Sinopsis Robohnya Surau Kami, Cerpen Religi yang Menarik

Sinopsis Robohnya Surau Kami, Cerpen Religi yang Menarik

Cerpen robohnya surau kami ini merupakan karangan dari A.A Navis yang mengisahkan kisah tragis si kakek penjaga surau karena perkataan seseorang.

Penasaran dengan isi ceritanya kamu bisa baca dulu sinopsis robohnya surau kami pada artikel ini. akan di bahas lengkap unsur penting cerpen.

Mulai dari identitas cerpen, sinopsis, intrinsik, ekstrinsik hingga pesan moral yang terkandung dalam cerpen tersebut.

Tentang Cerpen Robohnya Surau Kami

cerpen robohnya surau kami ini merupakan novel best seller karya dari A.A Navis yang mulai diterbitkan pada tahun 1955 oleh PT. Gramedia Pustaka utama. Buku ini memiliki ketebalan mencapai 120 halaman.

Novel ini memiliki ukuran sekitar 21×13 cm. Novel ini mengisahkan kisah kakek penjaga surau yang kematiannya tragis karena perkataan orang lain.

Sinopsis Cerpen Robohnya Surau Kami

Sinopsis robohnya surau kami ini menceritakan suatu tempat dimana ada sebuah surau tua yang nyaris ambruk.

Kemudian datanglah seseorang ke sana dengan ikhlas hati dan izin dari masyarakat setempat untuk menjadi Garin atau penjaga surau tersebut, dan hingga kini surau tersebut masih tegak berdiri.

Meskipun kakek dapat hidup karena sedekah orang lain, tetapi ada hal pokok yang membuatnya dapat bertahan yaitu dia mau bekerja sebagai pengasah pisau.

Dari pekerjaannya inilah dia dapat mengais rejeki, apakah itu berupa uang, makanan, kue-kue, atau rokok.

Kehidupannya kakek ini sangat monoton. Dia hanya mengasah pisau, menerima imbalan membersihkan dan merawat surau, beribadah di surau dan bekerja hanya untuk keperluannya sendiri.

Hasil pekerjaannya itu tidak untuk orang lain, apalagi untuk anak dan istrinya yang tidak pernah terpikirkan.

Suatu ketika datanglah Ajo Sidi untuk berbincang-bincang dengan penjaga surau itu. Ajo Sidi adalah pembual yang datang kepada kakek penjaga surau sebelum kakek penjaga surau itu meninggal.

Lalu, keduanya terlibat dalam sebuah perbincangan. Pada perbincangan itu Ajo Sidi mengisahkan tentang kejadian Haji Saleh di akhirat ketika dia dimasukkan ke dalam neraka

Haji Saleh tidak menerimanya karena Haji Saleh merasa dia adalah seorang yang rajin ibadah. Tak sekalipun Haji Saleh meninggalkan kewajiban Tuhan. Bahkan setiap waktu hanya untuk menyembah Tuhan.

Dan Haji Saleh menuntut kepada Tuhan atas semua yang dia kerjakan. Ternyata justru apa yang dia kerjakan itu salah.

Haji Saleh tak semestinya mementingkan dirinya sendiri untuk beribadah dan sembahyang tiap waktu tapi lupa kewajibannya terhadap istri dan anaknya yang jatuh dalam kemelaratan.

Jadi ia dimasukkan ke neraka. Sepulangnya berbincang dengan Ajo Sidi, penjaga surau itu murung, sedih dan kesal. Ia merasakan cerita Ajo Sidi merupakan ejekan dan sindiran untuk dirinya.

Penjaga surau itu tidak pernah mengingat istri dan anaknya tapi ia selalu menyerahkan seluruh lahir dan batinnya hanya kepada Tuhannya.

Kakek penjaga surau akhirnya merasa tertekan dan menggorok lehernya dengan pisau cukur.

Kematiannya sungguh mengenaskan dan mengejutkan masyarakat sekitar. Semua orang berusaha mengurus zenajah dan menguburkannya kecuali satu orang yang tidak peduli yaitu Ajo Sidi.

Ajo Sidi yang mengetahui kematian kakek hanya berpesan kepada istrinya untuk membelikan kain kafan 7 lapis dan lalu pergi bekerja.

Seperti rumah yang ditinggal penghuninya surau yang dulunya digunakan untuk beribadah kini tak ada lagi pengunjung. Tak ada panggilan adzan, sholat berjamaah, lantunan ayat-ayat suci al-qur’an dan lain-lain.

Unsur Intrinsik Cerpen Robohnya Surau Kami

Dalam sinopsis robohnya surau kami terdapat unsur intrinsik di dalamnya yaitu:

1. Tema

Tema yang diangkat dalam novel ini kisah tragis si kakek penjaga surau.

2. Tokoh dan Penokohan

  • Penjaga Surau, ia merupakan kakek yang rajin dan memiliki kehidupan yang monoton serta selalu beribadah
  • Ajo Sidi, ia merupakan seseorang pembual yang selalu menyakiti hati dan tidak perduli kepada orang lain
  • Istri Ajo, ia penurut dan baik

3. Alur

Alur yang digunakan yaitu alur maju.

4. Latar Waktu

Latar waktu yang digunakan dalam cerpen ini yaitu pagi, siang dan malam hari.

5. Latar Tempat

Latar tempat yang digunakan yaitu di surau tua yang nyaris ambruk

6. Sudut Pandang

Sudut pandang yang digunakan dalam cerpen ini yaitu menggunakan sudut pandang orang ketiga yang serba tahu.

7. Gaya Bahasa

Gaya bahasa yang digunakan dalam cerpen ini cukup ringan dan mudah dipahami oleh semua kalangan.

8. Amanat

Amanat yang terkandung dalam cerpen ini yaitu janganlah menjadi pembual karena kita tidak tahu keadaan mental seseorang. Setiap orang memiliki masalah hidupnya masing-masing jangan saling menjudge dan merendahkan.

Jadilah manusia yang bisa memilih kebenaran dan ketidakbenaran dalam menentukan hidup selama tidak merugikan orang lain yakinlah hidupmu baik-baik saja. tetap perbaiki diri agar lebih baik lagi dan jangan pernah putus asa.

Unsur Ekstrinsik Cerpen Robohnya Surau Kami

Berikut merupakan unsur ekstrinsik dalam sinopsis robohnya surau kami, yaitu:

1. Nilai Sosial

Sikap Ajo Sidi yang pembual menjadikan penjaga merasa rapuh dan menyalahkan diri sendiri dan ini perbuatan yang sangat tidak baik.

2. Nilai Moral

Sikap Kakek penjaga surau yang telah melupakan anak dan istrinya merasa berdosa dan akhirnya mengakhiri hidup.

Kelebihan Cerpen

  • Banyak memberikan pesan moral tentang menjaga perkataan, perbuatan dan tingkah laku
  • Bahasa yang ringan dan mudah dipahami

Kekurangan Cerpen

  • Endingnya sangat membingungkan
  • Dan tak dijelaskan tujuan Ajo Sidi melakukan hal tersebut

Pesan Moral Cerpen Robohnya Surau Kami

Terakhir dari sinopsis robohnya surau kami yaitu pesan moralnya adalah:

jangan suka menyindir dan menjidge orang lain dan harus bisa memfilter perkataan yang masuk dalam diri kita karena perkataan toxis terkadang menjadi racun dan membunuh mental kita.

Suka membaca novel dan dunia literasi. Menuangkan ke dalam tulisan agar banyak orang yang tahu apa yang aku baca hari ini.

Artikel Menarik Lainnya: