Sinopsis novel Siti Nurbaya karya Marah Rusli menggambar isi cerita secara singkat tentang perjodohan di jaman dahulu. Novel ini rekomended dibaca di era sekarang untuk mengambil nilai moralnya.
Penulis mengilustrasikan kondisi kehidupan di jaman dahulu, dimana budaya perjodohan masih berlaku.
Berikut ini resensi novel Siti Nurbaya karya Marah Rusli lengkap untuk kamu ketahui.
Judul Novel | Siti Nurbaya |
Penulis | Marah Rusli |
Jumlah halaman | 271 Halaman |
Ukuran buku | 14.8 x 20.8 |
Penerbit | Balai Pustaka |
Kategori | Fiksi Roman |
Tahun Terbit | 2008 |
Sinopsis Novel Siti Nurbaya karya Marah Rusli menceritakan kehidupan tokoh Siti Nurbaya. Sejak kecil, Siti telah ditinggal ibunya meninggal. Sejak saat itu, kehidupan Siti memang sangat menderita.
Sejak kecil ia tinggal bersama ayahnya yang bernama Sulaiman. Siti Nurbaya sangat menyayangi ayahnya. Sulaiman adalah seorang pedagang yang terkenal di Kota Padang.
Awal mula, ayah Siti Nurbaya berjualan yaitu meminjam uang dari seorang rentenir yaitu Datuk Maringgih.
Di awal menjalankan usaha dagangnya, Sulaiman mempunyai kesuksesan penjualan yang sangat tinggi. Tetapi, hal tersebut tidak disukai oleh rentenir yang bernama Datuk Maringgi.
Untuk melampiaskan kekesalan dan keserakahan Datuk Maringgi, ia menyuruh orang suruhannya membakar kios milik ayah Siti Nurbaya. Sejak saat itu, semua usaha Sulaiman hancur.
Kejadian itu membuat keluarga Siti Nurbaya jatuh miskin, kemudian Sulaiman juga tidak dapat membayar hutangnya kepada Datuk Maringgih.
Dalam kondisi ini, Datuk Maringgih sengaja menagih Sulaiman untuk melunasi semua hutangnya. Tetapi, Datuk Maringgih sengaja memberikan penawaran kepada Sulaiman untuk meminta Siti Nurbaya menjadi istrinya agar hutang kepadanya menjadi lunas.
Menghadapi kenyataan bahwa dirinya memang sudah tidak mampu membayarkan hutang maka Sulaiman pun menerima penawaran Datuk Maringgih.
Siti Nurbaya sangat sedih untuk menerima kenyataan bahwa dirinya harus menikah dengan Datuk Maring yang sudah berusia tua.
Sedihnya lagi, saat Siti Nurbaya teringat kekasihnya yang bernama Samsul Bahri. Kekasihnya sedang kuliah di Jakarta pasti akan sangat kecewa mendengar berita ini.
Tetapi, untuk kebahagiaan dan keselamatan ayahnya, Siti Nurbaya menerima perjodohan itu dengan berat hati. Ia rela mengorbankan dirinya untuk keluarganya.
Suatu waktu, Syamsul Bahri mendengar berita tersebut lewat surat yang Siti Nurbaya kirimkan mengenai nasib yang sedang dialami keluarganya.
Saat Syamsul Bahri kembali ke Padang, ia bertemu dengan Siti Nurbaya yang sudah resmi menjadi istri Datuk Maringgih. Hal tersebut diketahui oleh Datuk Maringgih, tentu saja pertemuan itu memicu keributan.
Teriakan Siti Nurbaya atas keributan yang terjadi terdengar oleh ayahnya yang sedang sakit. Kemudian Sulaiman berusaha bangun, tetapi terjatuh dan tersungkur hingga ia menghembuskan nafas terakhirnya.
Hal tersebut ternyata terdengar oleh ayah Samsul Bahri yang bernama Sultan Mahmud Syah yang merupakan seorang penghulu di Kota Padang. Beliau malu atas perbuatan anaknya sehingga Syamsul Bahri harus kembali ke Jakarta, bahkan ia tidak diizinkan kembali ke kota Padang lagi.
Dengan kejadian itu, Siti Nurbaya pun diusir oleh Datuk Maringgih. Tak lama kemudian, Siti Nurbaya meninggal dunia karena sengaja diracuni oleh orang suruhan rentenir jahat Datuk Maringgih.
Kematian Siti Nurbaya diketahui oleh Syamsul Bahri, tentu saja hal tersebut membuatnya sangat sedih dan putus asa. Hal tersebut membuat Syamsul Bahri mencoba untuk bunuh diri, tetapi ia tidak meninggal.
