Novel ini merupakan sebuah novel sunda karya dari Tatang Sumarsono. Novel ini mulai di terbitkan pada tahun 1993 dan sudah mengalami 3 kali cetakan terakhir di tahun 2013.
Penasaran dengan isi bukunya? Kamu bisa baca resensi novel Demung Janggala di artikel ini ya. Di sini kamu akan menemukan beberapa unsur penting dalam novel loh.
Seperti identitas novel, sinopsis, intrinsik, ekstrinsik hingga pesan moral yang terkandung di dalam novel. Yuk, simak penjelasannya di bawah ini ya!
Judul Novel | Demung Janggala |
Penulis | Tatang Sumarsono |
Jumlah Halaman | 232 halaman |
Ukuran Buku | 20,5×14,5 cm |
Penerbit | CV Geger Sunten |
Kategori | Fiksi |
Tahun Terbit | Cetakan Pertama 1993 |
Harga Buku | Rp. 75.000 |
Novel Demung Janggala ini merupakan sebuah karya dari penulis lawas yaitu Tatang Sumarsono yang mulai di terbitkan pada tahun 1993 oleh CV Geger Sunten dengan ketebalan novel mencapai 232 halaman.
Novel ini menceritakan tokoh utama yaitu Demung Janggala atau Surapamungkas dan kakaknya Listayuwangi/Lismaya.
Mereka berdua di ajak kabur oleh penjaganya yaitu Mamang Jalaprang. Mereka harus kabur dikarenakan di Dayeuh Ukur sedang terjadi keributan antara kanjeng Adipati Mataram.
Siapa saja orang yang memihak Mataram akan di bawa kesana. Dan ayah dari Listayu dan Pamungkas merupakan pengikut setia Adipati Mataram.
Dari itu mereka harus kabur dari sana. Di tengah jalan mereka ternyata terkejar oleh musuh dan mereka tidak bisa pergi.
Untung saja Mamang Jalaprang jago bela diri. Meskipun musuh tidak sebanding jumlah dengan dirinya.
Nyatanya Mamang Jalaprang bisa mengalahkan mereka semua. Namun ada salah satu prajurit yang kabur.
Mamang takut dia akan melaporkan rencana kabur kita. Dari itu mereka terus pergi dari tempat tersebut.
Dan setelah perjalanan panjang mereka terhalang oleh sungai Citarum dan akhirnya mereka terus menyusuri samping sungai.
Dan saat tengah malam mereka mulai beristirahat di tempat yang lumayan enak untuk istirahat.
Namun esok pagi mereka sudah terkepung oleh musuh dan tidak bisa lari lagi. Akhirnya Mamang dan yang lain memasrahkan diri.
Di tengah perjalanan Surapamungkas yang sedang di gendong prajurit tiba-tiba menancapkan pisau ke punggung prajurit dan berlari ke air sungai dan kabur.
Di sana Mamang Jalaprang juga ikut melawan namun naas ia harus mati di tempat.
Listayu dan si Ibi mereka hanya bisa pasrah. Namun, di tengah jalan mereka di tolong oleh Raden Sungsang dan itu merupakan teman dekat ayah Listayu Raden Surananga.
Dan dari sanalah hidup Listayu mulai tidak begitu sengsara. Dan untuk balas budi ia harus menikah dengan Kanjeng Pangawulaan yang sama sekali tak dicintainya.
Dan ternyata Sarapamungkas belum meninggal. Dan sampai saat ini Sarapamungkas masih menyimpan dendam karena telah merebut dan berkuasa di Dayeuh Ukur.
Kini ia hidup dengan ayah angkatnya. Dan mereka menjadi begal. Ia ingin sekali bertemu kembali dengan kakanya Listayu.
Lalu bagaimana akhir cerita dari Demung Janggala? Apakah ia bisa bertemu kembali dengan Listayu kakaknya? Yuk baca novelnya ya!
Dalam resensi novel Demung Janggala terdapat unsur intrinsik di dalamnya, yaitu:
Usaha Demung Janggala yang ingin membalaskan sakit hatinya.
Alur yang digunakan dalam novel ini yaitu menggunakan alur maju atau progresif.
Latar waktu yang digunakan dalam novel yaitu malam hari (peuting), sore hari (pasosore), pagi hari (isuk-isuk), asar, dan senja (burit).
Latar tempat yang digunakan dalam novel yaitu Citarum, Imah Aki Subita, Imah Kang Bewos, Hutan (leuweung), Imah Sanipati Sungsang, Pakemitan, dan masih banyak lagi lainnya.
Sudut pandang yang digunakan dalam novel Demung Janggala ini menggunakan sudut pandang orang ketiga yang serba tahu.
Gaya bahasa yang digunakan dalam novel yaitu bahasa sunda yang cukup mudah di pahami. Dengan beberapa majas seperti hiperbola, metapora dan peribahasa lainnya.
Amanat yang terkandung dalam novel segala sesuatu yang ingin diperbuat harus di pikirkan terlebih dahulu apakah baik atau mengandung malapetaka untuk dirimu dan orang lain.
Berikut merupakan unsur ekstrinsik novel yaitu:
Tatang Sumarsono merupakan salah satu pengarang sunda yang cukup terkenal dan ia bekerja sebagai wartawan di beberapa surat kabar dan majalah di Bandung.
Banyak penghargaan yang ia dapatkan sastra LBSS Samsudi Rancage dan lain-lain.
Sikap Mamang Jalaprang yang berani demi menyelamatkan Sarapamungkas dan Latsuya. Itu sikap yang sungguh mulia.
Sikap Ibi yang penyayang dan juga bertanggung jawab atas tugasnya menjaga Latsuya sangat baik.
Terakhir dari resensi novel Demung Janggala terdapat pesan moral yaitu:
Novel ini mengajarkan segala sesuatu yang ingin diperbuat harus di pikirkan terlebih dahulu apakah baik atau mengandung malapetaka untuk dirimu dan orang lain.
Hanya seorang Blogger enthusiasm dan penikmat kopi saja. Suka berbagi pengetahuan kecil & bercita-cita jadi pengusaha media.