Resensi Novel Berteman dengan Kematian Karya Sinta Ridwan

Resensi Novel Berteman dengan Kematian Karya Sinta Ridwan

Resensi novel Berteman dengan Kematian karya Sinta Ridwan membahas tentang biografi penulis secara real. Dimana diceritakan Sinta Ridwan mengalami sakit lupus.

Meskipun sudah divonis lupus, ia tetapi semangat dan bahagia dalam menjalani kehidupan. Karena hidup harus bahagia. Kematian baginya adalah teman.

Novel ini memang sangatlah menarik, bukan? artikel ini akan membahas mengenai resensi novel Berteman dengan Kematian secara lengkap. Baca sampai selesai ya.

Identitas Novel

Judul NovelBerteman dengan kematian (Catatan gadis Lupus)
PenulisSinta Ridwan
Jumlah halaman363 halaman
Ukuran buku13 x 19 cm
PenerbitOmbak
KategoriFiksi
Tahun TerbitCetakan IV, 2012
Harga novelRp.60.000,-

Novel Berteman dengan kematian (Catatan gadis Lupus) karya Sinta Ridwan berjumlah 363 halaman. Buku ini diterbitkan oleh Ombak sebagai buku fiksi pada tahun 2012, cetakan ke IV. Harganya yaitu Rp.60.000,-.

Sinopsis Novel Berteman dengan Kematian

Novel Berteman dengan Kematian karya Sinta Ridwan mengkisahkan tentang kehidupan si penulis. Dimana, ia divonis mati karena sakitnya. Sehingga ia harus tetap berjuang menikmati sisa waktu hidupnya.

Sinta Ridwan lahir di keluarga yang tidak utuh atau broken home. Dia ada sosok perempuan yang pekerja keras, pintar, kreatif, dan unik.

Dia adalah mahasiswa di kampus Padjadjaran Bandung dengan jurusan sastra. Sesuai minatnya, Sinta memang seorang penggila sastra yang sangat unik.

Kemudian, Sinta melanjutkan S2 di Padjajaran Bandung dengan jurusan Filologi. Keren, kan? terlebih dia juga membiayai kuliahnya sendiri loh.

Memang tidak ada yang sempurna dalam kehidupan. Hal tersebut pun juga dirasakan oleh Sinta. Ia mengidap penyakit yang tergolong langka dan mematikan yaitu sakit autoimun ataupun lupus.

Dia tak pernah menduga saat divonis sakit lupus oleh dokter. Penyakit ini benar-benar membuat tubuh Sinta menjadi melemah setiap hari.

Sinta berjuang untuk membuat hari-harinya lebih bermakna menjelang kematian.

Ketika, dia mengetahui sakit lupus, hal yang selalu terbayangkan olehnya adalah kematian.

Kini, kematian bukanlah hal yang menakutkan baginya. Tetapi, kematian adalah teman akranmya yang membuat waktu di setiap harinya menjadi begitu berharga dan bermakna.

Sinta selalu memberikan semangat dan senyuman kepada semua orang yang ada di sekitarnya. Terutama, kepada orang yang mengalami sakit lupus, seperti dirinya. Karena memang pada akhirnya, setiap orang akan mengakhiri hidupnya.

Di usianya yang ke-25 tahun, akhirnya ia dapat membuat sebuah karya dan selalu membagikan senyuman yang indah kepada orang-orang di sekitarnya.

Meskipun, dia sudah divonis akan kematiannya. Tetapi, Sinta tetap semangat menulis banyak karya seperti mengkaji naskah kuno, menulis puisi dan novel.

Suatu waktu, ketika mengikuti perjalanan dari Bali ke Bandung, ia bergelut dengan sakitnya. Teman-temannya begitu iba melihatnya, tetapi ada pula yang menertawakannya. Sinta begitu kuat menahan sakitnya hingga ia terlelap di dalam bus.

Meskipun sakit Lupus, Sinta tidak mengikuti anjuran dokter untuk selalu mengkonsumsi obat kimiawi. Hingga saat ia mengikuti seminar tentang sakit Lupus. Ia hanya meyakinkan dirinya tetap bisa hidup bahagia tanpa konsumsi obat.

Di selembar terakhir bukunya, ia menuliskan pernyataan bahwa, “Aku mau hidup seribu tahun lagi”.