Sejak saat itu, Syamsul Bahri tidak meneruskan kuliahnya kemudian sekolah di Dinas Militer.
Sepuluh tahun kemudian, terjadi hura hara di kota Padang akibat perilaku Datuk Maringgih.
Syamsul Bahri yang sudah mempunyai pangkat Letnan ditugaskan ke kota Padang.
Di Kota Padang, Syamsul Bahri bertemu Datuk Maringgih kemudian terjadi keributan bahwa Letnan Samsul menembak Datuk Maringgih.
Dari kejadian itu, Syamsul Bahri juga mengalami cedera. Kemudian, ia dibawa ke Rumah Sakit. Saat itu, Syamsul Bahri meminta bertemu dengan ayahandanya. Di akhir ceritanya, Syamsul Bahri meninggal dunia.
Kelebihan novel Siti Nurbaya yaitu penulis mengkisahkan cerita yang mengharukan dengan mengungkap dimensi kompleks manusia mengenai kehidupan percintaan, kisah tragis kehidupan, dan kekejaman.
Novel ini mengangkat cerita cinta yang sangat kompleks sehingga pembaca dapat membaca cerita ini dengan banyak sentuhan nuansa alur keterkejutan yang membuat pembaca penasaran mengikuti alur ceritanya.
Adapun kekurangan novel Siti Nurbaya yaitu dari segi bahasa yang digunakan agak susah di pahami sehingga pembaca membutuhkan waktu yang lama untuk memahami isi ceritanya.
Adapun unsur intrinsik novel Siti Nurbaya sebagai berikut:
Tema dalam novel Siti Nurbaya yaitu tentang percintaan dan pengorbanan. Dimana, tokoh Siti Nurbaya harus mengorbankan perasaan cintanya untuk kekasihnya agar dapat menolong ayahnya dalam memenuhi permintaan Datuk Maringgih.
Alur cerita dalam novel “Siti Nurbaya” yaitu menggunakan alur maju dimulai dengan cerita eksposisi, kemudian komplikasi, dilanjutkan dengan klimaks, dan berakhir dengan resolusi.
Latar tempat novel “Siti Nurbaya” di kota Padang, Jakarta, rumah Siti Nurbaya, rumah Datuk Maringgih, di pasar, di jalan, di Rumah Sakit.
Latar waktu novel “Siti Nurbaya” yaitu pagi hari, siang hari, dan sore hari.
Sudut pandang novel “Siti Nurbaya” yaitu menggunakan sudut pandang orang ketiga dengan menggunakan nama-nama tokoh.
Gaya bahasa yang digunakan menggunakan bahasa yang kurang mudah dipahami. Ada sentuhan penggunaan bahasa melayu di dalamnya.
Amanat yang terdapat dalam novel Siti Nurbaya yaitu masalah percintaan memang tidak dapat dipaksakan. Segala sesuatu yang dipaksa tanpa keikhlasan akan memunculkan banyak persoalan dan permasalahan.
Adapun unsur ekstrinsik yang membangun cerita dalam novel Siti Nurbaya yaitu:
Melihat kondisi latar belakang pengarang, penulis memiliki keyakinan dan pandangan hidup yang kuat. Penulis melakukan inovasi baru dengan menuliskan novel dengan bahasanya sendiri.
Selain itu, novel ini juga tidak terpaut dengan adat istiadat di jaman dahulu.
Dilihat dari unsur ekstrinsik, psikologi pengarangnya dalam dilihat proses kreatifnya. Penulis merasa terkekang dengan adat istiadat yang lama sehingga menciptakan novel ini.
Tersirat dalam novel Siti Nurbaya berupa nilai ekonomi yang mencerminkan kehidupan orang miskin yang ditindas oleh orang kaya.
Di era sekarang pun masih banyak rentenir jahat yang memberikan pinjaman kepada orang miskin dengan jumlah suku bunga yang besar.
Nilai sosial dalam novel Siti Nurbaya yaitu sebagai manusia sebaiknya tidak boleh bersikap iri, dengki, dan pendendam.
Sebaiknya, kita bersikap saling menolong agar kehidupan menjadi damai.
Pesan moral dalam sinopsis novel Siti Nurbaya yaitu sebagai manusia sebaiknya tidak besikap egois. Memaksakan kehendak kepada orang lain agar kita bahagia, justru akan menyengsarakan diri kita sendiri.
Hanya seorang Blogger enthusiasm dan penikmat kopi saja. Suka berbagi pengetahuan kecil & bercita-cita jadi pengusaha media.