Resensi Novel Budak Teuneung: Sinopsis, Intrinsik & Moral

Resensi Novel Budak Teuneung: Sinopsis, Intrinsik & Moral

resensi novel Budak Teuneung

Novel budak teuneung merupakan karya dari Samsoedi dan pernah mengalami 5 kali cetak karena larisnya. Menyuguhkan banyak pesan moral untuk anak muda sehingga cocok di baca berbagai kalangan.

Penasaran dengan isi novelnya? Sebaiknya kamu resensi novel Budak Teuneung terlebih dahulu di artikel ini. Karena disini akan di bahas lengkap apa yang kamu butuhkan mengenai novel.

Mulai identitas, sinopsis, intrinsik juga ekstrinsik serta kelebihan juga kekurangan juga pesan moral. Simak yuk!

Identitas Novel Budak Teuneung

Judul NovelBudak Teuneung
PenulisSamsoedi
Jumlah halaman56 Halaman
Ukuran buku17×12 cm
PenerbitGirimukti Pustaka
KategoriFiksi
Tahun Terbit2010
Harga bukuRp. 25.000

Novel Budak Teunenung ini memiliki arti anak pemberani. Novel dengan bahasa sunda ini memiliki tebal sebanyak 56 halaman dengan ukuran 17×12 cm dan di terbitkan pertama kali pada tahun 1965.

Dan cetakan terakhirnya di tahun 2010. Novel dengan beberapa gambar di dalamnya ini memiliki banyak pesan moral juga sangat menginspirasi kamu muda-mudi untuk terus berbuat baik.

Sinopsis Novel Budak Teuneung

Novel Budak Teuneng ini menceritakan Warji yang merupakan anak yatim miskin di desa. Warji yang tinggal berdua dengan ibunya di sebuah gubuk reyot di desa.

Usia Warji ini kurang lebih 11 tahun. Meski miskin Warji tidak kekurangan cinta dan kasih dari ibunya.

Selain itu, Ibu Warji selalu memberikan nasihat agar Warji menjadi anak yang jujur, penyabar, pemaaf, dan mau mengalah demi kebaikan.

Namun, Warji selalu mendapatkan perlakuan yang tidak baik dari teman kampungnya. Karena Warji bukan anak orang kaya. Ia sering dikucilkan, dihina dan dijauhi .

Terutama Warji selalu di aniyaya oleh Si Begu dan Si Utun yang tidak menyukainya. Namun, suatu waktu Warji berhasil menolong Asep Onon yang terperosok ke sumur kering.

Asep Onon yang awalnya tidak menyukai Warji sama halnya dengan teman lainnya. Akhirnya Asep Onon menjadi teman baik karena tahu berterimakasih telah menyelamatkan nyawanya.

Asep Onon ini merupakan anak Lurah di kampung tersebut. Pak Lurah yang tau kebaikan Warji akhirnya mengangkat Warji sebagai pengembala kerbau Pak Lurah.

Asep Onon yang kini menjadi teman baik Warji ia mulai mengajarkan Warji untuk menulis dan membaca.

Emang dasarnya si Warji ini merupakan anak yang cerdas Asep Onon tidak terlalu lama mengajarkan hingga Warji paham.

Setelah bertahun-tahun dari kejadian itu. Kini Warji menjadi pemuda dewasa dan Pak Lurah mengangkatnya sebagai pegawai desa. Sedangkan Si Begu dan Si Utun menjadi penjahat.

Unsur Intrinsik Novel Budak Teuneung

Dalam resensi novel Budak Teuneung di temukan unsur intrinsik di dalamnya, yaitu:

1. Tema

Tema yang diangakat dalam novel ini yaitu mengenai keberanian dari seorang anak yang bernama Warji.

2. Tokoh dan Penokohan

Berikut ini merupakan beberapa Tokoh yang berada di dalam novel Budak Teunenung, dinataranya adalah:

  • Warji, anak yang pemberani, penyabar dan suka menolong sesama juga cerdas.
  • Ibu Warji, seorang ibu yang penyabar, dan selalu memberikan contoh kebaikan kepada anaknya.
  • Asep Onon, merupakan anak lurah yang sangat baik terhadap Warji pada akhirnya karena merasa Warji merupakan penyelamatnya.
  • Pak Lurah, seorang pemimpin yang tegas dan bijak sana
  • Begu, merupakan anak kampung yang selalu bikin onar dan suka menghina orang lain dan suka berkelahi.
  • Utun, teman Begu yang memiliki tabiat yang sama buruknya seperti Begu.

3. Alur

Alur yang digunakan dalam novel ini yaitu menggunakan alur maju. Dimana cerita dari awal hingga akhir di ceritakan secara runtut dan beraturan.

4. Latar Waktu

Latar waktu yang digunakan dalam novel Budak teunenung yaitu menggunakan latar waktu pagi, siang, sore dan malam hari.

5. Latar Tempat

Latar tempat yang digunakan yaitu di suatu kampung di pedesaan.

6. Sudut Pandang

Sudut pandang yang digunakan dalam novel Budak Teuneung yaitu menggunakan sudut pandang orang ketiga yang serba tahu.

7. Gaya Bahasa

Gaya bahasa yang digunakan dalam novel Budak Teuneung itu menggunakan bahasa yang buka bahasa sunda loma.

Hingga bagi sebagian orang mungkin akan sulit untuk memahami bahasa sunda tersebut.

8. Amanat

Amanat yang terkandung dalam novel Budak Teunenung yaitu jadilah anak yang penyabar dan selalu berbuat baik pada siapa pun meski orang tersebut membenci kita.

Dan jadilah sosok pemberani jika itu merupakan sebuah kebaikan dimana pun dan kapan pun.

Unsur Ekstrinsik Novel Budak Teuneung

Berikut ini merupakan unsur ekstrinsik yang terdapat dalam novel Budak Teuneng diantaranya adalah:

1. Nilai Sosial

Nilai sosial yang digambarkan dalam novel ini yaitu teman-teman Warji selalu menghina karena kemiskinan. Padahal mereka sama-sama ciptaan Tuhan sebaiknya jangan menghina teman itu tidak baik.

2. Nilai Moral

Sikap Warji yang membalas keburukan dengan dengan kebaikan mengantarkan ia kepada nasib yang baik. Sikap jujur dan beraninya menjadikan ia anak kebanggaan ibunya.

Kelebihan Novel Budak Teuneung

  • Memiliki banyak pesan moral terutama bagi remaja yang membaca novel tersebut.
  • Banyak gambar sebagai ilustrasi cerita membuat novel semakin menarik
  • Banyak contoh sikap kebaikan yang patut di contoh.

Kekurangan Novel Budak Teuneung

  • Gambar yang disajika masih kurang begitu jelas
  • Bahasa yang digunakan buka bahasa loma sehingga akan menyulitkan orang yang belum terbiasa dengan bahasa sunda berat sseperti itu.

Pesan Moral Novel Budak Teuneung

Terakhir dari resensi novel Budak Teunenung yaitu pesan moral yang terkandung di dalam novel tersebut yaitu:

Jadilah anak yang penyabar dan selalu berbuat baik pada siapa pun meski orang tersebut membenci kita.

Dan jadilah sosok pemberani jika itu merupakan sebuah kebaikan dimana pun dan kapan pun.

Suka membaca novel dan dunia literasi. Menuangkan ke dalam tulisan agar banyak orang yang tahu apa yang aku baca hari ini.

Artikel Menarik Lainnya: