.