
Resensi novel Ziarah menceritakan kisah tokoh si Pelukis yang begitu mencintai istrinya. Hingga, saat istrinya meninggal ia begitu sedih dan depresi.
Kepergian istrinya benar-benar membuatnya tak tentu arah, bahkan seperti orang gila. Lalu, bagaimanakah kehidupan si Pelukis selanjutnya?
Penasaran dengan isi novel Ziarah? simak artikel ini sampai selesai.
Judul Novel | Ziarah |
Penulis | Iwan Simatupang |
Jumlah Halaman | 142 Halaman |
Ukuran Buku | 21 cm |
Penerbit | Djambatan |
Kategori | Fiksi |
Tahun Terbit | 1997 |
Harga Buku | Rp. 45.000,00 |
Di suatu tempat yang bernama Kotapraja, terdapat pelukis yang sangat populer dan terkenal di negeri ini. Tetapi, ia mengalami trauma dan stress hingga dia terkapar di rumahnya. Kini dia benar-benar tak berdaya setelah istrinya meninggal. Ia memang sangat mencintai istrinya.
Sebelum bertemu istrinnya, secara tiba-tiba pelukis mencoba untuk bunuh diri karena kepopulerannya menjadi pelukis membuatnya menjadi memiliki banyak uang. Hingga ia bingung akan menggunakan uang tersebut untuk apa.
Dari rasa kebimbangannya tersebut, si Pelukis ini berniat lompat dari lantai atas hotel. Ketika, ia benar-benar terjun. Ternyata menimpa gadis cantik yang secara tidak sengaja, terjadi hubungan jasmani.
Tentunya, hal ini membuat orang-orang di sekitar lokasi menjadi sangat histeris. Hingga seorang polisi Brigadir Polisi membawa si Pelukis dan gadis cantik ke kantor Sipil untuk menikahkan mereka berdua.
Si Pelukis hidup bahagia dengan wanita yang ia kenali tidak sengaja tersebut. Tetapi, kebahagiaan mereka tidaklah berlangsung cukup lama. Si istri meninggal hingga ia begitu merasa depresi.
Saat mengurus pemakaman si istri, ternyata semuanya dipersulit. Hal tersebut dikarenakan si Pelukis tidak mengetahui data pribadi istrinya. Yang ia ketahui hanyalah rasa cinta kepadanya. Oleh karena itu, penguburan istrinya dilakukan dengan cukup ribet karena dipersulit.
Ternyata, hal tersebut justru ia pun malah pergi tidak ikut dalam prosesi penguburan istrinya. Ketika ia sudah menenangkan diri. Suatu waktu ia kembali lagi ke rumah, ternyata di rumahnya sudah ada ibunya si istri.
Si ibu menceritakan panjang lebar mengenai ananya. Hingga, pelukis berniat pergi ke pemakaman untuk melihat makam istrinya. Ia membawa bunga di pemakaman itu.
Ia masih tidak percaya bahwa istrinya meninggal, hidupnya pun semakin tak tentu arah. Setiap pagi ia selalu menunggu istrinya di tikungan manapun. Saat malam hari, ia selalu minum arak sambil menyebut nama Tuhan dan menyebut nama istrinya hingga tertawa keras.
Hal itu, ia lakukan berulangkali sampai ia benar-benar seperti orang gila.
Dia sangat begitu terpuruk hingga sudah tidak melukis lagi. Hanya saja, suatu ketika ada Opseter kuburan yang memintanya untuk mengapur tembok di kuburan Kotapraja yang sebelumnya berisi pamflet polisi yang berisi fotonya, bahwa ia dicari.
Walikota Kotapraja mengetahui hal tersebut, ia berencana memberhentikan pelukis mengapur tembok kuburan. Sebelum hal tersebut dilakukan, ternyata ia meninggal dunia.
Si pelukis tetap bekerja mengapur tembok, tetapi suatu waktu ia berhenti kerja. Padahal maksud Opseter perkuburan memperkerjakan si pelukis yaitu agar ia selalu menziarahi istrinya yang sudah tiada itu.
Hari berikutnya, Opseter gantung diri dan meninggal. Semua orang heran. Tetapi, si pelukis merasa sangat heran. Ia bertemu dengan Mahaguru Opseter, ada banyak cerita tentang opseter.
Akhirnya, si pelukis berubah pikiran untuk menjadi seorang Opseter perkuburan agar terus dapat menziarahi istrinya dan semua mayat-mayat manusia.
Adapun unsur intrinsik dalam novel Ziarah yang menarik untuk kamu ketahui, yaitu:
Tema yang terdapat di dalam novel Ziarah yaitu tentang percintaan. Dikisahkan tokoh si Pelukis yang begitu mencintai istrinya. Hingga saat istrinya meninggal, ia benar-benar begitu depresi.
Tokoh yang terdapat dalam cerita novel Ziarah, yaitu:
Alur yang terdapat dalam cerita novel Ziarah yaitu menggunakan alur campuran. Gabungan dari alur maju dan mundur.
Latar tempat kejadian berada di hotel, rumah Si Pelukis, dan di kuburan.
Latar waktu si peristiwa terjadi pada waktu siang hari, pagi hari, dan malam hari.
Sudut pandang dalam novel yaitu menggunakan gambaran sudut pandang orang pertama.
Gaya bahasa yang terdapat di dalam novel Ziarah menggunakan bahasa sehari-hari sehingga mudah dipahami.
Kita tidak boleh berlarut-larut dalam kesedihan karena hidup harus tetap berjalan, kita harus tetap menghadapi apapun hal yang terjadi.
Adapun unsur ekstrinsik novel Ziarah yang menarik untuk kamu ketahui, yaitu:
Terdapat sentuhan nilai religius dalam cerita novel Ziarah. Dimana, disini, Opseter yang mengharapkan dan mengharuskan si Pelukis untuk ziarah ke makam istrinya.
Sikap Opseter yang peduli dengan si Pelukis, ia memberikan pekerjaan mengecat tembok kuburan agar si Pelukis datang ke makam istrinya.
Nilai moral dari semangat si Pelukis untuk berubah menjadi sosok lebih baik. Setelah Opseter meninggal dan memberinya keyakinan bahwa istrinya menunggu doanya saat ia berkunjung ke makam.
Kelebihan yang terdapat dalam novel Ziarah yaitu membunyai alur yang sederhana. Terdapat konflik yang sangat menarik untuk diketahui endingnya.
Kekurangan novel yaitu adanya unsur cerita orang dewasa sehingga kurang pas ketika dibaca oleh anak usia sekolah.
Pesan moral dalam novel Ziarah yaitu untuk berziarah ke kuburan orang yang kita sayangi. Meskipun sudah meninggal, doa kita tetap dibutuhkan.
Seorang guru Bahasa Indonesia yang kebetulan suka membaca novel dan mencurahkannya ke dalam tulisan.