Semangat hidup tokoh Sinta dalam buku ini benar-benar begitu terasa. Sudah diceritakan dalam novel, Sinta adalah gadis remaja yang sudah mengalami banyak masalah pahit dalam kehdiupannya.

Dia tidak hanya mengalami penderitaan psikologis karena keluarganya. Ia pun harus mencari uang sendiri untuk kuliah. Hingga ia harus menerima sakit lupus pada fisiknya.

Ketika ia bertemu dengan orang yang sakit lupus, Sinta tak ingin berlarut dalam kesedihan. Ia justru hanya ingin meyakinkan bahwa selama masih diberikan kehidupan Sinta harus tetap hidup dengan bahagia.

Kematian bukanlah hal yang harus ditakutkan, ia begitu dekat. Hingga ia menjadikan kematian sebagai temannya. Yang ia takutkan hanyalah ia mati dalam keadaan sendirian.

Unsur Intrinsik Novel

Adapun unsur-unsur intrinsik novel Berteman dengan Kematian karya Sinta Ridwan, yaitu:

1. Tema

Tema dalam novel Berteman dengan Kematian karya Sinta Ridwan yaitu membahas tentang semangat dan perjuangan dalam kehidupan.

2. Tokoh

Tokoh utama yang diceritakan dalam novel yaitu Sinta Ridwan.

3. Latar Tempat

Latar tempat yang diceritakan dalam novel Berteman dengan Kematian yaitu di rumah, di Rumah Sakit, di Bali, dan di Bandung.

4. Latar Waktu

Latar waktu yang diceritakan dalam novel yaitu menggambarkan situasi pagi hari, siang hari, sore hari, dan malam hari.

5. Alur

Alur yang diceritakan dalam novel yaitu menggunakan alur maju.

6. Sudut Pandang

Sudut pandang yang digunakan dalam novel Berteman dengan Kematian yaitu menggunakan sudut pandang orang pertama, pelaku utama.

7. Gaya Bahasa

Gaya bahasa yang digunakan oleh Sinta dalam menceritakan peristiwa di dalam novel yaitu gaya bahasa yang ringan dan sederhana.

8. Amanat

Amanat dalam novel Berteman dengan Kematian yaitu sebagai manusia kita hanya menjalankan takdir. Tetapi, penentu hidup dan mati adalah Tuhan.

Unsur Ekstrinsik Novel

Adapun unsur ekstrinsik novel Berteman dengan Kematian karya Sinta Ridwan yaitu:

1. Nilai Sosial

Meskipun Sinta sakit, tetapi ia tidak mau dikasihani oleh orang lain. Ketika orang-orang melihatnya, Sinta akan selalu membalasnya dengan senyuman yang menandakan dia baik-baik saja.

2. Nilai Moral

Nilai moral dalam novel yaitu tidak perlu menertawakan apa yang orang lain rasakan. Karena itu begitu menyakitkan. Sebelum kamu menertawakan kekurangan orang lain, lihatlah dirimu sendiri dan nilai kekuranganmu.

3. Nilai Religi

Mempercayai adanya takdir Tuhan memang sangatlah baik dalam agama. Hal tersebutlah yang membuat kita tetap bahagia dalam menjalani kehidupan di dunia.

4. Nilai Pendidikan

Sinta adalah seorang yang sangat semangat dalam menggapai mimpi dan cita-citanya. Meski ia sakit, banyak karya yang diciptkan olehnya.

Kelebihan Novel

Kelebihan novel Berteman dengan Kematian karya Sinta Ridwan yaitu begitu banyak nilai kehidupan dalam novel. Penyampaian cerita dari alur ceritanya yang ringan membuat pembaca mudah memahami isi ceritanya.

Kekurangan Novel

Kekurangan novel Berteman dengan Kematian karya Sinta Ridwan yaitu gambar ilustrasi di bagian cover kurang menarik.

Pesan Moral atau Amanat Novel Berteman dengan Kematian

Adapun pesan moral atau amanat novel Berteman dengan Kematian yaitu kita harus mensyukuri takdir hidup. Tetap selalu semangat dan bahagia dalam menjalani kehidupan di dunia.

Seorang guru Bahasa Indonesia yang kebetulan suka membaca novel dan mencurahkannya ke dalam tulisan.

Artikel Menarik Lainnya: