Resensi Novel Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck [Lengkap]
Resensi novel Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck ini merupakan karya Buya Hamka yang cukup terkenal. Kamu akan tahu resensi novel Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck di artikel ini.
Resensi novel ini mengangkat identitas novel, intrinsik, juga ekstrinsik secara lengkap. Bukan hanya itu kamu juga akan tahu kekurangan dan kelebihan dari novel tersebut.
Resensi Novel Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck
Berikut merupakan resensi novel Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck, diantaranya adalah:
1. Identitas Novel Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck
Judul Novel | Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck |
Penulis | Buya Hamka |
Penerbit | Balai Pustaka |
Kategori | Roamnce |
Tahun Terbit | 1951 |
Novel karya Buya Hamka ini merupakan novel terbaik pada masanya dimana novel tersebut telah mengalami 16 kali cetak saking larisnya. Selain itu pula novel ini berhasil di angkat ke layar lebar dengan jumlah penonton yang tak kalah banyaknya.
2. Sinopsis Novel Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck
Novel ini mengisahkan tentang cinta, adat, keturunan dan kekayaan. Cinta suci Zainuddin untuk Hayati yang terhalang oleh keturunan dan kemiskinan.
Zainuddin yang merupakan keturunan campuran Minang dan Bugis tidak mendapatkan pengakuan sebagai suku Minang dan lamarannya di tolak.
Pelamar lain bernama Aziz yang dari keturunan Minang asli dan kaya raya tentunya ia yang menang dalam lamaran tersebut.
Meski Hayati cinta akan Zainuddin namun ia harus menerima adat Minangkabau tersebut. Zainuddin yang kecewa pun pergi bersama Muluk sahabatnya ke Jakarta dan kota tersebutlah merupakan kota pertama mereka di pulau Jawa.
Lalu ia berpindah ke Surabaya dan jadilah disana ia penulis terkenal dan sukses. Aziz yang kehilangan pekerjaannya pun mengajak Hayati untuk ke Surabaya dan menumpanglah mereka ke rumah Zainuddin.
Karena keluarga Aziz dan Hayati tidak baik-baik saja. Aziz akhirnya memutuskan bunuh diri dan menitipkan Hayati pada Zainuddin. Namun, karena terlanjur sakit hati Zainuddin menolaknya malah memberikannya tiket kapal untuk pulang.
Hayati yang bingung dan kecewa akhirnya menuruti apa yang Zainuddin kehendaki. Hayati pulang tapi bukan ke kampung halamannya tapi ke tempat yang abadi selamanya.
3. Kelebihan Novel Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck
Berikut merupakan kelebihan dari novel Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck, daintaranya adalah:
- Novel ini disajikan dengan bahasa yang mampu membuat pembaca merasakan apa yang di alami oleh tokoh.
- Deskripsi latar tempat dan suasana membuat kita bisa membayangkan suasana yang terjadi pada saat Indonesia di jaman penjajahan dengan bahasa halus dan menawan.
- Kisah cinta yang lembut membuat para pembaca terbawa suasana. Begitu kesedihan yang mendalam dari para tokohnya membuat kita meneteskan air mata.
4. Kekurangan Novel Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck
Sama halnya dengan novel lainnya novel ini pun masih ada kekurangan, diantaranya adalah:
- Masih adanya EYD yang tidak sesuai meski sudah 16 kali cetak.
- Adat yang diceritakan tidak sesuai dengan nilai kemanusiaan, yaitu dimana manusia berhak mendapatkan cinta, pengakuan dan keluarga.
5. Unsur Intrinsik Novel Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck
Berikut merupakan unsur intrinsik dari novel Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck, diantaranya adalah:
5.1. Tema
Novel ini memiliki tema tentang cinta sejati, tulus dan cinta setia dari seorang lelaki dan perempuan namun mereka tidak bisa bersama karena adat tradisi dari Minangkabau yang terlalu mendiskriminasi adat lainnya pada saat itu.
5.2. Tokoh dan Penokohan
- Zainuddin tokoh protagonis ia merupakan lelaki yang cukup tampan, alim, setia, dan memiliki ambisi yang tinggi.
