Resensi novel Pudarnya Pesona Cleopatra ini membeberkan identitas, sinopsis, unsur intrinsik dan juga unsur ekstrinsik. Bukan hanya itu kamu juga akan mengetahui kelebihan dan kekurangan.
Juga pesan moral yang terkandung dalam novel tersebut. Agar kamu memiliki sedikit pemahaman dan mempertimbangkan dalam membeli novel tersebut nantinya.
Judul Novel | Pudarnya Pesona Cleopatra |
Penulis | Hbaiburrahma El Shirazi |
Jumlah halaman | 110 Halaman |
Ukuran buku | 20,5×13,5 cm |
Penerbit | PT Republika |
Kategori | Drama Keluarga |
Tahun Terbit | 2005 |
Harga novel | Rp. 40.000 |
Novel Pudarnya Pesona Cleopatra ini merupakan karangan dari penulis terkenal yaitu Habiburahman El Shirazi. Dimana penulis ini selalu memasukan nilai religi di setiap ceritanya termasuk novel ini.
Kisah di dalamnya mengandung banyak amanat dan pesan moral bagi kalian yang sudah berumah tangga. Baca yuk!
Pada novel Pudarnya Pesona Cleopatra ini menceritakan tentang kisah perjodohan seorang pria yang merupakan lulusan Al-Azhar Cairo.
Pria ini mencintai gadis mesir yang cantik seperti ratu cleopatra.
Namun, ternyata ia telah di jodohkan oleh ibunya dengan seorang gadis penghapal al-Qur’an.
Karena pria ini merupakan pria yang berbakti maka ia menerima perjodohan tersebut. Karena obsesinya ia selalu menjadi cuek terhadap istrinya.
Waktu terus berganti namun Raihana benar-benar tidak mampu membuat hati suaminya mencintainya.
Namun, setelah pria itu sadar dengan cerita dari Pak Agung rekannya yang mengatakan bahwa pahitnya menikahi wanita mesir. Dan ia teringat dengan istrinya.
Dan itu sudah terlambat, apa yang terjadi selanjutnya? Jawabannya ada di novelnya ya!
Dalam resensi novel Pudarnya Pesona Cleopatra terdapat unsur intrinsik di dalamnya seperti:
Tema yang diangkat dalam novel ini yaitu tentang obsesi seorang pria terhadap wanita cantik seperti cleopatra.
Alur yang digunakan dalam novel Pudarnya Pesona Cleopatra yaitu alur progresif atau alur maju, karena setiap ceritanya di ceritakan secara runtut dan teratur.
Latar waktu yang digunakan dalam Pudarnya Pesona Cleopatra ini yaitu siang hari, dini hari, malam dan saat hari hujan.
Latar tempat atau setting tempat yang terjadi pada novel Pudarnya Pesona Cleopatra yaitu di kota Malang, juga di kota Bogor, rumah kontrakan dan tempat pernikahan, rumah mertua, dan kuburan.
Sudut pandang yang di gunakan adalah sudut pandang orang pertama sebagai pelaku utama.
Gaya bahasa yang digunakan dalam novel Pudarnya Pesona Cleopatra yaitu menggunakan gaya bahasa yang sederhana dan mudah di pahami serta dapat di cerna oleh semua kalangan.
Dan sesekali menggunakan bahasa daerah Jawa yang ringan yang menampilkan nuansa daerah.
Banyak amanat yang terkandung dalam novel Pudarnya Pesona Cleopatra diantaranya adalah:
Berikut ini merupakan unsur ekstrinsik dari novel Pudarnya Pesona Cleopatra, diantaranya adalah:
Raihana yang seorang penghafal al-Qur’an menggambarkan bahwa sang tokoh merupakan penganut agama yang taat.
Nilai budaya yang terkandung dalam novel Pudarnya Pesona Cleopatra ini menggambarkan ada budaya yang menyetakan bahwa orang Jawa harus menikah dengan orang Jawa.
Jika tidak maka mereka hanya akan mendapatkan kesengsaraan saja. begitulah keyakinan di daerah tersebut.
Nilai moral yaitu dimana serang anak mampu membahagiakan orang tuanya yang telah sendiri. dengan menuruti segala keinginan dan permintaan orang tuannya.
Keluarga mereka tak kekurangan sesuatu apa pun meski tinggal di sebuah kontrakan. Dan tak pernah mengeluh mengenai ekonomi mereka.
Terakhir dari resensi novel Pudarnya Pesona Cleopatra yaitu pesan moral yang terkandung dalam novel tersebut diantaranya yaitu:
Bahwa kecantikan wajah bisa saja pudar seiring berjalannya penuaan. Dan cantiknya hati akan selalu teringat di benak.
Harus bisa bersyukur atas apa yang Allah takdirkan terhadap kita karena kita tidak tahu hikmah besar apa yang terkandung di dalamnya.
Suka membaca novel dan dunia literasi. Menuangkan ke dalam tulisan agar banyak orang yang tahu apa yang aku baca hari ini.