Bagi kamu yang suka membaca cerita tentang perjodohan kamu bisa simak artikel ini karena kami akan membahas resensi novel Hati Suhita di sini akan dijelaskan secara lengkap mengenai kisah Suhita yang merupakan seorang santri yang dijodohkan.
Di artikel ini akan dijelaskan lengkap mulai dari identitas novel, sinopsis, unsur intrinsik, ekstrinsik hingga kelebihan dan kekurangannya kamu bisa simak artikel ini sampai akhir ya agar informasi yang kamu dapatkan lengkap.
Judul Novel | Hati Suhita |
Penulis | Khilma Anis |
Penerbit | Telaga Aksara Ft Mazaya Media |
Jumlah Halaman | 405 halaman |
Ukuran Buku | 14×20,5 cm |
Kategori | Fiksi |
Tahun Terbit | 2019 |
Harga Buku | Rp.109.000,- |
Novel ini ditulis oleh seorang penulis bernama Khilma Anis dan dulunya pernah menempuh pendidikan di Jurusan Komunikasi Penyiaran Islam di UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta dan akhirnya novel ini mulai diterbitkan pada tahun 2019 oleh PT. Telaga Aksara.
Di dalam novel ini kita bisa melihat banyak pesa moral yang bisa di contoh tentang menyelami makna dari ketabahan dan ketulusan seorang perempuan. Untuk lebih jelasnya kamu bisa pahami melalui sinopsis di bawah ini.
Dalam resensi novel Hati Suhita ini kami akan menjelaskan bagaimana isi garis besar gambaran dari novel hati suhita ini dan berikut penjelasan singkat sinopsisnya.
Hati Suhita ini menceritakan kehidupan perempuan di pondok pesantren yang sudah ditakdirkan untuk dijodohkan. Selain itu, di dalamnya terkandung tentang feminisme dan gender.
Karena saat membaca novel tersebut kita akan dapat menyelami soal pernyataan tentang kaum perempuan dalam lingkungan pesantren, apalagi soal perjodohan yang membuat perang batin antara tokoh di dalamnya.
Belum lagi tentang persoalan dan perlakukan ketidakadilan gender yang telah dialami tokoh perempuan. Di dalam novel ini juga menceritakan mengenai babakan pewayangan yang mencerminkan laku kehidupan wanita dan laki-laki dalam menjalani dan menyikapi kehidupan.
Tokoh sentral perempuan dalam novel ini adalah Alina Suhita namanya sendiri di ambil dari nama tokoh Dewi Suhita yang merupakan tokoh yang tangguh, serta telah membuat Candi Sukuh dan Candi Ceta di lereng Gunung Lawu.
Awal mula cerita dalam novel ini menceritakan perjodohan yang terjadi antara Alina dan Abu Raihan Al-Birruni atau sering dipanggil Gus Birru. Ia putra semata wayang dari Kiai dan Nyai Hanan.
Perjodohan mereka berdua memanglah sudah ditetapkan sejak mereka masih muda. Sebab Kiai dan Nyai Hanan sangatlah menaruh harapan banyak kepada Alina agar kelak bisa meneruskan perjuangan dan roda pergerakan pesantren dan juga memberikan keturunan yang baik.
Karena sosok Alina Suhitalah yang diidamkan oleh kedua orang tua Gus Birru. Ia seorang hafidz dan perempuan yang cerdas bahkan ia harus mondok dan kuliah . namun, persoalan perjodohan tersebut sangatlah membuat Gus Birru terpukul dan belum bisa menerima.
Karena Gus Birru sudah mengenal dan menyelami dunia pergerakan dan menyukai dunia literasi dan mendirikan sebuah cafe yang diisi komunitas jurnalis untuk memperkenalkan dunia jurnalistik pada masyarakat umum.
Tidak hanya itu, gejolak batin juga di rasakan Alina karena mendapatkan penolakan dan membuatnya merenung dan meratapi nasibnya. Karena Gus Birru belum mencintai dan dan menerima Alina sehingga sampai saat ini belum menyentuhnya.
Dan Gus Birru mencintai orang lain yang memiliki hobi yang sama yaitu menulis bahkan sosok perempuan itulah yang telah membuat dorongan dirinya mendirikan sebuah cafe dan perempuan itu bernama Ratna Rengganis ia cantik, baik dan seorang aktivis.
Dan hal tersebut membuat Alina cemburu bahkan saat malam Gus Birru masih menatap layar ponsel dan mengirim pesan ke wanita tersebut dan hal ini sudah berlangsung selama 7 bulan lamanya
Hingga akhirnya pesantren kehadiran Rengganis tersebut dan membuat Alina pergi dari pondok pesantren. Lantas apakah Alina masih bisa menerima keadaan ini dan kembali atau malah sebaliknya berpisah selamanya?
Yuk, simak selengkapnya di novel Hati Suhita ya!
Dalam resensi novel Hati Suhita ini akan kami jelaskan juga bagaimana unsur intrinsik dari novel ini dan berikut penjelasan lengkapnya.
Tema yang diangkat dalam novel ini adalah mengenai tentang perjodohan dan cinta bertepuk sebelah tangan dari diri seorang wanita bernama Alina Suhita.
Alur yang digunakan dalam novel Hati Suhita ini menggunakan alur maju atau progresif.
Latar waktu yang digunakan dalam novel ini adalah pagi hari, siang hari, sore hari, subuh dan juga malam hari.
Latar tempat yang digunakan dalam novel ini adalah di pesantren, di kampus, dan masih banyak lagi tempat lainnya.
Sudut pandang yang digunakan dalam novel ini yaitu menggunakan sudut pandang orang pertama sebagai pelaku utama (Suhita, Gus Birru dan Rengganis).
Gaya bahasa yang digunakan dalam novel ini menggunakan gaya bahasa yang ringan dan mudah dipahami.
Amanat yang terkandung dalam novel ini yaitu mengajarkan kita tentang kesabaran, ketabahan dan ketangguhan seorang wanita yang bersusah payah tapi akhirnya sirna karena pertahannya telah runtuh dan hal itu yang menyadarkan seorang lelaki.
Di resensi novel Hati Suhita ini juga kami akan menjelaskan beberapa unsur ekstrinsik dari novel dan berikut beberapa unsur ekstrinsik novel diantaranya adalah:
Alina Suhita yang menerima perlakukan dingin dari suaminya tidak menjadikan dia menjadi wanita yang buruk tapi ia terus berbakti hingga titik terpasrah yang ia miliki.
Sikap Gus Birru yang sangat egoid tidak meraba hati seorang wanita dan hal tersebut sangatlah kejam serta tidak berperasan hingga akhirnya sadar wanita yang ia puja adalah Suhita bukan yang lainnya.
Dalam novel ini syarat akan ajaran agama tentang menghargai dan bersikap menjadi seorang istri yang baik dan sopan serta tulus terlihat dari sikap Suhita.
Berikut beberapa kelebihan dan kekurangan dari novel Hati Suhita, diantaranya adalah:
Demikian penjelasan mengenai resensi novel Hati Suhita mulai dari identitas novel, unsur intrinsik, ekstrinsik hingga kelebihan dan kekurangannya semoga bermanfaat.