- Hayati tokoh protagonis ia merupakan sosok gadis yang cantik baik hati, lembut, penurut adat, sederhana, dan memiliki kesetiaan.
- Aziz tokoh antagonis yang merupakan seorang lelaki boros, suka berpoya-poya, tidak memiliki tujuan hidup, dan tidak beriman.
- Khadijah, perempuan yang berwatak keras, dan senang mempengaruhi orang lain.
- Dan tokoh pendukung lainnya seperti Mak Base, Muluk, Daeng Masiga, dan Mak Tengah Limah.
5.3. Alur
Alur yang terdapat dalam novel Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck ini adalah memiliki alur campuran. Dimana terdapat alur maju dan alur mundur di dalamnya.
5.4. Latar Waktu
Latar waktu yang terdapat dalam novel ini adalah pagi, siang, sore dan malam hari.
5.5. Latar Tempat
Berikut merupakan latar tempat dalam novel ini, diantaranya adalah:
- Makasar, di sinilah tempat Zainuddin dilahirkan.
- Dusun Batipuh, di sini saat Zainuddin dan Hayati bertemu.
- Padang Panjang tempat ini Zainuddin mendalami ilmu agama.
- Jakarta di sinilah pertama kalinya Zainuddin dan Muluk ke Jawa.
- Surabaya tempat inilah yang menjadikan Zainuddin mendapatkan pekerjaan dan menjadi orang sukses.
- Lamongan dan tempat inilah Zainuddin dan Hayati bertemu untuk terakhir kalinya ketika kapal van der wijck tenggelam.
5.6. Sudut Pandang
Sudut pandang yang terdapat dalam novel ini yaitu menggunakan sudut pandang orang ketiga.
5.7. Gaya Bahasa
Gaya bahasa yang digunakan dalam novel ini adalah gaya bahasa Melayu kental dipadukan dengan bahasa Minangkabau.
5.8. Amanat
Berikut merupakan amanat yang terkandung dalam novel ini adalah:
- Cinta yang tulus dari hati adalah cinta yang tak memaksakan kehendak diri sendiri untuk bisa memiliki. Namun cinta yang tulus adalah tetap mendo’akan yang kita cintai dengan do’a terbaik.
- Meski cinta menyakiti namun cinta harus tetap di jaga dengan baik.
- Kecewa, menangis itu manusiawi namun jangan pernah putus asa dan tetaplah memiliki tujuan hidup.
- Jika kita bersungguh-sungguh maka kita bisa meraih impian kita dengan cara yang kita sukai.
6. Unsur Ekstrinsik Novel Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck
Berikut merupakan unsur ekstrinsik dari novel Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck diantaranya adalah:
6.1. Nilai Sosial
Nilai sosial yang terkandung dalam novel ini adalah ketika Hayati menghargai adat dari keluarganya. Dan bagaimana Zainuddin yang bersahabat dengan Muluk bagai saudara.
6.2. Nilai Moral
Nilai moral yang terkandung dalam novel Tenggelamnya kapal Van Der Wijck ini adalah bagaimana menghormati dan juga menghargai istri/suami orang lain seperti yang dilakukan Zainuddin terhadap Aziz dan Hayati.
6.3. Nilai Budaya
Nilai budaya yang terkandung dalam novel ini adalah dimana adat perkawinan yang harus sesuai adat seperti yang dilakukan oleh keluarga Hayati yaitu erat dengan adat Minangkabau.
6.4. Nilai Agama
Nilai agam yang terdapat dalam novel ini adalah ketika Zainuddin yang pergi jauh untuk menuntut ilmu agama itu adalah merupakan bukti bahwa Zainuddin adalah orang taat beragama dan memegang teguh agamanya yaitu agama islam.
7. Pesan Moral Novel Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck
Pesan moral merupakan bagian terakhir dari Resensi Novel Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck. Dan pesan moralnya yaitu adalah mengajarkan kita bersikap tanpa emosi namun salah mengambil keputusan membuat orang lain mengalami dampak yang luar biasa. Jadi berhati-hatilah mengambil keputusan dan sikap.